1. Prolog

358 26 2
                                    

Sore hari seperti biasa , aku menemani papa untuk berolahrga yang sejak muda beliau gemari. Tenis Meja.

Seperti kemarin , aku duduk di sebuah tribun kecil sambil memandangi seseorang. Seseorang yang tengah fokus memukul bola pingpong.

Orang itu, meski sedikit sipit , sorot matanya tajam. Rahangnya keras. Kulitnya lebih putih jika dibandingkan denganku. Sambil memamerkan deret giginya yang rapi , ia mengusap keringat yang terus membasahi wajahnya . Satu kata yang dapat kusimpulkan . Dia tampan!

Entah sudah berapa hari, aku tak pernah bosan memandangnya . Wajahnya seolah candu bagiku . Aku mengulas senyum tipis.

"Awan!" Panggil papaku pada cowok itu.

"Ya Om." Balasnya sambil mendekatiku . Bukan , tepatnya papaku.

Aku memalingkan wajah darinya. Tanpa kusadari , dia melirikku sekilas.

"Tanding sama Om gih." Ajak papaku.

"Maaf Om mau istirahat dulu . Besok mau tanding hehehe. " jawabnya. Kemudian ia merebahkan diri di sampingku . Jangan tanya keadaan jantungku saat ini . Benar benar kacau!

"Yaudah Om mau main sama abangmu . Istirahat sana . Liv!" Ucap papaku.

"Eh em apa pah?" Balasku gugup.

"Temenin Awan ngobrol gih." Perintah papa.

Setelah mengatakan itu, papa meninggalkan kami berdua. Hanya berdua! Aku meliriknya sekilas. Ia hanya menatap lurus sambil menggaruk kepalanya yang mungkin tak gatal.

Suasananya begitu awkward . Tak ada dari kami yang memulai pembicaraan. Akhirnya ia memulainya terlebih dulu.

"Hey!" Sapanya.

"Hm?" Balasku menoleh sekilas.

"Awan , Awan Putra Pradipta. " ucapnya mengulurkan tangan.

Oh Tuhan! Tolong hentikan . Aku bisa mati jika jantungku terus berdetak secepat ini.

Akupun membalas ulurannya dengan gugup.

"Ehm . Oliv , Olive Nadia Addendarro. "

"Boleh aku panggil Nadia?" Tanyanya.

"Ten....tentu" jawabku terbata - bata.

Dan semenjak perkenalan itulah , kami menjadi cukup dekat . Bukan , bukan dekat seperti apa yang kalian pikirkan. Tak ada apapun diantara kami.

Namun tak berselang lama , kami harus berhenti bertemu karena papaku yang seorang PNS harus pindah tugas ke luar kota.

Hari terus berlalu. Semakin aku ingin melupakan tentangnya, semakin bertambah pula rasa rinduku padanya. Hingga Tuhan kembali mempertemukan kami di sini , di tempat pertama kita bertemu.

Uimi☔[Arti]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang