11. Rindu

115 16 0
                                    

"Stop!" Semua pun menoleh ke arah sumber suara itu, tak terkecuali aku dan Joy.

"Kak Alan!" Ucapku.

Kak Alan segera membelah kerumunan. Ia menuju kearah Joy. Ia terus mendekati Joy hingga cewek itu terpojok.

"Kalo lo berani deketin Nadia. Kejadian dulu bakal terulang!" Ucap Kak Alan lirih namun benar-benar menakutkan. Terlihat, Joy amat ketakutan. Aku hanya bisa melihat dengan kebingungan. Tapi tidak dengan orang-orang, mereka tau apa maksud dari "kejadian dulu".

Tapi aku tidak peduli. Aku segera keluar dari kerumunan. "Permisi Kak."

Sesampainya di kelas aku menelungkupkan tanganku dan mulai memasuki alam mimpi tanpa mempedulikan Vanda yang sedari tadi mengoceh.

Namun,

Dukkk!

Sebuah penghapus mengenai kepalaku. Mau tak mau aku bangun. Pandanganku menyapu seluruh isi kelas. Dan kutemukan seseorang yang telah melempariku penghapus tengah tersenyum manis ke arahku.

Aku segera bangkit dari tempat duduk dan menuju ke bangku depanku.

"Coba lo berdiri Tang." Ucapku ramah.

Bintang segera berdiri. Akupun menendang kemaluannya dengan amat keras.

"Awwww" teriak Bintang. Aku hanya bisa tertawa keras melihatnya mengaduh kesakitan. Siapa suruh membangunkan gembel yang sedang tertidur? Eh! Singa maksudnya.

Akupun melanjutkan hibernasiku karena kebetulan hari ini freeclass. Hingga bel tanda istirahat berbunyi.

"Naaaddd temenin gue ngapel yaa." Pinta Vanda dengan mata berkaca-kaca.

"Gakmau," ucapku ketus.

"Kok gitu sih Nad. Gara-gara Kak Awan gak masuk?" Ucap Vanda cemberut.

"Ya iyalah. Kalo gue temenin, simbiosis parasitisme namanya. Lo untung , tapi gue laper!" Ucapku langsung berjalan menuju kantin.

"Nadiaaaa ish!" Ucap Vanda kesal. Namun ia segera mengikutiku menuju kantin. Aku tau, meskipun ia sangat menyebalkan. Ia adalah gadis yang baik. Hanya Vanda satu-satunya yang mau bersahabat dengan tulus. Mereka mendekatiku hanya ingin ketenaranku. Tapi tidak dengan Vanda. Karena apa? Karena ia udah tenar anjir.

"Mbak Panda pesen 1 bakso sama Es teh. Lo apa Nad?"

"Mbak Wati, gue Somay 2 , Es jeruk sama mie goreng ya." Pesanku.

"Aish Nad, kagak ada Kak Awan sehari aja kebusukan lo mulai keliatan." Ucap Vanda menepuk jidatnya.

Aku hanya bisa menyengir. Memang di depan Kak Awan aku selalu berusaha menjadi gadis yang perfect. Aku harus mati matian menahan lapar, karena bagiku 1 porsi somay tidak akan cukup untuk menunjang pembelajaran yang begitu memusingkan.

Beberapa menit kemudian pesanan datang.
"Nih mbak," ucapku menyodorkan uang berwarna hijau dan ungu.

"Gausah Neng Nadia teh. Kemarin Awan teh udah bilang sama Mbak Wati katanya nggak masuk gitu . Jadinya kalo Neng Nadia pesen dicatet dulu ntar Awan yang bayar. Aduh romantis pisan pacar eneng nih" Terang Mbak Wati.

Uimi☔[Arti]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang