12. Manja

114 13 0
                                    

"Gue kangen sama lo Olive." Ucap Bintang lirih.

Aku memejamkan mataku dan mengangguk.

"Gue juga Bin." Ucapku parau

"Gue pamit Bin. Makasih tumpangannya." Imbuhku.

"Gue anter?" Pinta Bintang.

"Thanks tapi gak usah." Ucapku lalu keluar dari rumah.

Hari sudah menjelang malam dan tak ada bus yang lewat. Akupun terpaksa memesan ojek online yang biayanya lebih mahal dari angkutan umum.

***

"Assalamualaikum Mah Pah."

"Walaikumsalam." Balas mereka yang tengah berada di ruang tamu.

"Kamu ini kemana to Nad? Kirain ke rumah sakit. Tapi tadi Rien telepon kamunya gak di sana, terus Awan nyariin kamu." Ucap Mama panjang lebar.

Aku terkejut! Kak Awan mencariku? Oh god!

"Mah Pah, Nadia ke rumah sakit dulu." Ucapku tergesa gesa.

Mama dan Papa hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahku. Namun mamaku mendadak berteriak. "Nadia! Mandi dulu, makan, sholat, baru berangkat."

Akupun membalikkan arah dan menuju kamarku.

"Anak jaman sekarang Mah, gantian urusan cinta langsung gercep." Ucap Papaku.

Mama mengangguk tanda setuju.

"Mamah sih gak masalah, yang penting mereka tahu batasan." Balas mamaku.

***

"Permisi." Ucapku ketika tiba di ruang inap Kak Awan. Kulihat di sana terdapat Tante Rien, Kak Bian Dkk, serta seorang pria paruh baya yang mungkin Ayah Kak Awan.

"Eh Nadia! Sini sayang," ucap Tante Rien.

Aku mengangguk dan mendekati mereka. Aku menyapa satu persatu.

"Lah ini yang sering ketemu di gor kan?" Ucap Pria itu.

"Iya om." Balasku tersenyum.

"Pantes kayak pernah ketemu. Pacarnya Awan ya?" Ucap Om Ben.

"Eh enggak kok Om cuma teman." Balasku.

"Tadinya mau om jodohin sama Alan. Tapi kayaknya kamu lebih suka sama Awan. Yasudah Om restuin sama si Awan." Aku tau Om Ben berniat untuk becanda. Tapi bagiku ini hal yang serius dan membuat perutku mulas.

Bagaimana tidak? Calon mertua sudah merestui. Jadi aku sudah selangkah lebih maju hmm.

Akupun mengulas senyum dan mendekati ranjang yang di atasnya terdapat makhluk tampan yang sangat kurindukan senyumnya.

"Hai Kak." Sapaku.

"Eumm. Nadia?" Balas Kak Awan lirih.

"Gimana? Udah mendingan?" Ucapku dengan senyum yang mengembang.

"Udah Nad. Tapi gue baru bisa inget beberapa orang." Balas Kak Awan lesu.

Uimi☔[Arti]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang