15. Ada apa dengan Vanda?

104 11 0
                                    

Sinar matahari menerobos jendela kamarku. Bunyi Alarmpun tidak aku hiraukan. Kepalaku benar-benar berat, seolah ada yang mengganjalnya dengan ribuan batu.

Suara teriakan Mama membuatku terpaksa bangun dari ranjangku.

"Nadia! Sekolah sayaaang ini jam berapa?" Teriak Mamaku nyaring.

Aku sudah berada di meja makan dengan tatapan malas.

"Udah mandi?" Tanya Mama Ayu.
Aku menggeleng pelan.

"Kamu niat sekolah gak sih Nad?"

"Mah, Nadia lagi bete sumpah." Ucapku menunduk.

Mamaku melunak ia segera mendekat ke arahku. "Coba cerita sayang, ada apa?"

Aku mulai menceritakan tentang Kak Awan yang mendiami ku, Vanda dengan kata-katanya yang menyayat, dan tak lama kemudian disusul dengan Kak Alan yang sedari kemarin juga menghindariku.

"Nadia bingung Mah, Kemarin papa juga lebih belain Joy. Padahal jelas jelas Nadia gak sengaja." Ucapku cemberut.

"Nad, semua orang itu pasti bakal dapet masalah. Masalah itu buat menguji seberapa usaha dan sabarnya seseorang. Nah, sekarang Nadia sedang mengalami itu, jadi Nadia taukan apa yang bakal kamu lakukan?" Terang Ayu.

Aku tersenyum kecil, "Iya Mah. Tausiahnya udah belum nih Nadia mau ke sekolah."

Mama menjitak kepalaku keras. Akupun berpamitan dan segera menyalakan scoter peachku menembus dinginnya udara kota Malang.

Sampai di parkiran sekolah aku baru ingat. "Mampus gue lupa mandi."

Aku menepuk jidatku keras. Bagaimana aku bisa lupa mandi,padahal aku sudah mengenakan seragam?

Akupun menunduk menuju ke ruang kelas. Mungkin satu hari tanpa mandi tak apa bukan?

Seperti biasa, banyak orang yang menatapku sinis dan kagum. Ditambah lagi, hal yang selalu kusembunyikan sudah terungkap. Ya. Tentang Papa yang menjabat sebagai kepala sekolah sekaligus pemilik yayasan sekolah swasta ternama di Kota Malang ini.

Aku menghempaskan pantatku di kursi. Aku melirik bangku di sebelahku. Kosong. Di mana Vanda? Aku hanya bisa menghembuskan napasku kasar.

Pembelajaran Fisika yang dibawakan oleh Bu Dwi telah usai. Beliau memberikan kami setumpuk PR yang harus selesai minggu depan. Tak masalah, aku menyukai fisika.

Bel istirahat berbunyi. Aku berjalan ke kantin sendiri. Baru beberapa jam tanpa Vanda, dunia ku benar-benar sepi. Aku merindukan sahabatku yang cerewet itu.

Aku membeli sekotak susu coklat dan wafer pink lava kesukaan Vanda. Mungkin dengan memakannya, aku akan mengingat Vanda. Alay banget sih lu Nad!

.
.

Sial. Satu kata yang selalu saja menghampiriku secara mendadak. Kini ban motorku bocor. Entah siapa yang tega melakukannya pada gadis seimut aku ini.

"Nad ada masalah?" Tanya seseorang dari samping.

Akupun menoleh dan mendapati Kak Awan tengah menatapku. Tatapan kami bertemu. Oh Tuhan! Aku begitu merindukan lelaki ini.

Uimi☔[Arti]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang