Marry? Oh--

6.6K 323 7
                                    

Emerald membuka satu matanya untuk mengintip, benar perkiraannya. Pria itu tidak jadi membawanya saat dia jatuh pingsan, melainkan Xander mengistirahatkannya.

Gadis itu membuka kedua matanya saat merasa aman, ternyata Xander menidurkannya di sofa ruang kerjanya.

"Dimana pria itu?" Sedetik setelah dia menutup mulitnya, pintu ruang kerjanya dibuka. Saat itu juga Emerald kembali menutup matanya rapat-rapat.

Dia merasakan sebuah tangan mengusap lembut pipinya.

"Kau tidak mau makan princess? Aku yakin kau belum makan sejak siang tadi bukan? Kau pasti tahu apa yang aku bawa, dan ini sangat lezat saat masih hangat. Aku tidak bisa menghabiskan semuanya, ayo bangun."

Emerald mencium bau harum khas yang sangat dia kenal, bau makanan yang menjadi favoritnya.

"Kau yakin tak mau makan? Padahal ini dimasak oleh koki pribadi nenek ku." Bisik Xander tepat di telinga Emerald.

Emerald lantas membuka matanya pelan, perutnya sudah meronta ingin diisi sejak dia dalam perjalanan pulang. Dan melewatkan makan malam lezat itu? Tentu tidak.

"Hai, kau sudah bangun?" Sapa Xander.
"Kau, apa yang kau lakukan?" Emerald mendorong pria itu agar menjauh darinya.
"Membangunkan putri tidur, tapi dia sudah bangun sebelum aku menciumnya." Mata biru mengagumkan itu menatap gadis di depannya dengan tatapan yang seolah mengejek gadis itu.
"Kau berani mencium ku?"

Lantas Xander mengangguk pasti, sembari mengangkat dagunya sombong.

"Aku pencium yang baik." Katanya.
"Kalau begitu aku akan mematahkan rahang mu sebelum kau mencium ku." Emerald mengangkat kepalan tangannya untuk memperingatkan pria di depannya.

Takut? Tidak, Xander malah terkekeh menanggapi ancaman itu.
"Tidak, Princess. Aku akui kau memang agresif, tapi bisakah kita makan ini terlebih dahulu sebelum kau menyerang ku?" Xander menurunkan tangan gadis itu perlahan.
"Aku tidak suka tatapan mu saat kau mengucapkan kata agresif. Apa maksudmu?" Gadis itu menatap tak terima karena dia baru saja merasa direndahkan oleh pria yang sialan terhormat itu.
"Tidak ada, kenapa kau sangat sensitif Princess? Sedang mendapat periode mu? Atau-- Kau hamil anak kita?"

Sedetik kemudian sebuah pensil menghantam tepat di dahi Xander, tidak sakit tapi cukup membuatnya terkejut. Dia baru menemukan gadis yang menolaknya dan berani memperlakukannya seenaknya, apa gadis itu tidak tahu kalau dia anggota keluarga kerajaan?

"Jaga mulut kurang ajar mu itu Yang Mulia, aku yakin kau dididik mati-matian oleh orang tua mu bukan?" Geram Emerald.

Xander hanya tersenyum menanggapinya, dia hendak mengusap pipi gadis itu tapi dengan cepat Emerald menampik tangannya.

"Makanlah, aku akan membicarakan sesuatu dengan mu setelah ini."

💍

Xander tak bosan-bosannya menatap gadis di depannya, gadis yang sebentar lagi akan menjadi miliknya. Cantik, manis, dan dia berbeda dari yang lainnya.

"Bisakah kau berhenti menatap ku Yang Mulia? Aku keberatan akan hal itu." Entah sudah berapa kali gadis itu menegurnya, tapi berapa kali juga Xander mengacuhkannya.

Xander begitu menikmati pemandangan di depannya, mengamati gadis cantik yang tengah melahap makanannya sepertinya akan menjadi hal kesukaannya yang baru.

"Jadi, apa yang membawa mu kemari, dan membuat ku terintimidasi oleh sikap arogan mu Yang Mulia?"

Ini juga yang Xander suka dari Emerald, gadis itu unik. Dia bisa kasar juga sopan dalam sekali waktu.

Once Upon a DanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang