Poor Angle

4.7K 294 6
                                    

Sinar matahari pagi itu mengganggu tidurnya, mata indah itu terbuka perlahan. Dia menatap bingung jendela besar yangada di hadapannya, pesaraan dia tidak memiliki jendela sebesar itu.

Alis sempurnanya mengerut saat dia berusaha mengingat kejadian semalam. Matanya membulat sempura dikala dia berhasil mengingat kalau-- dia kalah dari Xander semalam.

Emerald langsung terduduk dan membuka selimutnya, baju yang melekat padanya sekarang bukan baju yang semalam dia pakai, sial, sial, sial.

Sebuah ketukan dipintu membuat Emerald langsung siaga.

"Masuk." Dia mengangkat bantalnya bersiap melemparkannya jika saja orang yang masuk adalah Xander.
"Selamat pagi Nona Fust, anda melewatkan sarapan. Dan Her Royal Highness Caroline menyuruh saya untuk mengantar sarapan anda." Pelayan itu dengan ramah tersenyum sembari menata baki berisi sarapan diatas kasur itu.

Emerald masih mencerna kata-kata pelayan tadi, Yang Mulia Caroline? Itu artinya dia--dia berada di kastil milik keluarga Xander?

"Boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Emerald.
"Apa saja untuk anda Nona." Ucap pelayan itu.
"Dimana Tuan Xander?"

Pelayan itu sekali lagi tersenyum padanya, ini kali pertamanya kontak langsung dengan orang-orang dalam di kastil kerajaan.

"Pangeran sedang keluar nona, dia tidak bilang kemana dia akan pergi. Apa ada yang bisa aku bantu lagi nona?"
"Tidak kau boleh kembali, terimakasih." Emerald tersenyum manis terlebih saat pelayan itu menunduk sopan padanya.

Jadi begini rasanya menjadi bangsawan? Selalu diperhatikan dan diperlakukan dengan baik.

Emerald meraih koran yang juga disandingkan di samping baki itu

"The Prince Charming Dateing?" Begitu headline koran pagi itu, lantas itu membuat Emerald tertarik untuk membacanya.

💍

Xander membuka pintu kamar yang digunakan gadisnya tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Dia menemukan gadisnya itu duduk di tengah ranjang dengan koran di tangannya yang diangkat menutupi wajahnya.

 Dia menemukan gadisnya itu duduk di tengah ranjang dengan koran di tangannya yang diangkat menutupi wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau sudah bangun?" Sapa Xander.
"Aku tadi mengantarkan pekerjaan mu ke butik, dan aku bilang pada bos mu kalau kau sakit." Xander turut duduk di tepi ranjang.

Tapi gadis itu tidak memberikan respon apapun selain tangannya yang meremas sisi koran yang dia pegang.

"Hei, are you ok?" Xander menurunkan koran itu agar tidak menutupi wajah gadis itu lagi.

Xander tak bisa menutupi wajah terkejutnya saat bisa menatap wajah Emerald, wajahnya merah pada, rahangnya terkatup kuat, dan lihat matanya. Mata indah itu digenangi air mata yang siap meluncur kapan saja.

"Hei--" Tangan Xander yang hendak menyentuhnya ditampik kasar begitu saja.
"Kenapa?" Emerald menatap mata biru di depannya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kenapa nenek mu begitu tega?" Teriaknya.

Once Upon a DanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang