Perfect Hour

4.8K 277 10
                                    

Ini tepat satu bulan tinggal di Buckingham. Keadaan ku sudah sangat membaik. Dan selama satu bulan ini aku dilatih oleh pengawas tata krama bagaimana bersikap sebagai anggota kerajaan.

Aku menatap refleksi diri ku pada cermin sembari memutar tubuh ku memastikan penampilan ku sudah rapih. Aku segera beranjak. Pagi di kastil ini masih sangat lengang karena kebanyakan masih berada di kamar masing-masing dan sarapan masih sekita satu jam lagi. Bahkan suara hak sepatu ku yang beradu dengan lantai sangat terdengar menggema di tengah lorong yang membawa ku ke halaman belakang kastil.

Aku menghirup dalam udara yang terasa sangat segar di pagi hari. Senyum ku melebar kala menemukan seseorang yang memang niat ku temui pagi ini.

"Yang Mulia."

Katelyn tersenyum saat melihat ku sebelum meletakan gunting tanamannya.

"Nona Fust. Senang kau ada disini."

Aku tersenyum membalas kalimat darinya. Dia memang sedikit kejam pada ku. Tapi itu dulu. Well siapa perduli dengan masa lalu.

"Aku akan senang jika aku bisa membantu disini."

Aku menyentuh bunga lili putih yang ada di depan ku dengan senyum manis ku. Katelyn mengangguk sembari meminjamkan gunting miliknya.

"Tentu, dan teh pagi setelah ini bagaimana menurut mu? "
"Itu terdengar menyenangkan Yang Mulia."

Aku membantu Katelyn untuk merapikan bunga-bunganya. Kami menyelipkan obrolan ringan disela kegiatan kami. Dia wanita yang baik hati terlepas dari semua yang dia lakukan pada ku dahulu tentunya.
"Teh kita sudah siap. Mari Nona Fust, baru pagi ini ada orang yang mau menemani ku berkebun dan menikmati teh dengan ku."

Kami duduk di kursi yang disiapkan. Dua kursi dan sebuah meja kecil di tengah taman belakang yang indah. Aku menerapkan pelajaran yang aku dapatkan dari pengawas tata krama ku. Mulai dari cara mengaduk teh ku, cara duduk ku, cara memegang cangkir ku dan cara menikmati teh ku.

"Kau belajar dengan cepat rupanya."

Pujian itu membuat ku tersipu. Ini kali pertamanya aku merasa sangat dekat dengan Nenek Xander. Dia masih sangat cantik diusia senjanya.

Kami melanjutkan obrolan kami. Katelyn bercerita banyak kepada ku. Cerita bagaimana gadis biasa seperti dia bisa menarik perhatian bangsawan seperti Arthur. Cerita mereka tak kalah rumit dengan ku.

"Tiap perjuangan akan membuahkan hasil. Tidak ada hasil yang mengecewakan, ini hanya soal bagaimana kau ikhlas menerima hasil mu."

Tentu saja siapa yang tidak ikhlas diperistri pangeran tampan dari Inggris itu.

"Kau tau kenapa aku melarang cucu ku menjalin hubungan dengan mu?"

Baiklah ini mulai serius, aku memang sangat penasaran soal alasan itu.  Tapi aku tidak pernah bertanya pada Katelyn hingga dia yang akan menceritakan itu pada ku.

"Tidak Yang Mulia."

Katelyn menghela nafasnya sebelum tersenyum manis pada ku.

"Kau pasti akan merasa ini sangat konyol. Aku kira kau bukan gadis yang baik karena kau berakhir diranjang cucu ku. Baiklah aku juga sedikit terpengaruh pada mulut manis Raquel saat itu."

Sudah? Karena itu?  Baiklah aku juga merasa seperti jalang saat itu. Dan siapa yang tidak marah saat cucu kesayangannya 'terjerumus'?

"Tapi ternyata kau gadis yang baik. Kau berhak atas kebahagiaan mu. Maafkan aku sudah membuat mu tertekan."
"Itu bukan masalah Yang Mulia. Aku sudah melupakan itu semua."
"Kau mencintai Xander dengan tulus bukan? "

Once Upon a DanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang