It's Done

3.2K 252 16
                                    

Lantunan nada merdu adalah hal yang pertama menyambut Xander dari depan pintu rumah Emerald.

Sebuah simphony milik komposer terkenal dimainkan dengan piawai oleh gadis itu dan biolanya. Xander tak perlu membuka pintu untuk melihat keseriusan gadis itu dalam memainkan biolanya, karena pintu rumah itu terbuka lebar.

"Kau sengaja ingin mengesankan orang yang lewat di depan rumah mu?" Tanya Xander sembari menyandarkan tubuhnya di bingkai pintu.

Emerald langsung menghentikan permainannya dan membuka matanya yang semula terpejam karena menikmati tiap nada yang dihasilkannya.

"Your Highness." Sapa Emerald sembari menekuk lututnya hormat. "Sejak kapan kau berdiri disana?" Tambahnya.

Xander terdiam, tak biasanya gadis ini berlaku sopan padanya seperti sekarang ini.

"Tidak lama, apa kau baik-baik saja?" Tanya Xander bisa saja gadis itu sakit hingga otaknya sedikit terganggu, mungkin.

Bukan menjawab Emerald malah tertawa renyah sembari menghampiri Xander.

"Tentu Yang Mulia, apa ada yang salah dengan ku?" Emerald melipat tangannya di depan dada semnari menatap pria itu dengan tatapan geli.

Xander semakin menyerit bingung dengan tingkah Emerald yang manis, hey bukannya dia seharusnya senang saat gadisnya bisa bersikap manis padanya.

"Apa yang mengganggu pikiran mu huh?" Tanya Emerald lagi.
"Hanya memikirkan mu apalagi?" Xander tersenyum manis sembari mengacak rambut Emerald.
"Bisa aku masuk?" Tambahnya.
"Ah, tentu. Masuklah." Emerald menggeser posisi berdirinya mempersilahkan Xander untuk masuk.

Xander langsung duduk di sofa tanpa menunggu Emerald.

"Aku sedang membuat pie berry, apa kau mau mencobanya?" Tanya Emerald ketika denting ovennya berbunyi.
"Tentu, apa aku bisa menolaknya?" Xander terkeleh lantas mengikuti Emerald menuju dapur.

Sementara Emerald membuka ovennya Xander turut menunduk seperti gadis itu, bau wangi yang menggugah selera langsung menggelitik penciumannya kala Emerald mengeluarkan pie buatannya.

"Sepertinya aku terlambat, akan lebih menyenangkan jika aku membantu mu." Xander memeluk Emerald dari belakang sembari menaruh dagunya pada bahu Emerald.
"Tapi kau tidak terlambat untuk membantu ku menghabiskan ini." Balas Emerald.

Ini membuat Xander semakin kebingungan, tak biasanya Emerald bersikap seperti ini. Atau mungkin ini adalah Emerald yang sebenarnya? Atau bahkan gadis ini mulai membuka hati untuknya?

"Duduk dan makanlah!" Perintah Emerald.

Xander tidak membangkang, dia memilih langsung duduk dan menikmati perlakuan dari gadis itu.

"Apa aku boleh menghabiskan ini?" Tanya Xander.
"Tentu jika kau kuat menghabiskan satu loyang pie ini." Balas Emerald sembari menaruh susu dingin untuk Xander.
"Terimakasih." Xander tersenyum manis menatap gadis yang duduk di seberangnya.

Mereka memakan pie itu, emtah bagaimana suasana di ruangan itu terasa sangat hangat. Mungkin itu karena mereka saling bercengkrama, bahkan saling bergurau yang membawa tawa riang untuk mereka.

Dan asal kalian tahu, Xander ingin waktu berhenti saat ini. Dia tidak ingin perjodohan itu, atau bahkan gelar kebangsawanannya, dia hanya ingin hidup dengan gadis di depannya. Cinta? Xander belum yakin soal perasaan itu, yang jelas dia ingin selalu bersama Emerald.

Tapi, tak lama kemudian ponselnya berdering menandakan panggilan masuk.

"Ya?"
"Bisa kau pulang sekarang? Kau harus memilih cincin pertunangan mu." Ucap Samantha di ujung sana.
"Baiklah aku akan segera pulang." Balas Xander lalu langsung mematikan panggilan itu.

Once Upon a DanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang