Gee

3.3K 267 15
                                    

Xander duduk tenang di ruang kerjanya, matanya menatap lurus ke lukisan lebar yang menutupi sebagian dinding di hadapannya. Pikirannya terlalu kalut untuk bekerja.

"Bisa kau ketuk pintu itu terlebih dahulu, Sam?"

Xander tidak perlu menengok untuk mengetahui adiknya yang bahkan baru membuka pintu beberapa senti.

"Baiklah." Ucap Samantha sembari mengeruk pintu ruangan kakaknya.
"Boleh aku masuk, kakak?" Samantha menyengir lebar sembari menunggu jawaban kakaknya.
"Silahkan." Jawab Xander.
"Tidakkah kau bisa keluar dari ruangan mu, dan menemani calon istri mu itu? Oh Ya Tuhan sudah tiga jam aku menemaninya dan aku muak dengannya." Protes Samantha.

Xander hanya menatap adiknya dengan satu alis yang dinaikan, hal ini membuat adiknya semakin jengkel.

"Berhenti menatap ku, kau yang akan menikah dengannya kenapa aku yang kerepotan?" Tambah Samantha.
"Dia calon kakak ipar mu, sudah tugas mu menemaninya." Elak Xander.
"Tapi kau lebih berhak, ah sudahlah. Kenapa kau tidak menolaknya huh?"
"Apa aku bisa?" Ketus Xander.
"Tidak bisa tentu saja." Ucap Samantha.
"Jadi dimana dia sekarang?" Tanyq Xander.
"Pergi bersama nenek, entahlah katanya akan mengurus persiapan pertunangan kalian." Ucap Samantha.

Mereka terdiam untuk beberapa saat sebelum Samantha membuka topik pembicaraan.

"Dan, dimana Nona Fust? Kau tidak berhubungan lagi dengannya?"

Melihat kakaknya hanya diam membuat Samantha berdecak kesal.

"Tentu saja, aku yakin kau tidak akan melepaskannya begitu saja." Tambah Samantha.
"Jadi apa kau mencintainya? Atau kau hanya ingin mempermainkannya? Oh Ya Tuhan, kau tak pernah berubah." Serbu Samantha.
"Hah, ternyata kau masih sama bodohnya seperti saat kau baru bertemu dengannya." Ejek Samantha.

Xander hanya berdecak kesal menanggapi bibir pedas adiknya itu, ya karena omongan gadis itu ada benarnya.

"Ayolah, kau tidak ingin dikenang kisahnya seperti ayah? Ya Tuhan aku bahkan masih berharap aku memiliki pria yang mau berjuang seperti ayah." Ucap Samantha.
"Kau sudah memiliki Gerald, tunangan mu. Kau masih ingin mencari pria lain?" Ejek Xander.

Samantha mendegus kesal sembari melempar sebuah pena kearah Xander.

"Apa yang kalian bicarakan? Sepertinya menyenangkan jika kami ikut bergabung." Ratzel memasuki ruangan itu dengan istrinya.
"Tentu dad, akan sangat menyenangkan jika kita berkumpul disini." Sahut Samantha sembari memberikan tatapan licik pada kakaknya.
"Ada apa?" Tanya Caroline.
"Aku sedang menanyakan hubungan kakak dengan Nona Fust yang semakin kesini semakin tak tentu arah. Lalu aku menyarankan untuk berjuang seperti apa yang dad lakukan dulu." Jawab Samantha dengan antusias.

Ratzel tergelak sebelum menepuk pundak anak lelakinya itu.

"Untuk mendapatnya wanita seperti ibu mu bukan perkara yang mudah nak, mungkin gadis mu itu juga setipe dengan ibu mu saat masih muda. Jangan gentar untuk memperjuangkannya, karena hasil yang bagus tidak serta merta darang pada seorang pemalas." Ucap Ratzel dengan mantap.

Xander banyak diam sekarang ini. Well, itu tidak akan berefek apapun. Karena apa yang ditetapkan neneknya tidak akan bisa dirubah.

"Aku sepertinya harus banyak belajar dari mu dad." Xander terkekeh kaku menanggapi amanat dari ayahnya.
"Kau tahu nak? Tidak ada perjuangan yang terlambat. Kau boleh tahu peluang mu kecil, tapi kau tahu aku tidak mendidik anak ku untuk menjadi pecundang yang kalah sebelum bertarung."

💍

Emerald mengucak matanya malas setelah menyantap makan siangnya, dia baru pulang dari tempat kerjanya pukul 7 pagi tadi. Dan dia kurang tidur untuk saat ini.

Betapa terkejutnya Emerald saat menemukan dua wanita yang duduk di sofa ruang tamunya dengan gaya angkuh yang menjengkelkan.

"Yang Mulia." Emerald menunduk hormat pada Katelyn.
"Senang bisa melihat mu, Nona Fust. Perkenalkan ini adalah wanita yang akan menjadi istri Xander, Raquel McQuil. Anak perdana mentri Prancis, aku yakin kau tidak asing dengannya bukan?" Ucap Katelyn.
"Tentu Yang Mulia, mereka akan menjadi pasangan yang serasi diabad ini." Balas Emerald.

Dia bahkan merasakan perih saat mulutnya berkata demikian, tapi mati-matian Emerald bersikap ramah dan manis di depan mereka. Dia tidak lagi ingin diinjak-injak oleh wanita tua itu.

"Sebuah kebanggaan bisa bertemu dengan mu Nona McQuil." Sapa Emerald sembari menunduk hormat.
"Oh tentu, aku sedikit tak percaya gadis seperti mu didaulat untuk merancang gaun pernikahan ku. Maaf, tapi aku sering menilai orang dari penampilannya." Raquel menampilkan senyum paksanya.

Emerald hanya terdiam, marah? Jangan tanya lagi, dia justru sangat marah. Mengutip peraturan kerajaan seharusnya anggota kerajaan tidak boleh memiliki sikap sarkas yang membuatnya ingin melempar kursi ke muka lawan bicaranya.

"Kebetulan kau disini Nona Raquel, aku butuh ukuran tubuh mu untuk gaun pernikahan mu. Aku yakin kau akan sangan cantik memakainya nanti." Ucap Emerald dengan antusias. Dia mengambil sebuah buku, dan pena, tak lupa pengukurnya.
"Bisa anda berdiri nona?" Pinta Emerald.

Dengan telaten gadis itu mengukur tiap bagian yang diperlukan, dia tak mau gaun impiannya hancur hanya karena hatinya yang tak koperatif mengerjakannya.

"Aku yakin kau akan cantik memakainya." Ucap Emerald setelah dia menyelesaikan pekerjaannya.
"Terimakasih, pastinya aku akan cantik." Balas Raquel.
"Ah, cucu mantu ku sangat sempurna. Dia cantik, berpendidikan, dan terpandang. Aku sangat senang bisa memiliki cucu mantu sepertinya." Tambah Katelyn yang semakin membuat Emerald geram.

Emerald hanya tersenyum tipis, hatinya nyaris mati rasa karena terlalu sering dihina oleh wanita itu. Hah, apa perdulinya? Dia hanya perlu bekerja profesional tanpa melibatkan hatinya bukan? Lagipula siapa yang perduli padanya?

"Apa itu biola mu?" Tanya Raquel.
"Benar nona."
"Bisa kau mainkan satu lagu untuk ku?"
"Tentu nona."

Emerald meraih biolanya, jarinya mulai menari berpindah kunci di leher biola sementara tangan kanannya menggesek senar biola dengan luwes.

"Aku suka permainan mu. Nek, bagaimana jika saat pertunangan ku dia yang akan membawakan lagu untuk berdansa?"

Seketika Emerald merasakan dunianya berhenti berputar, bermain biola untuk pertunangan mereka? Yang benar saja, yang ada Emerald bisa menangis dan mengacaukan segalanya.

"Tapi maaf nona--" Kalimat tolakan Emerald mendadak tertahan saat Katelyn menatapnya penuh dengan ancaman.
"Tentu, aku pastikan dia yang akan memainkan lagu itu untuk mu dan Xander." Ucap Katelyn.

Tentu saja, calon putri itu akan mendapat semua yang dia inginkan. Dan Emerald yang akan berdarah-darah dibawah kebahagiaan mereka.

"Baiklah, kita harus pulang. Banyak yang harus kita siapkan. Oh ya Nona Fust, acara pertunangannya akhir minggu ini. Jadi bersiaplah." Ucap Katelyn.
"Kau akan menjadi kado terbesar untuk cucu ku." Bisik Katelyn tepat di samping telinga Emerald sebelum benar-benar beranjak dari sana.

Emerald pengusap wajahnya lelah, sepertinya nasibnya tidak pernah baik setelah bertemu dengan Xander. Sepertinya pria itu datang bukan hanya membawa pesona, tapi dia juga membawa bencana untuknya.

💍

LEBIH DARI DITINGGAL NIKAH SIH INI, SADESSS. HOHOHO HAVE FUN GAES, TOLONG TENANG JANGAN NGEGAS OK?

GD NIGHT💙

Once Upon a DanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang