Aku yakin mata ku membengkak karena tangis ku dan aku yang memilih tetap terjaga hingga sekarang. Aku berusaha tetap siaga untuk keselamatan ku sendiri. Aku tidak mau pria sial bernama Nick itu kembali datang pada ku.
Sangat sunyi disini. Aku bahkan tidak pernah mendengar adanya suara dari luar bangunan ini. Aku tidak bisa menebak dimana diri ku ini.
Derap langkah langsung dapat aku dengar walaupun jaraknya masih sangat jauh. Aku menegakan duduk ku dan menambah kesiagaan ku. Tidak lama semua lampu diruangan ini dinyalakan membuat ku mengerang karena cahaya dan ruang putih ini meganggu penglihatan ku.
Pintu itu berbuka membawa beberapa pengawal masuk dan seorang gadis?
"Lama tidak bertemu dengan mu Nona Fust. Kau merindukan ku? "
Aku hanya membalasnya dengan tatapan sengit. Aku tidak terkejut dengan siapa dalang di balik ini semua.
"Lihat siapa yang terikat disini."
Raquel menarik kasar penutup mulut ku sebelum mencekal rahang ku sembari menampilkan senyum penuh ejekannya.
"Kau terlihat sangat buruk. Oh memang seharusnya seperti itu. Kau pantas menderita karena telah mengusik kehidupan ku."
Raquel menepuk kasar pipi ku beberapa kali. Aku masih enggan membalas perkataannya. Dan benar diam ku semakin membuatnya kesal.
"Ah aku hampir lupa. Aku membawa hadiah untuk mu."
Raquel memberi isyarat pada pengawalnya untuk mengambilkan 'hadiah' untuk ku. Perasaan tidak enak langsung menyerang ku saat Raquel membuka gulungan kain hitam yang menyembunykan beragam pisau dan benda tajam lainnya.
"Apa untungnya kau melukai ku?" Ejek ku.
Raquel mengambil sebilah pinset tajam sebelum menarik rambut ku dan memainkan pinset itu di atas kulit wajah ku dengan gerakan mengintimidasi.
"Merusak wajah memuakan mu ini menurut mu apalagi? Atau memotong nadi mu? Aku fikir itu lebih menyenangkan."
Dia memindahkan pinset itu tepat di atas nadi ku. Aku berusaha untuk tenang dan menyembunikan ketakutan ku. Aku tidak boleh terlihat terintimidasi oleh wanita sialan ini.
"Tidak akan ada yang bisa menolong mu. Dimana pangeran tampan mu itu?" Bisik Raquel tepat di telinga ku.
Aku memejamkan mata ku. Tidak akan ada yang bisa menolong ku. Itu fakta. Apa yang aku harapkan? Aku hanya akan menghabiskan waktu ku disini sebagai tawanannya.
Tak lama kemudian sirine peringatan berbunyi meraung-raun disusul dengan getaran yang cukup kuat yang menghantam ruangan ini.
"Ada apa ini?" Raquel memekik kesal.
Merasa dia lengah, aku segera mengayunkan kepala ku kebelakang untuk menghantam kepala besarnya itu. Raquel terhenyak kebelakang dan mengerang kesal. Aku yakin ini pasti sangat sakit karena kepala ku juga sakit.
"Kau. Kau berani melakukan itu." Geramnya. Dia akan melukai ku dengan pinset yang dia pegang. Tapi niatnya harus terhenti saat seorang pengawalnya datang tergesa padanya.
"Keluarga kerajaan Inggris menemukan kami nona."
Aku memutar kepala ku untuk melihat ekspresi kagetnya sebelum tersenyum penuh kemenangan.
"Ternyata pangeran ku disini. Senang rasanya." Aku memainkan nada bicara ku yang entah bagaimana pasti terdengar menyebalkan untuknya.
"Siapkan helikopter ku. Dan kalian harus menahan mereka. Hanya aku yang akan pergi dengan jalang ini. Persiapkan jalang ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon a Dance
Historical FictionMereka dipertemukan saat pesta dansa, dan dipermainkan oleh takdir. TRILOGI MARRIAGE MY PRINCE. DAPAT DIBACA TERPISAH, WALAU DISARANKAN UNTUK BACA DARI AWAL. TERIMAKASIH💕