She's a Liar(?)

1.6K 87 3
                                    

Emerald membuka pintu kamarnya ini sudah lewat tengah malam dan ketukan di pintu kamarnya membuatnya terbangun dan membuka pintu kamarnya. Dirinya yang masih setengah tertidur membuatnya sedikit lama dalam berpikir, termasuk saat menatap Xander yang berdiri di depannya. Emerlad mengusap matanya sebelum menepuk wajah Xander untuk memastikan dia tidak bermimpi.

"Hey!" Seru Xander sesaat setelah istrinya menepuk wajahnya.
"Oh maaf aku kira ini mimpi." Emerald langsung memeluk Xander sebelum mengecup bibir Xander dengan singkat.

Mereka berdua kembali ke kamar mereka dengan Emerald yang bergelanyut manja padanya.

"Aku merindukan mu." Ucap Emerald dia sibuk menghadiahi kecupan kecil di seluruh wajah suaminya.

Xander hanya terkekeh sembari memeluk pinggang istrinya, ini belum waktunya untuk pulang, harusnya dia baru kembali lusa tapi Xander memilih mempercepat kepulangannya karena dia tidak ingin semakin lama dia jauh dari istrinya semakin banyak pula laporan yang dia terima dari Samantha mengenai istrinya.

"Aku yakin kau sangat lelah, aku akan menyiapkan air hangat untuk kau mandi, ok?" Sekali lagi Emerald mengecup bibir Xander sebelum beranjak ke dalam kamar mandi mereka.

Xander melepas jasnya dan melonggarkan dasinya, dia duduk di sisi ranjang sembari menunggu Emerald menyiapkan air hangatnya. Dia melihat ponsel istrinya tergeletak di nakas, tiba-tiba rasa penasaran menggerogoti hatinya. Dia ingin tahu isi ponsel Emerald, apakah ada pesan singkat atau panggilan dari pria yang belakangan ini sering bersama istrinya.

Lalu Xander menemukan pesan yang terakhir masuk dari seorang pria yang dinamai Ryan oleh istrinya itu.

"Selamat beristirahat, My Princess☺"

Serius? Pria itu memanggil istrinya dengan sebutan My Princess? Hey tidak ada yang boleh memanggil istrinya dengan panggilan yang lebih terdengar seperti panggilan kesayangannya itu.

Gemricik air yang semula terdengar kini mendadak senyap, ini membuat Xander segera meletakan ponsel istrinya di tempat semula, dan saat itu juga Emerald muncul dari pintu kamar mandi dengan senyum manisnya.

"Air hangat mu sudah siap." Ucap Emerald.

Xander mendekati istrinya itu dia ingin menanyai soal pria bernama Ryan itu, tapi dia tidak ingin suasana hatinya rusak karena mungkin pertanyaannya berujung dengan adu argumen antara mereka berdua.

"Kau bisa tidur terlebih dahulu, aku yakin kau pasti lelah." Ucap Xander sebelum mengusap pipi Emerald dan masuk ke kamar mandi.

***

Emerald berbaring disana memandangi langit-langit yang berhiaskan lukisan indah, tentu dia menunggu Xander menyelesaikan ritual berendam air hangatnya dia tidak ingin tidur begitu saja. Dia ingin mendengar cerita dari suaminya mengenai perjalanan tugasnya tanpa Emerald disisinya.

"Kau belum tidur?" Suara itu membuat Emerald langsung menengok ke arah datangnya suara.

Xander berdiri dengan baju tidurnya disana dengan rambutnya yang masih setengah basah.

"Dan melewatkan keluh kesah suami ku? Tidak tentu saja." Emerald memilih mengubah posisinya dengan duduk dan menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang mereka.

Emerald memperhatikan Xander yang tengah sibuk dengan pengering rambut milik mereka. Emerald bangkit dan mendekati Xander, dia mengambil alih pengering rambut yang semula di genggam Xander.

"Biar aku bantu." Ucap Emerald.

Xander duduk di kursi riasnya, tapi dia tidak menghadap cermin di depannya melainkan dia memilih untuk membelakangi cermin dan menghadap istrinya. Lengannya melingkari pinggang Emerald sebelum menariknya lebih dekat dengannya.

"Aku sangat merindukan mu." Bisik Xander.
"Aku juga merindukan mu." Balas Emerald sembari mengeringkan rambut suaminya.

Sungguh dia memang merindukan Xander, sangat. Siapa yang tidak merindukan orang yang paling dia sayangi saat mereka jauh darinya?

"Apakah kau pernah berpikir untuk meninggalkan ku?"

Mendengar pertanyaan itu Emerald langsung mematikan pengering rambut itu dan menatap Xander.

"Kenapa kau bertanya soal hal itu?" Tanya Emerald, karena memang tak biasanya suaminya menanyai hal itu, tapi sungguh itu wajar untuknya dia hanya sangat terkejut.
"Aku hanya ingin tahu." Bisik Xander.

Emerald menangkup rahang Xander dengan kedua tangannya, dia menuntun Xander agar menadahkan kepalanya sehingga dia bisa menatap mata suaminya.

"Dengar, menjadi seseorang yang berada di samping mu adalah hal yang paling menakjubkan selama hidup ku. Aku tidak akan meninggalkan mu, kau tahu itu, lagipula yang seharusnya yang khawatir adalah aku. Kau bisa saja mendapatkan wanita yang jauh lebih sempurna daripada aku." Ucap Emerald dengan lirih dengan senyum tipisnya.
"Kau yang terbaik tidak akan ada yang bisa menggantikan mu." Balas Xander.

Sungguh dia sangat takut kalau ternyata semua ucapan yang Emerald ucapkan tidak memiliki makna apapun, dia takut jika ternyata Emerald berbohong kepadanya.

Emerald menangkap perubahan pada sorot mata Xander, dia tahu baik Xander daripada Xander sendiri.

"Ada sesuatu yang mengganggu pikiran mu?" Tanya Emerald.
"Tidak ada." Elak Xander.

Emerald terkekeh sebelum kemudian meletakan kedua tangannya pada kedua bahu Xander.

"Oh ayolah kau tahu kau tidak bisa berbohong pada ku." Ucap Emerald dengan senyum lebarnya.
"Baiklah, tapi berjanjilah kau akan menjawab pertanyaan ku?" Akhirnya Xander membulatkan tekatnya untuk menanyai Emerald mengenai hal ini.
"Tentu saja." Jawab Emerald dengan enteng tapi dia berubah menjadi serius saat Xander juga menatapnya dengan serius.
"Siapa pria yang bernama Ryan itu?"

Emerald sejenak tertegun dengan pertanyaan dari Xander, seingatnya dia belum menceritakan mengenai Ryan padanya. Ya Emerald memang berniat menceritakan pertemuannya dengan Ryan setelah ini, tapi sekarang Xander lebih lebih dahulu menanyainya tentang Ryan.

Menatap Emerald yang sejenak tertegun itu membuat Xander sedikit kecewa, jika pria itu bukan siapa-siapa untuk istrinya tentu dengan mudah dia pasti akan bisa menjawabnya.

"Dia adalah sahabat ku saat kami kecil. Ah ya darimana kau tahu soal Ryan?"

Kali ini Xander yang terdiam, dia tidak mungkin mengatakan dia memata-matai Emerald.

"Tentu dari pengawal ku bukan? Mereka yang melaporkan ini pada mu?" Ucap Emerald saat Xander baru saja akan angkat bicara. Xander hanya bisa tersenyum menanggapi tebakan itu, dia tidak perlu berbohong atau mencari alasan yang masuk akal untuk itu.
"Tak ada yang perlu dikhawatirkan, dia hanya sahabat ku." Emerald mengecup bibir Xander lagi kali ini lebih lama dari sebelumnya.
"Mari kita istirahat."

***

Xander menatap langit-langit di atasnya, tangannya bergerak mengusap punggung Emerald. Istrinya sudah tertidur nyengak di pelukannya. Dia sangat ingin tidur sekarang tapi pikirannya tidak mengijinkannya.

Xander masih memikirkan mengenai hubungan Emerald dengan Ryan yang diklaim sebagai sahabat istrinya itu, tapi kenapa selama ini Emerald tidak pernah bercerita padanya dia memiliki sahabat bernama Ryan? Kenapa baru-baru ini pria itu hadir di hidup mereka? Bagaimana jika ini semua sekedar omong kosong dari Emerald? Tapi bagaimana mungkin? Bagaimana Emerald berbohong dan bermain di belakangnya? Seberapa unggul Ryan dibanding dengannya? Xander memiliki kedudukan di seluruh negri ini, dan jika Emerald bermain di belakangnya sudah pasti pria yang bersamanya bukan pria biasa. Seberapa kaya Ryan hingga Emerald dapat berpaling darinya?

Pertanyaan dan berbagai terkaan muncul di kepalanya dan berulang-ulang seperti kaset pita yang rusak, segera Xander memejamkan matanya untuk mengusir itu semua berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau itu semua belum tentu benar.

***

Thanks:)

Once Upon a DanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang