Chapter 4

49K 943 97
                                    

Adam pasti sudah gila karena kembali terjebak dalam situasi dimana ia yang seharusnya menolak ciuman Fala adiknya sendiri namun justru menikmatinya sepenuh hati.

Pria itu tidak bisa memejamkan mata, dan seakan gila karena pikirannya yang semakin aneh.

Maka ia bangkit lalu keluar dari kamar Fala setelah memastikan adiknya tersebut tidur nyenyak.

Tanpa Adam ketahui Fala menatap kepergiannya sekilas dan kembali memasukkan tubuhnya dalam selimut dengan debaran yang sama kerasnya saat bibirnya bertemu bibir kakaknya.

Gadis itu tersenyum dalam tidurnya.

***

Rosalinda menghampiri Adam untuk merapikan dasi dan kemeja kerjanya. Ia melakukannya dengan beberapa kalimat seperti pesan pesan bernada protektif pada putra kesayangannya tersebut.

Adam meminum segelas susu pemberian mamanya dan melirik Fala yang baru ikut bergabung untuk sarapan. Matanya sejak tadi mengawasi gerak gerik adiknya namun gadis itu seolah tak tertarik untuk menatap ke arahnya barang sekalipun.

"Nanti sore papa sama mama mau berangkat ke Makasar" Wijaya membuka obrolan sembari menatap kedua anaknya. Koran yang berada di genggamannya ia lipat menjadi dua.

"Papa minta tolong handle kerjaan papa dulu ya dam. Gantikan tugas papa juga buat nego dengan client di Bandung" Wijaya membenarkan letak kacamatanya.

"Baik pa"

Wijaya menatap Fala.

"Fala papa minta tolong temenin abangmu ke Bandung ya" Fala hampir tersedak minumannya karena perkataan Wijaya. Ini berita baik sekaligus buruk buat Fala. Ia bahagia bisa berdua bersama Adam, namun akan sangat bahaya baginya jika memelihara perasaan terlarang ini lebih lama.

Gadis itu akhirnya mengiyakan dengan susah payah.

Fala mengarahkan tatapannya pada Adam yang ternyata juga sedang menatapnya. Waktu seolah berhenti saat gadis itu ingin menikmati pemandangan indah di depannya.

Bagaimana bisa ia menghilangkan rasa cintanya pada laki laki yang setiap harinya terlihat semakin mempesona di matanya.

"Lily sementara dirumah dulu ya nak"

Fala melirik Lily yang sejak tadi diam seribu bahasa, gadis itu akhirnya mengangguk menuruti perkataan Wijaya.

Fala melihat Adam berdiri dan mengikuti Lily untuk masuk ke kamar beberapa saat.

Gadis itu ikut berdiri.

"Fala berangkat dulu"

Setelah berpamitan dengan Wijaya dan Rosalinda ia menerima telpon dari Daniel sembari berjalan keluar pintu.

Tangannya merogoh tas untuk mencari kunci mobilnya, dan ia teringat jika kuncinya masih berada di tempat kunci dan belum mengambilnya.

Gadis itu berjalan mendekati tempat penyimpanan kunci yang berada di depan kamar Adam dan Lily.

Kunci yang berhasil dipegangnya jatuh saat melihat pemandangan di depannya. Adam merangkul Lily yang sedang menangis kemudian ia melihat Lily berjinjit dan mencium bibir kakaknya.

Dunia Fala terasa hancur hanya dalam sekejap.

"Fal...? " suara Daniel berhasil memecah pikiran Fala. Sambungan telponnya masih aktif.

"Niel hari ini bawa gue pergi" ujarnya terbata dengan mata masih menatap lurus.

"Hah? "

Mata Fala memanas,

WILD SISTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang