Episode 5-Special POV Erlangga

3.4K 369 27
                                    

Author note;

Episode ini pake POV Erlangga ya 😊😊

Happy reading
.
.
.
Sorry for typos

🌸🌸🥑🥑🍓🍓🍒🍒🌸🌸

Oxford, United Kingdom

Udah nggak ngerti lagi, serius. Dari bangun tidur udah gue coba buat missedcall adik gue, Hannah dan nggak ada jawaban sama sekali karena ternyata handphone nya off.

Sekarang di Jakarta udah Maghrib, seharian nggak ada kabar bikin gue kalang kabut, untungnya hari ini nggak ada kelas pagi. Jadi bisa di apartment nungguin telepon balik dari Hannah.

Biasanya kalau gini nyokap pasti udah gangguin gue buat teleponin Hannah. Curiga kayaknya ada apa-apa sampai Mami nggak kabarin gue juga.

Oke, gue coba sekali lagi.

Dering pertama

Kedua

Ketiga

Dan di angkat.

"Hallo, Kak?"

Eh kok suaranya serak.

"Lho Dek? Kamu kenapa? Kamu nangis? Ada apa?"

Hannah bukannya jawab malah nangis kejer dan bikin gue makin panik. Astaga. Adik gue ini kenapa?

"Hannah? Cerita ada apa, Han?"

Gue tunggu sampai akhirnya Hannah udah mulai tenang, gue minta dia buat atur nafas dulu sebentar baru ngomong pelan-pelan.

"Udah? Tenang? Ada apa cerita sama Kakak." kata gue waktu Hannah udah nggak nangis kayak tadi lagi.

"Mami... Mami nampar Hannah, Kak."

"Hah? Gimana ceritanya?!"

"Iya Kak..." suara Hannah mulai bergetar lagi. Terus dia cerita semuanya kenapa seharian ini nggak bisa di hubungin lalu dia main ke mana daritadi sampai akhirnya tadi sampai rumah Hannah kena marah dan kena tampar sama Mami.

Jujur, baru kali ini gue denger Mami marah sampai berani nampar anaknya kayak gini. Gue tahu kok, paham bahwa akan ada saatnya kita nakal dan bandel apalagi kurang perhatian dari orang tua kayak gue dan Hannah begini. Gue juga pernah cabut kok tapi nggak sampai ketahuan Mami atau Papi.

Mungkin hari ini sialnya Hannah sampai ketahuan sama Mami, semoga aja Mami masih baik dan nggak kasih tahu Papi soal ini. Kalau sampai kejadian, gue bakal balik ke Jakarta terus bawa adik gue ke sini. Pengen tahu nyeselnya Mami Papi gimana kalau kita berdua beneran cabut dari rumah.

"Kamu baru sekali ini cabut, dek?"

"Iya, baru tadi pagi. Hannah nggak kuat Kak lama-lama begini..." katanya lagi terus nangis lagi.

Gue nggak tega denger Hannah nangis begini. Bukannya gue jahat tinggalin Hannah di Jakarta sama Mami Papi tapi ini satu-satunya cara biar gue terhindar dari tuntutan buat jadi dokter kayak Mami sama Papi. Gue nggak tertarik ke arah sana.

Adik gue ini tipikal orang yang kalau nggak di pancing nggak bakal cerita apapun. Kayak gini nih, gue nggak tahu apa yang Mami Papi lakuin ke Hannah selama gue nggak ada.

"Sabar dek.., I know it won't works. Tapi setidaknya jangan balas Mami dengan hal-hal yang bikin kamu jadi dosa sendiri. Kakak tahu kamu pasti kecewa sama Mami, kakak pun tapi ya udah. Tunggu nanti ada saatnya Mami Papi nyesel."

BLANK SPACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang