Episode 8

3.4K 384 11
                                    

Happy reading
.
.
.
Sorry for typos

Hari ini niat Sekar mau bertemu Aliya mumpung sudah jam makan siang, biasanya Aliya tidak pernah keluar untuk makan siang. Dari jauh Sekar sudah melihat Aliya berjalan menuju day care di lantai satu bersama dua dokter lainnya yang Sekar tahu itu adalah adik ipar Aliya. Jasmine dan Jihan.

Ah, Sekar baru ingat kalau Aliya masih punya batita yang setiap hari dibawa ke KMC dan bermain di daycare sampai Aliya lepas jaga sore nanti.

Sekar menghampiri Aliya saat sejawatnya itu sedang melepas sepatu dan kaus kakinya di luar sebelum masuk daycare.

"Dok." sapa Sekar.

Aliya menoleh. "Eh hai, tumben sendirian?"

"Iya, dr. Banyu masih ada di OK." jawab Sekar, Aliya mengangguk. "Oh iya dok, kita bisa ngobrol sebentar? Ada yang mau saya bicarakan."

"Oh boleh, soal apa?" tanya Aliya sambil mengambil sandal khusus untuk di daycare.

"Soal Hannah." jawab Sekar getir.

Aliya mengangguk.  "Tapi saya sambil suapin Kenzie makan ya?"

"Iya dok."

Sekar juga jadi ikut mengganti sepatunya dengan sandal dan masuk ke dalam daycare. Wangi khas bayi menyeruak ke indra penciumannya lalu di sambut para bayi yang sedang bermain.

"Momomommm..." pekik Kenzie saat melihat Mommy nya datang.

"Haii jagoannya Mommy." Aliya lantas memeluk putra bungsunya itu sampai dia tertawa kegelian karena terus diciumi, Sekar hanya bisa tersenyum melihat interaksi antara Aliya dan anaknya.

Sekar juga dulu begitu dengan Erlangga dan Hannah. Tapi... Dulu.

"Main sama twins dan Idzar ya?"

"Yaaa.. Lagi mam. Ma unda, ma amiihh..." cerita Kenzie. "Mamam, Zie mam juga."

Ugh.

Ya Tuhan...

Rasanya Sekar ingin menangis saja jika sudah melihat yang seperti ini. Apalah dirinya yang selalu sibuk dan tak ada waktu untuk kedua anaknya sementara Aliya dengan segudang pekerjaan masih memiliki waktu untuk keempat anaknya.

"Lucu ya dok, usia berapa?" tanya Sekar setelah mereka duduk di kursi mungil dengan meja bundar.

"Kenzie usia tiga tahun. Bungsu." jawab Aliya sambil menyuapi Kenzie makan siang.  "Oh iya tadi mau nanya apa?"

Sekar tersenyum getir merasa malu. "Gini dok, hubungan saya dengan Hannah sudah beberapa lama ini renggang sekali. Terakhir Hannah nggak mau sama saya karena takut..." Sekar menggantung ucapannya.

"Takut apa?" Aliya mengerutkan dahinya.

"Takut saya tampar, dok." "

Aliya nampak terkejut lalu beristighfar. "Kenapa bisa begitu, dok? Apa Hannah buat salah yang fatal?"

Sekar mengangguk. "Sekitar dua minggu lalu sebelum ujian tengah semester ini, Hannah sempat cabut dari sekolah dan pulanh sudah sore tanpa bisa saya hubungi. Saya reflek dan jujur, khilaf."

"Ya, Bryna waktu itu juga cerita soal Hannah yang cabut dan pas sekali dokter Sekar juga datang ke sekolah kan?"

"Iya, hari itu kebetulan saya cuti. Niatnya mau jemput Hannah tapi malah kayak gitu kejadiannya." sendu Sekar.

"Maaf kalau saya lancang dok, Hannah seperti itu awalnya bagaimana?" tanya Aliya pelan.

"Awalnya karena saya dan Papinya anak-anak terlalu sibuk dan larut dengan pekerjaan. Waktu mereka masih kecil, belum paham, mereka hanya tahu kami kerja bisa ajak mereka jalan-jalan tapi makin lama makin ke sini mereka besar dan sadar bahwa kami terlalu sibuk dan kurang perhatian tapi kami selalu menuntut Hannah dan Erlangga untuk menuruti semua kemauan, terutama Papinya." cerita Sekar, Aliya masih mendengarkan dengan seksama.

BLANK SPACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang