Epilog

6K 399 57
                                    

Happy reading
.
.
.
Sorry for typos

Beberapa tahun kemudian...

Keputusan terbesar harus di ambil Hannah setelah kelulusan SMA nya beberapa bulan yang lalu. Hati Hannah sudah bulat dengan keputusannya untuk tidak mengambil jurusan yang sama seperti kedua orang tuanya yaitu, Kedokteran.

Cukup lama Hannah memikirkan hal ini meskipun ia tahu bahwa Papi dan Maminya pasti sangat berat karena tak ada yang meneruskan profesi mereka sebagai petugas kesehatan.

Seperti Erlangga, Hannah kini memutuskan untuk mengambil sekolah design di luar negeri, di salah satu kota tercantik dunia yaitu Paris, Prancis. Hannah menemukan hatinya terpaut pada mendesign sesuatu terlebih lagi baju-baju yang cantik serta eye catching.

Hannah punya mimpi ingin menampilkan karya rancangannya di kancah internasional setelah sebelumnya ia mendesign untuk acara sekolahnya. Dengan berbekal sebuah mimpi itu, Hannah ingin meyakinkan sekali lagi pada kedua orang tuanya bahwa membanggakan keluarga bukan hanya dengan profesi tertentu saja.

Kini Banyu dan Sekar telah membebaskan Hannah untuk memilih sendiri sekolah apa yang anak mereka inginkan. Mereka tak ingin lagi mengulang kejadian yang telah lalu dan membuat anak-anak mereka tertekan dan depresi. Meskipun tak menampik bahwa mereka berharap pada Hannah untuk menjadi seorang dokter seperti mereka namun Hannah sama sekali tidak tertarik pada hal itu.

"Hannah, kamu yakin mau ambil sekolah fashion design di Paris?" tanya Sekar saat Hannah sibuk mendesign di teras belakang rumahnya.

"Mami, Hannah udah mantap dan keputusan Hannah nggak akan berubah." jawab Hannah dengan tangannya yang masih sibuk menggambar.

"Mami kurang yakin apalagi sih?" tanya Hannah kini menatap Maminya.

Sekar mengusap kepala Hannah. "Ya kamu tahu kan kalau mami masih berharap sama kamu tapi melihat tekad kamu seperti ini mami nggak akan tega juga memaksa kamu seperti Kak Angga dulu."

Hannah melepas pensil gambarnya dan tersenyum. "Makasi udah menghormati keputusan Hannah dan nggak memaksakan kehendak mami lagi seperti dulu. Hannah cuma mau menjalankan apa yang Hannah cintai dan sesuai dengan hati. Karena sesuatu yang dikerjakan dengan terpaksa nggak akan maksimal hasilnya."

Sekar mengangguk. "Iya sayang. Kapan pendaftaran dibuka? Apa harus ke Paris untuk daftar?"

"Nggak usah, Mi. Hannah udah apply kok. Sekarang kan udah canggih, kan semua bisa lewat online. Jadi nanti keputusan masuk atau nggaknya pasti dikabarin via email."

Sekar mengangguk mendengar penjelasan Hannah. Ya, zaman sudah canggih, ingin kuliah di luar negeri saja tinggal daftar lewat online tanpa harus datang ke lokasi.

"Kapan pengumuman?"

"Kayaknya sih hari ini waktu Prancis. Nanti Hannah kasih tahu deh kalau udah keluar, Papi pulang kapan, Mi?"

"Siang ini harusnya. Ya udah, Mami berangkat kerja dulu ya. Kamu jadi keluar sama Zara dan Bryna?"

Hannah mengangguk.

"Ya udah, hati-hati ya." Sekar mengecup kening Hannah sebelum berangkat ke rumah sakit untuk praktik hari ini.
.
.
.
.

"dr. Aliya..." panggil Sekar saat berpapasan di koridor rumah sakit menuju kantin.

"Eh iya ada apa dr. Sekar? Kita makan siang bareng." ajak Aliya.

"Boleh."

Keduanya berjalan ke arah kantin yang sudah mulai ramai karena jam makan siang sudah mulai. Seperti biasa, makanan andalan di kantin rumah sakit ini adalah nasi campur dengan berbagai macam lauk pauk dalam satu piring serta sambal pedas yang menggugah selera makan.

BLANK SPACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang