Episode 6

3.4K 397 61
                                    

Happy reading
.
.
.
Sorry for typos

[Kerispatih-Bila rasaku ini rasamu]

Segala macam rupa pertengkaran sudah terjadi di rumah ini, rumah yang tadinya riang, kini suram tak ada cahaya. Banyu mulai merasakan tidak nyaman begitu sampai di rumah bersama Sekar tak ada lagi yang menyambutnya seperti Hannah dan Erlangga kecil dulu.

Rasa marah masih menguasai Banyu karena Erlangga membangkang dan tidak menurut padanya untuk kuliah di Jakarta mengambil fakultas kedokteran. Sampai saat ini sepertinya Banyu belum pernah lagi menghubungi Erlangga bahkan ia sudah lupa kapan terakhir kali ia berbicara dengan putra sulungnya itu.

Di tambah lagi dengan Banyu menemukan beberapa struk belanjaan di dekat dompet Sekar beberapa hari yang lalu. Memang Sekar sudah tidak mengirimi Erlangga uang lagi karena larangan darinya tapi ternyata diam-diam Sekar mengirimi paket makanan mentah dan camilan untuk Erlangga.

Dan lagi-lagi, Banyu harus meredam amarahnya agar tidak terjadi perpecahan lagi di dalam rumahnya.
.
.
.
.

Kemang Medical Center, Lunch time

Banyu sedang berjalan menuju kantin KMC, dari kejauhan ia sudah melihat seorang sejawatnya dengan dua anaknya yang di rangkul kanan-kiri sedang mampir ke rumah sakit, dr. Adrian, sang direktur utama KMC.

Dari jauh Banyu melihat mereka nampak dekat, akrab dan di antara mereka ada tawa yang terdengar. Ah. Anak Adrian satunya lagi perempuan, Banyu lupa. Seandainya ia dan Hannah bisa sedekat Bryna dan Daddy nya, mungkin Banyu takkan merasakan perih di hatinya seperti saat ini.

"Oh iya, Dy, tahu nggak Hannah beberapa hari lalu cabut lho dari sekolah, kasian dia. Eh pas banget Maminya datang ketemu bu Jovi." cerita Bryna, dari belakang Banyu mengerutkan dahinya, Hannah?

"Hannah siapa?" tanya Adrian.

"Itu lho Dy, anaknya Om Banyu dan Tante Sekar yang kerja di sini juga." tambah Bryna membuat Adrian mengangguk-angguk.

Sementara Banyu kaget dan bingung di belakang sana. Banyu mempercepat langkahnya dan menghampiri Adrian serta anak-anaknya. "Dok! Dokter Adri." panggil Banyu.

Adrian berhenti lalu tersenyum. "Makan siang juga dokter Banyu?" tanyanya ramah.

"Iya..." jawab Banyu pendek. "Hmm, maaf sebelumnya Bryna, kamu kenal ya sama Hannah?"

Bryna mengangguk pasti. "Teman sebangku, Om."

"Tadi kata kamu Hannah cabut dari sekolah? Itu kapan ya?" tanya Banyu.

"Oh iya itu udah beberapa hari yang lalu dan langsung ketahuan sama Tante Sekar. Om Banyu emangnya nggak tahu ya?" ujar Bryna sepolos-polosnya.

"Tante Sekar nggak cerita apapun ke Om. Makasi ya Bryna."

Seketika perasaan Bryna tidak enak. Ia keceplosan lagi.

Banyu langsung pamitan dan segera menuju kantin cepar-cepat agar segera bertemu dengan Sekar lalu menanyakan ada apa sebenarnya sampai ia sendiri tak tahu kalau anak bungsunya jadi nakal begitu.

"Kayaknya kamu salah ngomong lagi, Dek." ujar Bryan saat mereka bertiga masih terpaku di tempat yang sama sementara Banyu menghilang secepar kilat.

"Ups!" ringis Bryna tak enak hati.
.
.
.

"Hai, Mas. Makan ya? Aku pesenin." ujar Sekar saat Banyu duduk di hadapannya dengan raut wajah tak bersahabat.

"Nanti dulu. Ada dua hal yang mau aku tanyain sama kamu." tegas Banyu, untung saja kantin tidak ramai bahkan cenderung sepi karena sudah lewat jam makan siang.

BLANK SPACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang