Episode 11

3.1K 378 49
                                    

Happy reading
.
.
.
Sorry for typos

Hannah mengerjapkan matanya lalu meregangkan tubuhn sambil mengumpulkan nyawanya. Matahari di luar sudah tinggi, sinarnya bahkan mampu menembus gorden kamar Hannah yang tadinya gelap kini sedikit terang bercahaya.

Ia duduk di tengah tempat tidur merapikan rambutnya yang berantakan. Ponsel Hannah berdering panjang tanda telepon masuk, Hannah segera menjawabnya dengan cepat.

"Hallo Kak!" sapa Hannah ceria.

"Hai, udah bangun?" tanya Erlangga di seberang sana.

"Baru aja..." jawab Hannah lalu menguap lalu terdengar Erlangga terkekeh di sana karena sepertinya Hannah masih mengantuk.

"Tidur lagi aja kalau masih ngantuk."

"Nggak ah, udah siang banget ini." kata Hannah sambil membuka gorden dan jendela kamarnya.

"Kemarin mau cerita katanya, soal apa?"

Terdengar helaan napas Hannah yang berat, ia duduk di single sofan setelah menggeser pintu kacanya. "Ya biasa Kak, mau marah tapi nggak bisa." ujar Hannah.

Kini Erlangga yang menghela napas. "Sabar. Nanti ada waktunya Mami Papi sadar. Oh iya kemarin temen-temen kamu gimana setelah denger semuanya? Mereka nggak menjauh kan?"

"Nggak Kak, malah Mom nya Bryna jadi perhatian sama aku. Aku iri Kak, kemarin Bryna sakit Mom nya cuti. Dulu aku sering sakit Mami Papi nggak ada yang peduli."

Erlangga terdiam sejenak. "Terus weekend gini Mami Papi ada di rumah nggak?"

"Nggak tahu. Belum turun."

"Hmmm, Dek libur sekolah nanti kenapa kamu nggak ke Jogja? Nengokin Eyang Putri? Sendiri aja, berani kan?"

Mata Hannah berbinar, selama ini ia hanya sesekali saja menghubungi Eyangnya di Jogja. "Kok aku nggak kepikiran."

"Iya ke sana aja, kemarin Eyang telepon Kakak. Pengin ke Jakarta tapi takut nyusahin Mami Papi, jadi kayaknya kamu aja yang ke sana ya?"

Hannah spontan mengangguk. "Iya Kak iya, nanti aku ke sana ya."

"Heum, dek, duluan ya. Ngantuk banget."

"Oke, sleep tight. Daa..."

Hannah mematikan teleponnya lalu bergegas keluar setelah merapikan tempat tidur dan mencium wangi masakan dari dapur yang harumnya sampai ke mana-mana.

"Biikk masak apa?" Hannah langsung menuju dapur meskipun belum mandi.

"Ini kesukaan Non Hannah, rollade asam manis." jawab Bik Tin lalu mematikan kompor dan memindahkan masakannya ke piring saji.

"Wah, mau Bik! Aku tunggu di meja makan ya."

"Siap Non."

Hannah duduk di meja makan sambil memainkan ponsel, mengecek media sosialnya. Rumahnya masih sepi, Hannah tak peduli karena sudah biasa ia sendirian seperti ini.

Tak lama kemudian Sekar dan Banyu keluar dari kamar, Hannah mengerutkan dahinya melihat sang Mami sudah rapih seperti ingin berangkat kerja.

"Anak Mami udah bangun." Sekar mengecup puncak kepala Hannah lalu duduk di kursinya.

"Han, Papi semalam beli cemilan kesukaan kamu tuh. Ada di kulkas, nanti dimakan ya." ujar Banyu sambil menuangkan air minum ke gelasnya.

Hannah diam saja tak menggubris, ia memilih untuk mengambil nasi serta lauk dan memulai sarapan meski isi kepalanya bertabrakkan karena melihat Maminya rapih di Minggu pagi begini.

BLANK SPACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang