Episode 9

3.1K 373 39
                                    

Happy reading
.
.
.
Sorry for typos

Akhir-akhir ini Hannah selalu bermimpi buruk apalagi setelah pertengkaran Mami dan Papinya waktu itu membuat Hannah semakin sulit terpejam saat malam hari dan membuatnya terbangun dengan mata sembab akibat menangis sampai terlelap.

Hannah kerap kali menangis sendirian di kamarnya apalagi saat mandi. Entah ia selalu merasa ada yang salah pada dirinya, lingkungannya bahkan orang tuanya. Hannah bahkan sudah tidak pernah keluar rumah lagi meskipun hanya ke toko buku bersama Bryna, dia selalu punya alasan untuk menolak meski Bryna berusaha menghiburnya namun Hannah belum bereaksi apapun.

Ingin sekali rasanya Hannah bercerita panjang lebar dengan Bryna tapi rasanya mulut Hannah masih kelu. Ia takut Bryna akan menjauhinya dan membuat dirinya malu sendiri karena keluarganya yang berantakan. Hannah takut ketika ia bercerita, Bryna juga akan malu memiliki teman seperti Hannah yang kejiwaannya terguncang akibat trauma-trauma yang berkepanjangan.
.
.
.
.

Suara pluit tanda kelas olahraga akan dimulai sudah terdengar nyaring, Hannah dengan tidak semangat juga mau tak mau ikut berkumpul dengan teman-temannya yang lain ke tengah lapangan.

"Kamu pucet banget sih, Han? Nggak lagi sakit kan?" tanya Bryna, Hannah hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Kalau lagi sakit ngomong aja, Han. Daripada dipaksain, ke UKS yuk! Gue temenin deh, males nih pelajaran olahraganya." ujar Zara membuat Hannah terkikik dan Bryna malah menoyor kepala Zara.

"Aku nggak apa-apa, Zar, Ryn. Udahlah, tuh denger Pak Gultom aja udah..." jawab Hannah santai meski hatinya tak santai karena perasaan yang hari ini tidak bisa di tebaknya, entah apa yang ia rasa.

Atau ini yang namanya mati rasa?

"Hari ini kita pengambilan nilai lari estafet, satu grup terdiri dari 3 orang, terserah mau sama siapapun asal jangan dengan satpam sekolahan, ya! Paham kalian?" ujar Pak Gultom dengan logat bataknya yang kental.

"Paham Pak..!"

"Ya sudah tunggu apalagi! Ayo cari temannya!" katanya lagi sambil memainkan kumisnya.

Anak-anak lalu sibuk mencari tim mereka, Hannah tentu tetap dengan Bryna dan Zara karena selain dua orang ini Hannah tidak mau dengan yang lain meskipun Hannah lebih dekat dengan Bryna.
🤸🏻🤸🏻🤸🏻🤸🏻🤸🏻

Pelajaran olahraga sudah di mulai, pengambilan nilai lari estafet berjalan lancar dan Hannah merada cukup senang karena bisa tertawa lepas dengan Hannah dan Zara.

Zara datang ke pinggir lapangan tempat Hannah dan Bryna menunggu dengan dua gelas es mangga di dalam kantong plastik dan satu lagi di tangannya. "Nih genk..." Zara menyodorkan kantong tadi pada dua temannya itu.

"Dih, emangnya boleh jajan, Zar?" tanya Bryna setengah berbisik.

"Udah napa minum aja sih." jawab Zara cuek sambil duduk di pinggir lapangan.

Ya, memang, jam pelajaran masih berjalan hanya saja sudah masuk free time dan sudah hampir tengah hari juga.

Hannah pelan-pelan menyesap es mangga sambil diam tanpa banyak kata, Bryna dan Zara saling tukar kode karena merasa Hannah semakin hari semakin beda dan terkadang kelihatan sangat pucat seperti orang kurang darah.

Tiba-tiba...

DUAGHHHH!!

Bola futsal melayang tepat kena kepala Hannah, Hannah reflek memegangi kepalanya yang mulai terasa sakit sementara Bryna dan Zara kaget bukan main.

BLANK SPACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang