12 Maret 2017
- Sebelum hari H
[Y] :: Yah, besok kita bisa ketemu dimana? ::
[D] :: Di Lempuyangan. Aku langsung, nggak mampir Yus. ::
[Y] :: Katanya mampir Jakal? Ketemuan di Lempuyangan aja po? Jam berapa? ::
[D] :: Nggak jadi. Boleh, aku insyaallah sampai di Lempuyangan jam setengah 2. Trus jadwal berangkat naik kereta jam 15.30 ::
[Y] :: Ok ketemuan di Lempuyangan ya ::
[D] :: Ya ::- Hari H
Hari itu hari Sabtu. Aku hendak menemui Diyah yang singgah sebentar di Jogja dan melanjutkan ke tujuan utamanya, yaitu terbang ke Jepang. Aku memutuskan untuk naik TJ (Trans Jogja) ke Stasiun Lempuyangan. Jika diperkirakan Diyah sampai Lempuyangan jam setengah 2, maka kemungkinan ia naik kereta dari Solo dengan jadwal jam 12. Ya sudah, biar sampai di sana barsamaan, jam setengah satu aku berangkat ke halte. Sembari menunggu di halte, aku memastikan.
12:00 [Y] :: Naik kereta jam berapa Yah dari Solo? ::
12:19 [D] :: Belum dapet tiket Yus. Mungkin jam 1 dari Solo ::Diyah rupanya ketinggalan kereta. Lalu kenapa aku berangkat jam segini, batinku. Ya sudah, aku pergi ke Kopma yang berada di belakang halte terlebih dahulu, dengan harapan akan melewatkan satu bus. Sekitar 15 menit aku kembali ke halte. Rupanya orang yang menunggu bus masih sama. Aku crosscheck kembali.
12:38 [Y] :: Udah dapet tiket? Berarti sampe Lempuyangan jam 2an ya ::
Tidak lama kemudian datang bus jalur 3A, jalur yang akan aku naiki. Sekitar 10 menit, bus sudah sampai di halte SMP 5, halte yang paling dekat dengan stasiun. Aku mengecek HP lagi. Belum ada balasan. Aku menambah kabar saja.
13:08 [Y] :: Yah aku nunggu di luar ya. Pake jilbab sama blazer biru ::
Usai menghabiskan minuman kotak yang baru saja aku beli, aku melanjutkan berjalan dari halte ke stasiun. Cukup jauh memang. Akan tetapi terlalu dekat jika naik becak maupun ojek.
Setelah melewati simpangan rel, terlihat dari jauh ada truk sampah. Dalam hati aku berdoa semoga truknya cepet pergi, jadi aku tidak perlu melewatinya. Masih dalam jarak kira-kira 100 meter, supir truk naik. Ternyata bukan mau pergi, akan tetapi malah mundur, agar distribusi sampah lebih mudah. Pekerjaan yang menjijikkan, kataku dalam hati. Tetapi tanpa mereka, siapa lagi yang mau melakukan. Mungkin mereka juga terpaksa melakukan pekerjaan itu, karena mereka sebagai tulang punggung keluarga. Bukanlah sebuah pekerjaan yang hina menurutku, ketika itu demi menggugurkan kewajiban mereka.
Aku pun sampai di stasiun. Ternyata ada 2 pesen masuk.
13:11 [D] :: Ketinggalan ::
13:26 [D] :: Yus kayaknya kita nggak bisa ketemu. Aku ketinggalan kereta Prameks jam 1. Maaf kalau ada salah, aku pamit ya ::Ternyata 2 pesen terakhirku belum terkirim. Aku segera berkirim kabar.
13:30 [Y] :: Aku udah di Lempuyangan Yah ::
Enam menit kemudian, semua pesan baru terkirim.
13:36 [D] :: Kamu udah di Lempuyangan?::
13:40 [D] :: Yus, bisa minta tolong cetak tiketku mau? Mau nggak? ::
missed voice call at 13:40
13:42 [Y] :: Gimana caranya? Jangan misscall :: (pesan baru terkirim 13:53)
13:47 [D] :: Yus, aku nanti sampe lempuyangan jam 15.20 dan aku langsung naik kereta tujuan Jakarta jam 15.30. Dan aku belum cetak tiket kereta. Nanti kalo mau ketemu di pemeriksaan tiket Yus, tapi itu sebentar banget ::Baterai tinggal 10%, aku beranjak dari kursi panjang menuju charge centre. Duduk di bawah sambil men-charge, mengobrol dengan mbak-mbak dari kampus sebelah. Ia sedang menunggu loket dibuka jam setengah 3 untuk tiket tujuan Wates.
13:50 [Y] :: 15.20 bukannya jadwal sampai tugu ya? :: (terkirim 13.57)
13.55 [D] :: Kamu sendiri atau sama siapa? ::
13:57 [Y] :: Sendiri Yah ::
13:57 [Y] :: Jadi suruh nyetakin nggak?" (terkirim 13.59)
13:58 [D] :: Bukan. Jadi aku kereta langsung yang Bengawan. Jadi beli double tiket tujuan Jakarta ::
14:00 [D] :: Nanti aku kabari kalau jadi::Sedari tadi cuaca panas. Tiba-tiba cuaca mendung dan hujan deras sekali. Beruntung aku sudah berada di stasiun. Hari itu stasiun cukup ramai
14:04 [Y] :: Di tempat cetak, antri Yah sepertinya ::
14:12 [D] :: Ini yus kode booking: ******. Minta tolong cetakin ya ::Aku segera bergegas ke tempat cetak tiket.
14:14 [Y] :: Ok udah Yah ::
14:19 [D] :: Oke. Makasih Yus. Kita ketemu di tempat pemeriksaan tiket. ::
14:22 [Y] :: Nanti kalo udah nyampe Maguwo bilang ::
14:23 [D] :: Oke ::Aku kembali ke tempat charge. Setengah 3, mbak-mbak itu mencoba mengecek ke loket. Dia kembali sambil mengomel, rupanya tiket sudah habis. Jadilah sekitar setengah jam mbaknya curhat, lalu cerita-cerita waktu masuk kuliah. Jam 15.05 ada peringatan kereta Prameks dari Solo. Bergegaslah aku ke pemeriksaan tiket. Hampir 5 menitan aku menunggu hingga penumpang yang turun sudah sepi.
15:11 :: Yah, kamu dimana? ::
Harap-harap cemas, sesekali aku menoleh ke arah pintu masuk, sesekali ke pemeriksaan tiket.
15:13 [D] :: Aku sudah sampai Maguwo Yus ::
Hah, baru sampai Maguwo? Aku masih saja bertanya dalam hati, dia sebenarnya naik kereta apa. Prameks yang jam 2 sudah lewat baru saja. Aku coba melihat kembali percakapan kami. Aku baru sadar pesan yang mengatakan double tiket. Ya sudah, aku menunggu saja di pemeriksaan tiket. 15.20 datanglah kereta Bengawan. Di gerbong paling depan, Diyah sudah di depan pintu sambil melambaikan tangan, dengan jaket kebanggaannya, jaket organisasi di fakultasnya. Setelah gerbong berhenti, dia pun segera lari ke pemeriksaan tiket. Kita berdua pun saling melempar senyum. Aku menyerahkan tiketnya, lalu kita cipika-cipiki barang sebentar. Setelah tiketnya di-input, ia pun kembali lagi ke gerbong. Setelah punggungnya tak terlihat lagi, aku pun beranjak keluar stasiun.
Hujan sudah reda dan meninggalkan basah jalanan. Perjalananku berlanjut kembali lagi ke halte. Kali ini aku lewat jalan di bawah flyover. Sebelum persimpangan rel, ada spanduk besar yang mengatakan kawasan stasiun melarang transportasi online menjemput atau menurunkan pelanggan sampai batas timur. Tentang transportasi online, ada pro dan kontra memang. Di sisi lain pelanggan (pengguna android dan iOS) dimudahkan dalam mendapatkan jasa angkut. Tetapi di sisi lain telah mengurangi pelanggan jasa angkut offline. Secara pribadi aku bukan pelanggan keduanya, dari dulu aku penyuka bus. Memakan waktu lebih lama memang, bagiku karena jauh lebih murah saja.
Aku pun sampai kembali di halte SMP 5. Cukup lama aku menunggu bus jalur 2A. Setelah naik bus jalur 2A, aku transit ke jalur 3B di halte dokter Yap. Karena menunggu bus dari arah selatan, mataku pun selalu tertuju ke arah kanan. Dari pintu halte, aku melihat sepasang suami istri tuna netra. Sang suami menggunakan tongkat untuk menerawang jalan, sementara sang istri berpegang pada lengan suami. Ketika hampir sampai di pintu halte, petugas halte menanyakan apakah mereka hendak naik TJ. Mereka mengiyakan. Lalu petugas memberikan aba-aba kepada suami itu ke pintu halte. Sesampainya suami istri itu di dalam halte, kami yang awalnya duduk, segera berdiri. Kami sengaja mengosongkan kursi untuk mereka. Sangat terharu melihat kekompakan mereka dalam segala kekurangan. Sementara di sini, kami yang diberikan kesempurnaan fisik, masih sering mengadu tentang ketidakberuntungan. Dari sini mengingatkanku siapa yang sebenarnya kurang beruntung.
Tak lama kemudian datang jalur 3B, aku pun menaikinya. Sementara suami istri itu tidak ikut serta. Tidak lama kemudian, sampailah aku kembali di halte Kopma dan berakhirlah perjalananku hari itu.
Tentang perjalanan kali ini, mungkin bukanlah sebuahhal penting bagiku, hanya berniat untuk saygoodbye ke Diyah. Namun dalam perjalanan kali ini aku menemukan kisah laindari sisi jalan. Kisah yang mampu memberi makna positif, sebuah motivasi ataudorongan untuk lebih memaknai kehidupan yang telah dianugerahkan ini.

YOU ARE READING
My Journey
AdventureIni adalah tentang perjalananku. Sebuah perjalanan singkat yang menjadi bagian dari perjalanan panjangku