6 Juli 2014
Minggu pagi masih petang, tepatnya usai subuh. Sesuai rencana, Aku dan temanku satu kost, teman satu SMA, Diyah, keluar kost dengan membawa sepeda. Jalanan masih begitu lenggang. Aku mengayuh di depan. Setelah keluar dari gang, kami menelusuri Jalan Simanjuntak ke arah selatan. Hingga tiba di ujung pertigaan, kami belok ke kanan ke arah Tugu Jogja. Saat di depan Mc*, aku memelankan sepeda, menunggu Diyah agar beriringan.
"Yah, belok sini yuk." Aku menunjuk belokan tepat setelah Mc*.
"Terserah." Sahut Diyah.
"Tau nggak ini ntar tembusnya mana?" Tanyaku setelah berbelok.
"Kurang tau juga." Balas Diyah.
Kami terus menelusuri jalan itu. Hingga tiba di sebuah pertigaan yang disambut oleh sebuah tugu kecil.
"Belok sini ya Yah." Seruku.
Diyah hanya mengikutiku. Sebuah jalan kecil yang disuguhi dengan bangunan yang asri di sepanjang jalan. Hingga di ujung pertigaan, kami menemui sederet komplek rumah yang tengah mulai membuka toko bunga mereka.
"Nah, kalo sampe sini aku tau daerah mana. Ini ntar tembusnya arah Malioboro. Belok kiri Yus." Seru Diyah.
Aku pun mengikuti saja arahannya dan terus melajukan sepeda.
"Trus ini kemana Yah?" Aku berhenti saat di ujung jalan.
"Kita belok kiri dulu, ntar baru puter balik." Balas Diyah.
Aku masih bingung, aku pun terus mengikuti arahan Diyah. Hingga tiba di sebuah jalan setengah melingkar diatas sungai, lalu di atasnya ada jembatan layang untuk jalan kereta. "Nah kalo sini aku udah tau Yah." Seruku.
Lalu kami masuk ke jalan melingkar yang menanjak. Jalanan yang masih sepi seakan membuat kami bebas menguasai jalan. Kami melajukan sepeda kami di tengah-tengah jalan.
Kami berhenti di sebuah taman yang melingkari Tugu Adipura. Sambil menikmati fajar menyingsing, kami mengabadikan beberapa gambar diri berlatarkan taman itu. Sepuasnya, selagi tidak ada lalu lalang ramai khalayak maupun kendaraan melintas.
***
Kami meneruskan mengayuh sepeda ke arah barat. Hingga tibalah mereka di Jalan Malioboro.
"Wah, ini Malioboro bukan sih Yah. Mana orang-orangnya?" Aku keheranan melihat jalan yang biasanya dipenuhi pejalan kaki, pagi itu senyap.
"Ya kan masih pagi banget Yus." Balas Diyah.
"Gak pengen foto di tulisan jalan malionoro Yah? Mumpung sepi tuh. Pasti malu kan kalo rame" Aku menggoda Diyah saat melintasi sebuah papan nama jalan khas kota Jogja.
"Boleh deh. Aku belum punya foto yang ada tulisan itu." Diyah pun berhenti dan mengambil posisi.
Setelah mengambil beberapa gambar, kami pun melanjutkan perjalanan.
"Eh ini gedung apa sih Yah." Tanyaku saat melintasi sebuah gedung besar berhalaman luas.
"Liat, itu ada tulisannya. Kantor Dinas Gubernur." Seru Diyah sambil menunjuk sebuah papan tulisan sembari memberhentikan sepedanya.
"Masuk yuk. Boleh nggak sih?" Ajakku.
"Gerbang nggak ditutup berarti boleh, ha ha." Timpal Diyah.
Kami pun berkeliling di kawasan kantor tersebut. Tidak lupa kami mengambil beberapa angle foto.
Setelah puas, kami lanjut mengayuh ke arah selatan. Sebelum tiba di perempatan, kami singgah ke benteng Vredeburg.
"Masuk bayar nggak sih Yah?" Tanyaku seperti berlagak polos.
"Bukannya bayar ya." Balas Diyah.
"Isinya apa sih di dalem?" Tanyaku lagi sambil mengintai dari luar gerbang yang terkunci.
"Nggak tau juga." Sahut Diyah sambil melihat-lihat sungai yang terlihat hijau, dipenuhi tanaman air.
"Trus kita mau ngapain?" Tanyaku.
"Ya udah deh foto-foto aja lagi." Balasnya.
Kami pun mengambil beberapa foto bergantian. Setelah puas, kami pun menuju perempatan. Kami duduk-duduk di depan Monumen Serangan Umum 1 Maret. Perempatan sudah mulai ramai. Terlihat beberapa orang berolahaga maupun bersantai di kawasan itu. Kami memakirkan sepeda kami sembarang.
"Yuk Yah foto sepuasnya, mumpung sepi." Ajakku
"Yuk deh." Diyah mengiyakan saja.
Setelah puas, kami pun berpindah ke seberang dan kembali berfoto-foto.
***
Matahari sudah tampak tinggi. Jalanan sudah cukup ramai. Para penjual jajanan sudah mulai menempatkan diri. Perut kami pun sudah merasa lapar.
"Mau nyari makan di sini apa deket kost aja?" Tanyaku.
"Terserah Yus." Balas Diyah.
"Mahal nggak sih jajanan sini? Secara di Malioboro." Aku meminta pertimbangan.
"Ya udah deket kost aja." Sahut Diyah.
Kami pun mengambil sepeda untuk bergegas pulang. Kami mengayuh ke arah timur melewati taman pintar. Perempatan pertama kami belok ke kiri. Setelah menemui perempatan yang sedikit diagonal, kami terus ke arah utara. Lurus terus hingga menemui kembali Tugu Adipura.
"Lewat stasiun ya Yah." Seruku sebelum sampai di persimpangan.
"Terserah." Seru Diyah.
Kami pun melajukan sepeda kembali ke arah barat. Setelah penghabisan tempat parkit Abu Bakar Ali, kami belok ke arah utara menyeberangi rel. Kami melaju terus ke arah utara, hingga sampai di Tugu Jogja, kami masih melaju lurus. Setelah menemui perempatan, kami belok ke arah Jembatan Sardjito. Sebelum mencapai jembatan, kami berhenti terlebih dahulu di sebuah warung makan. Seperti biasanya, kami membeli lauk saja untuk makan sehari. Kami lanjut mengayuh melewati jembatan besar itu. Sebelum halan berbelok, kami memasuki gang kecil samping puskesmas. Sampailah kami kembali di kost.
Mungkin ini adalah perjalanan kami yang pertama mengelilingi salah satu sudut kota Jogja dengan mengayuh bersepeda. Percayalah, bersepeda bukanlah pilihan yang membosankan, bukan juga pilihan yang buruk. Perlahan kau dapat menikmati pemandangan yang terlintas dalam setiap kayuhan. Tidak selambat maupun tidak selelah berjalan, pun tidak secepat berkendara motor. Just try!

YOU ARE READING
My Journey
PertualanganIni adalah tentang perjalananku. Sebuah perjalanan singkat yang menjadi bagian dari perjalanan panjangku