28 Maret 2017
Kali ini adalah cerita tentang jalan-jalan bersama keluarga di hari libur panjang. Aku pun girang mendengar mereka akan berkunjung ke kota tempatku merantau. Mereka sengaja ingin naik kereta demi menuruti keinginan anak semata wayangnya. Aku pun menanyakan kembali pagi itu.
:: Mbak, jadi nggak ke Jogjanya? ::
:: Bentar Nduk, ini Nanda masih batuk. Nanti aku kabarin lagi. ::
Aku sedikit kecewa. Aku pun melanjutkan saja rencanaku pagi itu. Jam 8 aku mendapat sebuah pesan.
:: Nduk, ini kita jadi ke Jogja. Soalnya anaknya ngambek kalo nggak jadi. ::
:: Iya. Ntar kabarin dapet kereta jam berapa. ::
Jam 9 dapat pesan lagi.
:: Nduk, kita naik bus aja. Keretanya tinggal yang jam 12. Baliknya aja yang naik kereta. ::
:: Kalo naik bus turun Janti aja Mbak. Ntar naik TJ ke Maliobro-nya. ::
:: Ya, ntar pokoknya arahin. ::
Jam 11-an dapat pesan bahwa mereka sudah sampai di Klaten. Masih lama, masih kurang sekitar 1 jam. Aku pun keluar kost usai Zuhur. Siang itu panas sekali. Hampir setengah jam aku menunggu TJ. Sementara kakakku sudah sampai di Janti dan beristirahat sebentar.
Aku turun halte sebelum stasiun. Berhubung hari itu hari libur, aku khawatir loket tiket bakal ramai. Agar nanti tidak bolak-balik stasiun-malioboro, aku sekalian mengecek tiket yang masih tersedia. Sementara kakakku masih belum memberi kabar lagi. Seperti dugaan, tiket jam 3 sudah abis dan kereta selanjutnya tersedia jam 6. Aku segera mengabari mereka. Lalu aku melanjutkan berjalan ke halte 1 Malioboro, tempat janji kami bertemu.
Sampai di sana, aku belum menemukan sosok mereka dalam keramaian. Aku duduk sebentar dan hendak mengirim pesan. Belum sampai aku mengirim pesan, aku melihat TJ jalur A1, jalur yang seharusnya mereka naiki. Aku pun memerhatikan bus itu hingga berhenti di halte 1. Tidak lama kemudian keluarlah mereka dari halte. Aku pun segera menghampiri mereka.
Kami berjalan ke arah selatan. Sampailah di depan masjid.
"Mau solat dulu apa makan?" Tanya kakakku.
"Makan Yah." Sahut keponakanku.
Kami pun menuju K*C yang berada di seberang jalan. Kami sengaja memilih tempat makan itu untuk memanfaatkan voucher. Usai makan, kami pun kembali ke masjid. Keluar dari masjid, jam sudah menunjukkan jam 2. Kami lanjut menuju stasiun tetapi sambil melihat-lihat teras toko.
Sampai di stasiun, tampak antrean sudah berliku-liku, padahal pelayanan tiket Preameks baru dibuka jam 3. Kakakku mencoba melihat kereta alternatif lain yang harganya minimal 4 kali lipat harga Prameks. Setelah menimbang-timbang sisa uang, akhirnya kakak membujuk anaknya untuk balik naik bus saja. Si bocah pun mengiyakan saja karena memang sudah melihat sendiri ramainya antrean. Pun sepertinya ia sudah cukup girang terpenuhi bermain ke Jogja. Terbukti badannya tidak down selama perjalanan, padahal ia sedang batuk. Kami pun kembali lagi ke halte 1.
Hari itu memang ramai sekali. Antrean halte pun sampai meluber ke luar. Kami mencari tempat duduk saja dan menunggu halte agar sedikit senggang. Kami berteduh di deket angkringan.
"Enaknya naik bus dari mana ya, Nduk?" Tanya kakakku.
"Bisa dari terminal Giwangan, tapi jauh banget. Bisa balik ke tempat tadi, Janti. Atau bisa dari Prambanan." Aku menawarkan 3 opsi.
Dari ketiga opsi itu, mereka milih ke Prambanan. Karena selain bisa melihat kawasan Candi Prambanan dari luar, ada juga spot untuk istirahatnya.
Sekitar jam 4 kita masuk halte yang sudah lumayan sedikit longgar. Aku ikut juga sekalian ke Prambanan, daripada pulang. Lagi pula di kost pun membosankan. Sebelum jam 5 kita sudah sampai di Prambanan. Hanya saja aku belum Asar, sementara mereka sudah dijama'. Jadilah aku mencari mushola ditemani adik. Aku pun mencoba bertanya kepada bapak-bapak angkringan depan gapura. Ternyata masuk gapura ada masjid dan semacam pendopo dari kantor. Terlihat di halaman ada anak-anak sedang bermain. Usai wudhu aku masuk ke dalam masjid. Rupanya ada beberapa anak yang sedang setoran atau cek hafalan. Aku pun menuju ruang tengah di sebelahnya setelah diintruksikan oleh salah satu ibu yang sedang mengajar. Selesai solat, kami kembali ke tempat mereka istirahat. Kini mereka yang berganti mencari toilet. Aku pun menunjuk masjid tadi.
Jam setengah 6, akhirnya kami berpisah. Aku menuju halte TJ dan mereka berjalan ke arah timur, karena bus berhenti sedikit di sebelah timur. Jalan-jalan yang katanya gagal, karena awalnya berniat menuruti anak kecil untuk naik kereta, malah menjadi jalan-jalan menggunakan bus terus.
Tentang sesuatu yang tidak berjalan sesuai apa yang kita rencanakan, jika mereka biasa menyebutnya sebuah kegagalan, aku lebih menyebutnya dengan 'belum waktunya', rencana kita tak berjodoh dengan hari itu. Kita masih memiliki kesempatan panjang di depan untuk mewujudkannya, bukan? Percayalah, rencana Tuhan adalah yang terbaik. Jika aku boleh menyebutnya, perjalanan kali ini adalah tentang perjuangan untuk mewujudkan sebuah rencana.

YOU ARE READING
My Journey
AdventureIni adalah tentang perjalananku. Sebuah perjalanan singkat yang menjadi bagian dari perjalanan panjangku