Usai wisuda, aku mengambil langkah, mencoba peruntunganku dalam pembukaan cpns tahun itu. Aku memilih lembaga/badan yang sesuai dengan jurusanku, di LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Aku memberanikan diri mendaftar di lembaga itu meski mengetahui jika semua tes dilaksanakan di pusat.
Tiga hari setelah penutupan unggah berkas secara online, keluarlah pengumuman peserta lolos berkas beserta jadwal verifikasi berkas dan tes. Syukurlah, namaku tertera dalam daftar peserta lolos berkas. Akan tetapi, aku terbentur oleh jadwal verifikasi dan tes yang selang satu hari. Aku memberanikan diri mendaftar di tempat jauh karena aku kira hanya akan membutuhkan satu hari, sehingga aku tidak perlu mencari penginapan. Kini aku pun dipusingkan dengan penginapan. Gaji kerja paruh waktu tidak akan cukup untuk menyewa penginapan. Untuk kereta saja aku mencari harga ekonomis di bawah 100 ribu.
:: Rik, aku bisa nginep di tempatmu nggak 2 malem, tanggal 3-5? Tempatmu daerah mana sih? ::
Aku mengirim pesan kepada Rika, salah satu teman SMA yang sekarang merantau di Jakarta.
:: Bisa sih Yus. Tempatku di Jalan Noer Ali, Bekasi Barat. Deket perbatasan Jaktim. ::
:: Boleh nginep beneran? Aku tesnya di Jaktim Rik. Minta Shareloc ya Rik. ::
:: Iya nginep aja. Boleh Yus. Ini [map lokasi] ::
:: Makasih banyak ya Rik. Ntar aku kabarin lagi. ::
:: Iya Yus. Sama-sama. ::
Syukurlah, urusan penginapan selesai. Selanjutnya, aku pun menuju Ind***ret untuk melakukan reservasi tiket kereta. Syukur kembali, aku bisa mendapatkan tiket kereta harga termurah kelas ekonomi untuk keberangkatan hari Senin, 2 Oktober 2107 jam 13.30 dan tiket kembali untuk hari Kamis, 5 Oktober 2017 jam 12.30.
3 Oktober 2017
Ini adalah perjalananku ke ibukota untuk pertama kali, seorang diri. Aku hanya berbekalkan arahan dan gambaran dari Diyah yang pernah pergi ke sana dan juga transportasi online untuk mempermudah perjalananku.
Keretaku sampai di Stasiun Pasar Senin jam 1 lebih dini hari, mundur hampir satu jam dari jadwal sebenarnya. Stasiun sangat lenggang malam itu. Semua penumpang yang baru saja turun, diarahkan oleh petugas menuju pintu keluar. Kami diarahkan menuju tangga turun, lalu melewati semacam terowongan, lalu ada tangga naik kembali. Setelah mencapai pintu keluar barulah kudapati kerumunan orang. Sesuai informasi dari Diyah, banyak penumpang kereta malam yang memang menunggu pagi berdiam di stasiun. Aku pun segera mencari mushola seperti yang diarahkan oleh Diyah..
Namun, yang aku temukan bukanlah mushola. Mushola yang sebenarnya ditutup. Mungkin karena dikhawatirkan akan disalahgunakan untuk tidur para penumpang kereta malam. Aku hanya mendapati ruang petak yang dibatasi oleh garis pembatas, yang disediakan untuk salat. Aku melihat ada beberapa orang sedang bersembahyang. Aku pun segera mengambil wudu lalu melaksanakan salat Maghrib dan Isya.
***
Pagi akhirnya tiba. Aku terjaga sedari turun dari kereta. Aku tidak boleh terlelap meski sejenak karena aku tidak memilik kenalan sama sekali di tempat itu. Sepanjang malam menuju pagi, aku banyak mengobrol dengan seorang ibu yang sudah cukup berumur, yang juga seorang diri hendak pergi ke Bogor menggunakan Commuter Line. Ibu itu sempat mempercayakan barang-barangnya kepadaku saat akan mengambil air wudu. Melihat kekhusyukannya, aku yakin ia adalah orang baik. Aku pun mempercayakan barang-barangku saat hendak mencari minum hangat. Tidak lupa, aku pun menawari ibu-ibu itu jika hendak menitip. Kami seakan dua asing yang pernah berjumpa.
Pagi itu adalah jadwal verifikasi berkas di kantor LIPI jam 8. Setengah 7 aku pergi ke toilet untuk berganti baju hitam putih. Lalu aku membenahi jilbabku di kaca depan wastafel usai mencuci muka dan sikat gigi. Rupanya aku tidak sendirian. Aku melihat perempuan berbaju hitam putih di toilet itu juga.

YOU ARE READING
My Journey
AdventureIni adalah tentang perjalananku. Sebuah perjalanan singkat yang menjadi bagian dari perjalanan panjangku