Hujan 46 | ☔💧

490 26 0
                                    

"Tenang saja, nilai jelek bisa di cari lagi. Kalau kamu hilang, sulit untuk dicari"
_Afero Aditama.






Kali ini aku diantar sopir rumah, mulai hari ini dan seterusnya aku gak boleh pergi kemana-mana tanpa diantar sopir.
Perjalanan cukup lama, pak Tri membawa mobil dengan santai.
Pagi ini aku memang berangkat begitu pagi.

Kata Reza, aku bakal nglamar jadi tukang kebun sekolahan. Hm!

Namun ada yang aneh saat mataku tak sengaja  memandang spion mobil. Entah perasaanku atau apa, namun ada sebuah mobil yang mengikuti kemana arah mobilku melaju. Tidak mungkin sedari tadi mobil itu tak kunjung berbelok arah melawan arah kami. Ah mungkin mobil itu anak Pelhar juga, kan rutenya sama.

Bandung kan luas, jadi banyak yang sekolah di Pelhar juga.

Daripada penasaran dan timbul perasaan tak wajar. Aku memilih mengeluarkan benda pipih dari saku tas.
Di instagram tepatnya, banyak sekali notif. Bahkan postingan foto yang ku unggah kemarin sudah banyak yang komentar. Mengapa mendadak ramai seperti ini halaman instagramku.
Satu persatu ku buka komentar itu.
Seketika air saliva ku sulit ku telan, tanganku semakin bertenaga untuk menscroll.
Kali ini aku punya  kebanjiran netizen !OMAYGAD!

~Dasar cewek perampas harta!~

~Kalau aku sih malu, bukan anak kandung tapi satu rumah~

~Bilang aja suka kakaknya, pakai segala jadi adeknya~

~Dimana-mana yang kayak gini, ya murahan~

~Mama lo aja gak di rumah situ, ngapain lo disitu. Biar jadi pewaris kekayaan~

~Gak mau pergi dari rumah, bilang aja pengen kaya~

~Kan enak ya tinggal sama orang kaya~

~Itu sih udah dipasti in deket sama Reza~

~Dasar Cabe~

~Pergi napa kek, mikir kek, bukan siapa-siapa kok masih tinggal bersama~

~Itu sih rencana aja, paling ntar plorotin harta papa tirinya~

Bla... Bla... Bla... Bla, capek aku bacanya. Siapa sih yang bikin akun fake kayak gini, terus komen gak jelas. Cuma bikin rusak nama baikku, dia siapa? Tega-teganya berbuat seperti ini. Apa aku pernah salah dalam kehidupan mereka, apa aku kenal dengan mereka. Untuk apa mereka mencampuri urusanku, mereka tidak tau apa-apa tapi main menyimpulkan aja.

Aku benci!

Sampai tak sadar bahwa sedari tadi mobil telah berhenti.
"Non gak turun?" tanya Pak Tri.

"Hah", kejutku sambil teriak.
Detik berikutnya,
"Maap Pak Tri, aku kaget"

"Emang non sibuk baca apa?" tanya Pak Tri.

"Hhe, gak ada. Cuma dapat sms aja dari telkomsel, katanya kuotanya habis" senyum canggung menghiasi bibirku ini.

"Yaudah buruan non masuk, hati-hati ya non. Ini masih pagi, pasti belum pada datang" amanah Pak Tri.

"Iya pak, pasti Hujan hati-hati" ucapku terbata-bata.

Aku segera turun dari mobil dan menutup pintu mobil, tak lupa memberikan senyuman kepada Pak Tri karena telah memberikan klakson untukku.

"Lantas kemana mobil yang di belakang tadi?" gumamku bingung.

Aku pun berjalan melangkah menuju dalam halaman sekolah.
Masih bingung dengan komentar yang ada di instagram.  Tak heran jika pagi ini semangatku menciut, rasa sedih dan takut kembali beradu. Lagi-lagi hidupku tak bisa tenang.

Hujan Januari (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang