3

492 34 7
                                    

Sesampainya dirumah, Alice mengetuk pintu kamar adiknya. Ia tinggal hanya dengan Adik laki-lakinya yang  kini duduk di kelas 2 SMP. Ayah dan ibunya bercerai dan ia hidup bersama ibunya, namun setelah beberapa bulan ibunya memilih pergi meninggalkan mereka entah kemana.

“Rafa.. makan dulu, kaka barusan beli nasi goreng”

“iya..”

Cowok yang bisa dibilang tampan itu keluar dari kamarnya. Ia memiliki tubuh yang ideal sebagai seorang remaja laki-laki. Tak heran disekolah Rafa menjadi murid yang cukup populer, berbeda dengan kakaknya.

“ka, emang gk risih apa nyamar kayak gitu?”

“gk kok. Biasa aja” Alice tersenyum.

“cepet cuci muka gih, aku siapin makannya.”

Alice kembali tersenyum lalu masuk kekamarnya untuk melepas semua penyamarannya. Syukurlah Rafa tidak  menyadari ada luka di lutut Alice hasil injakan kaki Karla, cewe songong yang tadi membullynya di jalan pulang. ia membasuh wajahnya dan menghapus tahi lalat buatan di dekat hidungnya yang ia buat menggunakan eyeliner. Kacamatanya telah terlepas dan rambutnya digerai. Bibirnya kembali terlihat pink alami yang sebelumnya terlihat pucat karena dilapisi dengan bedak. Ia tersenyum di depan cermin, memperlihatkan manis wajahnya yang asli. Tanpa topeng dan tanpa kebohongan.

Setelah beberapa saat, ia keluar kamar. Mendapati adiknya yang sedang duduk di meja makan.

“kenapa belum di makan?”

“nungguin kaka”

“duhhh sweet banget sihhhh” Alice mencubit pipi adiknya gemas.

“apaan sihh” Rafa mengelak dengan wajah kesalnya.

***

Malam itu Alice kembali berkutik dengan laptopnya. Ia terkejut karna notifikasi dari Webnya yang sangat banyak. Sepertinya ia akan mengeruk tambang emas besar-besaran pikirnya.

Tapi....

Tunggu.

Ada yang salah?

Sudah 7 pesan kliennya yang ia buka, tapi kenapa semua targetnya adalah dirinya sendiri??

“apa-apaan nih? Kok semuanya pada nyuruh nyelakain gue gini?”

Beberapa isi pesannya adalah

‘gue mau lo celakain Alice kelas 11 jurusan Musik-1 kalo perlu sampe dia masuk rumah sakit!’

‘bikin si Alice Shintialaudy malu semalu-malunya sampe dia bunuh diri. Gue bakal bayar berapapun yang lo minta!’

‘ungkap semua hal memalukan dari Alice Shintialaudy, gue bakal bayar mahal buat itu’

“wahh gila! Masa iya gue nyelakain diri gue sendiri??”

Jangan tanya lagi semua ini terjadi karena siapa. Ya sudah pasti karna cowok bernama Stive itu! Dunia ini benar-benar hanya mengitari Stive. Hanya karna ia menerima sekaleng minuman dari cowok itu, jadi banyak siswi sekolah yang ingin mencelakainya. Sebaiknya Alice tak berurusan lagi dengan cowok itu. Identitasnya pasti akan terancam.

Tapi...

Pekerjaan Alice semakin bertambah karena hal ini. apa yang harus ia lakukan dengan semua permintaan kliennya? jika ia tak menghiraukan semua permintaan ini, mungkin orang-orang akan bingung dan mulai curiga dengannya. Tapi.. apakah ia harus mempermalukan dirinya sendiri untuk melindungi identitasnya?

“aaarggghhhhh”

Alice berteriak frustasi.

***

Keesokan harinya disekolah. Murid-murid kembali berkumpul didepan papan pengumuman. Disana terdapat foto Alice yang sedang membeli gorengan di pedagang kaki lima, latar tempatnya sangat kumuh dan kotor. Tak lupa pula tertera nama SecretWoman disana.

“ternyata selain cupu dia juga miskin banget kayaknya, kasian”

“ck..ck..gue pasti muntah-muntah deh kalo makan makanan kayak gitu, mana tempatnya kotor banget pula ewhh”

“kasian banget tuh cewek”

Alice menariknapas panjang, bersiap menuju ke depan papan pengumuman. Ia mulai berjalan dan melihat fotonya di sana. Mendengar komentar-komentar dari murid-murid lainnya. Ada yang mencela dan ada juga yang kasihan dengannnya.
Salah seorang murid cewek mendekatinya, menyenggol Alice dengan kasar.

“dasar cewek cupu miskin, kasian banget sih hidup lo. Lo gk ada pantes-pantesnya sama Stive.”

Air mata mengalir perlahan di pipi Alice. Alice menunduk memasang wajah sedih dan tak berdaya. Karla, cewe yang kemarin sore membully Alice saat di jalan pulang mendekati Alice. Ia mencengkram rahang Alice dan memain mainkan rambut cewe culun itu.

“haloo Alice sayanggg sarapan apa pagi ini hm? Nasi bungkus sisa yang ada di tong sampah ya? Hahaha”

Stive menyaksikan semua pertunjukan itu. Ia hanya tersenyum sinis melihat perlakuan Karla. Namun ia juga tak berusaha melerai, karna Stive tau, semua itu memang yang di harapkan oleh Alice.

Setelah mereka puas melihat Alice menderita, satu persatu murid pun bubar. Alice mencabut fotonya dipapan pengumuman dan membuangnya ke tempat sampah. Ia berjalan menuju rooftop untuk menyendiri.

Sesampainya di rooftop, Alice memeriksa sekitarnya. Ia tak ingin ada orang lain yang melihat keberadaannya di sini. Alice duduk dan  bersandar di salah satu didinding di sana. Menghirup udara dan menghembuskannnya kasar, seolah merasakan lelah yang teramat sangat. Ia mengambil rokok di sakunya. Tiba-tiba seseorang mengambil rokok itu dari tangannya. Alice terkejut setengah mati melihat cowok di depannya ini.

“STIVE??”

“kenapa kaget banget sih? Biasa aja dong” ucap Stive sambil tersenyum manis.

“kamu...kok bisa..”

Stive mengambil sekotak rokok di samping Alice dan menyimpannya di sakunya. Sedangkan rokok yang ia rebut tadi di nyalakannya untuk dirinya sendiri.

“gue gk punya duit buat beli rokok, punya lo buat gue aja ya? Hehe”
Alice menghela napas, tak bisa berkata-kata lagi karena kelakuan cowok itu.

“kamu kan kaya!” ucap Alice dengan wajah kesal.

“gue Cuma mau ngelindungin lo  kok. Soalnya ngerokok itu gk sehat buat lo”

“terus ngapain kamu juga ngerokok?”

“soalnya nyawa gue banyak, jadi gk bakal mati Cuma gara-gara ngerokok! Hahahah”

Alice kembali menghela napas entah sudah yang keberapa kalinya. Ia geleng-geleng kepala tak sanggup mendengar lelucon absurd dari Stive.
Alice berdiri hendak menjauh dari Stive, tetapi tangannya di tarik dan kembali terduduk di hadapan Stive. Stive merangkak mendekati  Alice. Alice hanya terdiam karena terhimpit oleh tembok di belakangnya.

“ma-mau ngapain!?”

Stive tersenyum. Ia semakin memajukan badannya hingga membuat Alice kesusahan mengatur detak jantungnya.

“Alice, jadi pacar gue ya?”

“what??”

Alice mendorong paksa tubuh Stive, membuat cowok itu terduduk. Wajah Alice merah padam, terlihat matanya yang penuh amarah.

“Jangan pernah ganggu aku lagi!”

Alice pergi meninggalkan Stive yang masih dalam posisinya. Ia berjalan sambil mengepalkan tangan untuk menahan amarahnya. Senyuman misterius terukir di wajah Stive, sambil menatap lekat gadis berkulit pucat di depannya.

“Alice, sayangnya... gue gk nerima penolakan”

Shttt... I'm a NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang