6

420 33 0
                                    

“S-stive...” mata Karla berkaca-kaca, tak percaya dengan perlakuan Stive padanya.

“cepet lakuin, sebelum gue berubah pikiran dan gebukin lo abis-abisan”

Karla berjalan teratih mendekai Alice, ia berjongkok. Alice mundur beberapa langkah, seolah menghindari Karla yang ingin bersujud padanya.

“ngg-nggak perlu. Aku gkpp” Alice melambai-lambaikan kedua telapak tangannya. Merasa bersalah atas keadaan Karla saat ini. Stive terlalu berlebihan.

“kenapa?” Stive mengerutkan dahinya bingung.

“ini... terlalu berlebihan. A-aku udah maafin kamu kok, jadi.. gk perlu kayak gini”

“ahh gk seruuuu deh Al- eh? Kemana dia?” Stive melihat ke kanan kiri dengan wajah bingungnya.

Alice berjalan kikuk meninggalkan kantin. ia tak habis pikir dengan perlakuan Stive yang begitu kejam, yah walau Karla tak kalah kejamnya. Tapi tetap saja, bagaimana dia melakukan itu pada seorang perempuan??

Alice memasuki pintu toilet. Ia bersender di tembok sekedar menenangkan dirinya. Ia memejamkan mata, berusaha mengontrol pikirannya yang terus berkecamuk. Ia membulatkan matanya lebar setelah melihat seorng cowok masuk ke toilet wanita.

“stive??”

Stive mengangkat dagu, melihat ke pintu keluar toilet seolah sedang memberi kode  pada seseorang. Kedua temannya berjaga didepan pintu toilet.

Wajahnya kemudian menyorot Alice dengan tatapan datar. Tak seperti Stive biasanya yang selalu memamerkan senyum indahnya.

“lo kenapa bersikap kayak gitu? Bahkan gue udah ngebela lo habis-habisan!”

Alice terdiam membatu. Tak bisa berpikir jernih akibat ulah Stive saat ini.

“kamu terlalu berlebihan, Stive” ucap Alice sangat pelan dan kepalanya masih tertunduk dalam.

“berlebihan? Gue bahkan gk ngebunuh dia, kenapa lo bilang berlebihan?”

Alice menatap Stive tak percaya. Yang benar saja, cowok manis ini? berbicara tentang membunuh orang??

“maksudnya?” jantung Alice semakin tak terkontrol.

“gue.. bakal selalu ngelindungin lo, Alice”

Entah karena alasan apa, Alice menggelengkan kepalanya. Hatinya seakan menolak untuk berurusan lagi dengan cowok ini. Stive menyalakan keran di sampingnya. Membasahi tangan kanannya dan mengusap wajah Alice dengan lembut. Ia menghapus tahi lalat buatan di wajah Alice, ia mengusap bibir Alice dan melepaskan kepangan di rambutnya. Cewek itu masih terdiam tak percaya, tubuhnya seolah membeku karena perlakuan Stive yang diluar dugaan.

“Alice, kalo di depan gue.. lo gk perlu nyamar jadi siapa pun. Gue suka lo apa adanya. Gue tau kok lo itu SecretWoman”

Mata Alice terbelalak. Jantungnya benar-benar diluar kendali. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Dari mana cowok ini tau tentang rahasia terbesarnya??

“m-maksud kamu apa?”

Alice masih berpura-pura tak mengerti, setidaknya itulah rencana terakhirnya.

“gausah pura-pura lagi. Kedok lo itu telalu mudah di baca sama orang jenius kayak gue”.

“l-lo..”

“gue pergi dulu ya, ada urusan” Stive melengos pergi meninggalkan Alice yang masih gemetar.
Sebenarnya apa yang direncanakan Stive? Berbagai prasangka terus muncul di kepala Alice. Apa dia benar tertarik pada Alice? Hahah jangan konyol. Itu tak mungkin.

Shttt... I'm a NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang