1| Not Really First Time

137 25 23
                                        

Pa.na.se.a/panaséa/

Kamus Besar Bahasa Indonesia
n remedi bagi semua penyakit atau kesulitan; obat (mujarab)

-

Play

-I think of what the world could be-
A Million Dreams

OST. The Greatest Showman
Hugh Jackman, Zivon Zaifman, Michelle William

-

-Panasea-

Mengikuti kelas akselerasi sejak kecil mungkin suatu kebanggaan tersendiri. Menjadi murid paling muda sekaligus paling pintar dikelas. Tidak ada pembullyan seperti dalam cerita remaja kebanyakan. Malah tatapan kagum para murid lain yang selalu menyertai.

Eire menyelesaikan kuliahnya saat umur sembilan belas tahun. Pada salah satu universitas negeri ternama di ibukota. Jurusan Psikologi yang bahkan didapatkannya dengan jalur undangan.

Tapi faktanya, Eire malah memutuskan kembali. Pada masa SMA nya yang dulu terlalu singkat. Sekarang, disini lah dirinya. Diantara puluhan, bahkan ratusan murid. Berdiri memasang posisi hormat dibawah terik matahari yang semakin menyalang.

"...Karena itu, kalian para generasi muda penerus bangsa lah yang melanjutkan Negara. Semua tanggung jawab ada pada kalian semua. Tekad para pejuang..."

Pembina upacara berpidato panjang, padahal para murid malah sibuk mengipasi dirinya. Menurut Eire, ini cara yang tidak efektif untuk menasihati para murid. Buang-buang energi, padahal tidak ada yang menyimak amanat pembina.

Tiba-tiba saja, terik matahari meredup. Ah bukan, lebih tepatnya seorang lelaki baru saja berdiri tepat disamping Eire. Lelaki jangkung dengan perawakan bad attitude menghalau sinar matahari pada tubuh yang tidak seberapa milik Eire.

Dilihat lagi, lelaki ini cukup tampan. Sebagai penulis, Eire dapat menggambarkan sedikit lebih dari lelaki jangkung tersebut. Baju yang dikeluarkan, sepatu putih yang sedikit kotor, juga kedatangannya yang sangat terlambat membuat ia dapat menyimpulkan bahwa lelaki ini seperti seorang Badboy pada cerita remaja.

Lelaki itu menoleh menatap Eire. Pandangannya tajam membuat kekaguman gadis itu bertambah.

"Kenalin aku Eire, Eiressa Veoseneli. Kelas 11 MIPA 5 absen dua belas duduk di barisan tiga dari pintu masuk, meja ke empat dari depan, kursi sebelah kanan, absen loker 79C. Baru masuk hari ini." Gadis itu tak bisa menahan mulutnya tetap diam. Nalurinya sebagai penulis menjadikannya terlalu ingin tahu, Kepo.

"Aksa," lelaki jangkung itu menjawab singkat.

'Cooooll, boleh ini mahh. Satu dapet nieeh. Hoki banget gue, padahal baru hari pertama. Cielah, gak salah pilih sekolah disini.'

"Aksa? Uwu nama lo cute banget. But, masih cocok lah sama tampang. Kelas berapa? Ipa, Ips, Bahasa? Tinggal dimana? Udah-"

"Kamu yang ngobrol dibelakang, Aksa sama perempuan disampingnya. Maju kedepan." suara tegas dari pembina upacara.

-Panasea-

Terlambat.

Lagi.

Lumrah sekali, bagi seorang Aksa terlambat. Bahkan satpam dan penjaga sekolah sampai bosan melihat wajahnya setiap pagi. Kalau boleh memilih, ia ingin pulang dari pada harus pergi ke sekolah. Tapi dia bisa membayangkan seberapa marahnya orang rumah kalau tahu dia bolos sekolah.

PanaseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang