8| Past the Past

32 5 0
                                    

8| Past the Past

Gemulai
Kamus besar bahasa indonesia(KBBI)
a lemah lembut(tentang gerak anggota tubuh)

—Kasih, maaf bila aku jatuh cinta, maaf bila saja ku suka—

Orang ke tiga

Hivi

Di umurnya, Eire merasa dia masih cocok ada di bangku SMA. Sedikit menyesali keputusannya dulu untuk mengambil kelas akselerasi. Tapi mau bagaimana lagi, semuanya sudah terlanjur.

"Woy saos!"

"Kecapnya dong!"

"Caper lo bangsat!"

"Itu micin lo banyak banget, pantes kadar bego lo makin kesini makin meningkat."

Setelah jam istirahat berbunyi beberapa saat lalu, kantin mendadak penuh. Bagaimana tidak, makanan adalah salah satu penyokong energi terbesar pertama. Meja kantin langsung penuh, tapi tetap cukup untuk menampung seluruh murid.

"Aksa?"

Lelaki itu terbatuk, segera meraih minuman miliknya. "Ya?" dia menjawab setelahnya.

Suasana istirahat hari ini sedikit berbeda, entah angin sejuk dari mana dia berani mengajak seorang gadis makan bersamanya. Walaupun, kalvee dan Tirta tetap saja ada disana.

Sekarang disinilah dia, dengan suasana canggung yang dia rasakan sendiri(?). Setelah memesankan makanan bagai seoang lelaki, dia benar-benar makan dengan seorang gadis lagi. Entah kenapa setelah kejadian itu, dia benar-benar hanya makan dengan sahabatnya.

"Soal semalem gue minta maaf, Lucax jarang tempramen sebelumnya. Rahang lo baik-baik ajakan?"

"Gue baik-baik aja, makasih udah nanya. Soal rahang, lo gak perlu khawatir. Gue ini gak punya masalah sama tulang, satu tonjokan gak akan bikin gue mati."

Eire menunduk, mengaduk-aduk bakso di mangkuknya. "Gue... bener-bener merasa bersalah,"

"Santai, kalau memang sebegitu parah, gue gak akan masuk sekolah sekarang." dalam hati, Aksa bersyukur, kedua kadal sialan itu tidak memotong pembicaraannya dengan Eire.

Dalam beberapa saat, suara yang terdengar hanya obrolan dari meja lain. Mereka sibuk dengan makanannya masing masing.

"Gue boleh nanya?"

Dia mengangguk, "Kenapa?"

"Lo—" belum sempat Eire bicara lebih lanjut, Bacra menghampirinya. Lucax dalam hati menyangkan pertanyaan yang belum sempat di ucapkan. Bagaimanapun dia harus mengenal Eire, begitu juga sebaliknya.

"Eire, ah kebetulan ketemu disini." Bacra berdiri, tersenyum pada Eire. "Saya sudah bawa bukunya,"

"Serius?! Makasih banget kak, trilogy itu susah banget dicari." mata Eire berbinar, dia sedikit melupakan Aksa disana.

"Yah, kebetulan saya orang terpilih yang punya trilogy bukunya." lelaki itu membanggakan diri.

Bacra menatap jam tangannya, dalam hati Eire berdecak tentang harga benda itu. Walaupun dia tetap punya satu di rumah, "Wah Eire, saya harus pergi. Setelah jam sekolah berakhir, saya beri kamu bukunya. Saya duluan," dia tersenyum, pada Eire maupun ketiga lelaki di meja itu.

Setelah Bacra pergi, Eire tidak mengingat pertanyaanya pada Aksa.

-Panasea-

PanaseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang