"maaf nih al sebelumnya, tapi abang gue emang udah dari dua hari yang lalu pindah dari sini. jadi dia udah ada rumah sendiri dan udah nggak tinggal sama gue lagi. emangnya dia nggak bilang ke lo?"
gue terdiam mendengar jawaban dari yoona. iya hubungan gue dan dia sudah mulai membaik. masalahnya disini adalah, kemana jungkook?
"gimana mau bilang yoon, dia aja nggak ngechat gue. makanya gue samper kesini karena gue khawatir"
"duh sorry banget nih al, tapi gue juga nggak bisa bantu. gue juga nggak tau dia sekarang tinggal dimana. gue nggak nutup nutupin sama sekali kok al sumpah deh"
gue mengangguk pelan sambil tersenyum tipis "yaudah, makasih ya yoon. misi"
pada akhirnya kaki gue melangkah mundur dan berjalan keluar dari rumah itu. berjalan menjauhi rumah jungkook dan mulai meneteskan air mata
kalau sama adiknya saja dia tidak memberitahu, bagaimana dengan diri gue yang cuma sebatas pacarnya?
perlahan pandangan gue semakin kabur karena air mata yang menggenang. iya,gue merasa tidak bisa terus menjalani hubungan seperti ini sebenarnya. berkali kali hal seperti ini terulang, tetapi selalu saja ada alasan yang membuat gue bertahan dan memaafkan meski tahu semua akan kembali seperti ini. seperti semula
"al!"
gue berbalik, mendapati yoona yang sekarang sedang mengejar gue dengan tatapan khawatirnya. "em,taehyung said that you should know this"
dia mengeluarkan handphone nya dan menunjukkan gue suatu foto. tidak terlihat jelas memang, tapi dengan melihat punggung nya menggandeng wanita lain saja gue sudah bisa tahu dia siapa. iya, dia jungkook. tangannya yang biasanya menggandeng tangan gue sekarang menggandeng tangan lain
"im sorry, gue bener bener gak tau apa apa. taehyung liat ini pas dia lagi jalan jalan sama jin"
gue tersenyum tipis, menahan air mata yang mulai memaksa keluar. "its okay, makasih ya yoon udah mau bantu" gue menepuk pundaknya. kali ini benar benar pergi dari daerah rumah itu
maaf, kali ini air mata gue nggak bisa ditahan lagi
"alaska?"
suara ini, yang selalu gue rindukan. jungkook. gue menengok dan benar saja. mendapati tatapannya yang tampak tidak ada rasa bersalah membuat gue sedikit benci mengetahui fakta bahwa gue benar benar terlewat peduli
"eh? kebetulan ya ketemu" gue mengelap air mata yang tadi masih tersisa dipipi. dia tertawa kecil, tanpa berniat menanyakan mengapa gue menangis
"iya kayaknya kebetulan. lo ngapain kesini?"
iya, lo. bukan kamu lagi
gue menghela nafas pelan, menyiapkan diri untuk mengatakan kalimat ini
"jung,sebenarnya kita ini apa?"
---
cie kalian aku gantungin lagi. maaf baru sempat update. doakan besok usbn oke! timakaci