"cup ah, udah semangat okay?"
joanna mengelus punggung gue dengan tatapan sedihnya. melihatnya menatap gue dengan tatapan seperti itu membuat gue merasa benci dengan diri sendiri. kenapa harus terlihat lemah dengan menangisi hal hal yang sesungguhnya tidak perlu?
"ah anjir, lemah ya gue? dari dulu permasalahannya sama aja"
joanna tertawa pelan "ya mau gimana lagi? semuanya udah terlanjur dijalani. lo kan yang selalu memberi kesempatan? ini konsekuensinya alaska, udah kerasa kan?"
gue mengangguk sambil tetap sesenggukan. benar apa yang dikatakan joanna. sejujurnya gue sedikit kesal karena disalahkan, tapi kan memang semuanya benar. nggak mungkin gue menyangkal
"yaudah, lo sembuhin aja dulu sampe bener bener nggak ada lagi luka. nanti gue janji deh ajak lo main sama yoongi dan lain lain"
gue mengangguk lagi, kali ini tangisan gue sudah mereda. joanna tersenyum tipis "kuat ya al? ayo, pasti bisa!"
jujur, beruntung memiliki sahabat yang masih ada disekeliling dan mendukung 24/7.
"sorry, ganggu gak?"
kim taehyung.
anyway, jangan terlalu heran mengapa gue kaget melihat dia. iya, karena selama ini dia selalu menjauh dari gue. i dont know why, tapi benar benar dia menjauhi gue dan seakan memang tidak ingin lagi berteman dengan gue
"t-taehyung?" gue terperangah, masih dengan mata yang sembab. dia menatap gue dengan sedikit senyum tipis yang terpasang di wajah indahnya. jujur, dia banyak berubah
"apa kabar, al?"
dia duduk disamping tempat duduk gue sekarang. bagian dalam diri gue meronta untuk memeluknya erat dan menangis di dekapannya. aneh, tapi memang itu yang gue inginkan. gue berusaha menahan segalanya termasuk air mata gue yang sudah mulai memaksa keluar
"hm? kok nggak jawab?" taehyung mengelus kepala gue lembut. sentuhannya masih sama seperti terakhir kali, masih terasa nyaman dan mendebarkan. entah mengapa perasaan gue selalu seperti ini, kapanpun gue bertemu dengannya
"umm, gue keluar dulu deh ya. nanti gue bawain kopi buat kalian" kata joanna canggung. dia keluar dari ruangan ini menyisakan gue dan taehyung. berdua
bahkan gue tidak berani menatap matanya lagi. dia terlalu menyakitkan, atau mungkin menyenangkan?
"t-taehyung, where have you been?"
dia terkekeh pelan "gue nggak kemana mana, alaska. mungkin memang faktanya gue menghindar, tapi gue nggak pernah berniat benar benar meninggalkan lo"
kali ini, tangisan gue tidak dapat gue bendung lagi. keluar, semuanya keluar bersama dengan luapan emosi yang gue rasakan. menyakitkan, sekaligus melegakan. kinda happy for seeing him again
"you left me alone, taehyung. gue kesepian, menyakitkan rasanya merasa bahwa lo sudah nggak disini lagi sama gue kemarin kemarin. i need you, but you're not here"
"alaska, you're not alone. gue cuma merasa nggak pantas lagi berdiri terus disamping lo. sudah ada jungkook kan? gue tau dia bisa menjaga lo dengan baik alaska" taehyung memegang dagu gue, memaksa untuk menatap matanya. gue tidak bisa terlihat lemah didepan dia. tetapi mau bagaimanapun sudah terlihat jelas
"jungkook menyakiti gue lagi tae, dia menyakiti gue lagi"
"i know. im sorry. dia adalah alasan gue kembali kesini, al. apakah terlambat?"
gue tidak bisa menjawab, hanya tangisan yang mewakili suara gue kali ini. menyedihkan memang
taehyung berdiri, dia menarik tangan gue juga untuk berdiri. dan dia memeluk gue dengan erat. sangat erat seolah benar benar tidak akan melepaskan gue lagi
"maaf karena gue terlalu lama menyimpan perasaan ini sampai gue harus menjauh. maaf alaska, gue nggak bisa bohong lagi. gue masih menyayangi lo seperti bertahun tahun lalu. maaf alaska"