Tak Peduli

61 25 4
                                    

Aku terlalu gugup, untuk bicarapun aku tak sanggup.

***

Selesai menjalankan ekstranya, Febrisya tak mendapati sesosok Alia.

Badan Febrisya terlalu remuk untuk hari ini. Febrisya berjalan melewati parkiran, karna memang ia tak membawa motor.

"Eit, cah ilik. Bareng gak mumpung baek nih gue." tawar Randi sembari menghadang Febrisya dengan motornya.

"Jadi baik nih?" Febrisya nampak ragu akan tawaran Randi

"Lo baik gue juga baik. Kan imbang."

"Baik ada maunya. Gue balik sama Alia." Febrisya menolak tawaran Randi

"Alia udah balik. Yakin nggak mau nih?" ajak Randi sekali lagi.

Tak punya alasan lagi, Febrisya menerima tawaran Randi. Febrisya kemudian naik ke jok belakang motor Randi, tanpa pikir panjang Randi pun mengantar Febrisya pulang.

Di sepanjang perjalanan tak diketahui keduanya berbicara, Febrisya tak ingin membuang tenaga untuk memulai debat dengan Randi lagi.

"Sya, rumah lo dimana?"tanya Randi yang masih menyetir motor

"Depan situ ada perempatan belok ke kanan." jelas Febrisya.

'tumben nyebut nama.' pikir Febrisya

"Jangan panggil gue dengan kata lo lagi, panggil Ran aja." perintah Randi

"Kalo gue gak mau gimana?"

"Ya panggil Kak, atau Mas, Yang juga boleh"

"Modus lo basi" tangan Febrisya menoyor ke arah helm Randi

---

"Stop Kak, ini rumah gue."ucap Febrisya sambil menunjuk ke arah rumahnya. Sesegera mungkin Randi memberhentikan motor di depan rumah Febrisya.

"Kak? Cepet tanggep juga rupanya." ucap Randi pada Febrisya yang sudah turun dari motornya.

"Sory, gue kira lo Kak Aldan. Hilang ingatan gue tadi."

"Udah bagus-bagus tadi Kak sekarang lo-gue an lagi."

"Btw makasih ya. Kamu boleh pergi."

"Kok ngusir?. Bahasanya aku-kamu aduh baper abang neng." Perkataan Randi membuat Febrisya tertawa.

"Apaansih pulang sono." perintah Febrisya, yang kini Randi sudah memutar motornya mengarah ke jalan rumahnya.

Febrisya berjalan ke arah pintu rumah, dengan merogoh saku mengambil handphone nya.

--

*****963
Jangan deketin Randi selagi lo nggak mau menyesal.

Febrisya yang sekarang berada di kamar, dikejutkan pesan tersebut. Ia lebih tidak peduli. Febrisya saja baru mengenal Randi. Mereka juga tidak ada dalam hubungan apapun. Randi juga akrab dengan Alia. Apa salahnya?

'paansih, gue aja gak pernah deketin Randi.' ucap Febrisya dalam hati.

Febrisya tak menggubrisnya, ia kini menyiapkan buku pelajaran untuk besok. Kemudian melanjutkan dengan tidur malamnya.

---

Randi yang baru sampai rumah dikejutkan oleh kembarannya.

"Darimana aja? Lupa sama Kak Dar?" perkataan Afya membuat Randi bungkam tak mampu bicara.

Randi memilih terus berjalan hingga kamarnya, menghiraukan perkataan Afya. Randi tak tahu dengan segala cara apa ia bisa berkomunikasi seperti semula dengan Revandar.
Revandar yang meninggalkannya, tanpa memutus sebuah hubungan. Bisakah ia terima?.

ReplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang