Bahagianya palsu,
Perbuatannya semu,
Senyumnya sendu,
Hatinya kaku,
Wajahnya membeku,
Mempercayainya itu ragu.***
"Ran, kalo aku pergi dari sini kamu bakal marah nggak sama aku?" tanya seorang perempuan yang berbaring di atas rerumputan disamping Randi.
"Kamu mau pergi dari aku?" Randi menoleh ke arah perempuan tersebut.
"Bukan pergi dari kamu, cuma ya pergi jauh aja. Tapi aku janji bakal balik kok." Ia mengatakannya sambil menopang badan untuk duduk.
"Kamu nyimpen rahasia selama kita berhubungan? Kenapa kamu nggak cerita, mungkin aku bisa kasih solusi buat kamu." Randi yang semula berbaring ikut duduk mensejajarkan badan dengan perempuan di sampingnya.
"Aku bakal pindah dari sini, kamu jangan khawatir aku tetep ngehubungin kamu kok."
Ia menjawab dengan menundukkan kepala."Kamu bercanda kan? Kamu ninggalin aku?"
"Maaf Ran, ini perintah Papa aku. Nggak lama kok, percaya deh sama aku." kini ia menatap Randi dan berusaha mempercayakan Randi.
"Pergi kemana? Siapa tahu aku bisa nyusul kamu."
"Nggak perlu. Kamu belajar giat aja biar besok nggak jadi orang yang mengecewakan." Ia menatap Randi dengan senyuman khasnya.
"Gimana dengan hubungan kita? Kamu dulu janji buat mertahanin, sekarang dikhianatin gitu aja?" Tanya Randi dengan nada sedikit memekik
"Aku nggak bilang hubungan kita sampai disini." ia memegang tangan Randi.
"Jadi saat kamu nggak ada nanti, kita hanya menyimpan rindu tidak untuk saling membalaskan rindu?" Sang perempuan hanya bisa diam tak mampu menahan air mata yang keluar.
-----
Randi menghela nafas, semua yang dikatakan perempuan tersebut hanya palsu. Ia muak dengan janji yang ia buat dulu. Namun tidak bisa dipungkiri jika Randi masih mengharapkan kehadirannya. Selama ini, Randi masih mencari keberadaan perempuannya namun ia tak kunjung menemukan jawabannya.
Omong kosong jika perempuan itu mengabarinya. Tak ada satupun pesan yang ia dapatkan, Alhasil Randi mengabari, namun tak kunjung untuk dibalas. Sudah hampir satu tahun, ia tak bisa melupakan begitu saja. Randi sudah menanyakan kepada teman perempuan tersebut, namun hanya dijawab tidak tahu. Randi kewalahan, hingga sesaat bertemu dengan Febrisya, ia sedikit melupakan fakta bahwa ia masih mempunyai ikatan dengan perempuan tersebut.
Ia yang menikmati dinginnya suasana di tepi danau. Udara sejuk yang menusuk hingga ke tulang, suara air yang menenangkan, tak nikmat jika tidak memejamkan mata merasakannya.
Randi tak menyadari, sepasang mata dari tadi menatapnya dari balik pohon terdekat dari tepi danau.
'Dia terlihat baik-baik saja tanpaku'
gumam seseorang kini melangkah pergi dari persembunyiannya, ia tak menyadari tengah menginjak ranting pohon membuat suara agak mengganjal. Randi yang mendengar dengan posisi tidurnya menoleh ke belakang mendapati punggung sesosok perempuan berlari menjauhinya.Randi membelalak kaget, ia berniat mengejar namun ia mendapatkan notifikasi pesan yang tak asing menurutnya.
Febrisya
Besok berangkat sendiri kak?Randi
Kenapa?Febrisya
Barenglah KakRandi
Bisa diatur
KAMU SEDANG MEMBACA
Replaceable
أدب المراهقينDisini aku seperti berperan antagonis. Padahal kau yang memulai lebih dulu. Rasa apa ini yang aku hadapi, intinya aku cemburu melihatmu dengan dia. Aku tahu kau milik dia. Aku tak ada niat sedikit pun merebutmu dari dia. Tetapi mengapa perilakumu s...