Boro boro melupakan, bertemu sekejap saja langsung membayangkan.
***
Pertengahan semester 2, entah takdir apa yang membawa Alia menuju kebahagiaan yang selama ini ia dambakan.
Alia yang tengah melewati serambi masjid, dipertemukan oleh Mamas Babahnya. Nama aslinya sih Fachrul Amr
Entah mengapa oleh Alia menjuluki 'mamas babah' padahal kan namanya Fachrul. Tidak terampil sekali si Alia.
Sudah lama ia tak melihatnya kini ia tak kuasa untuk menolaknya. Hari itu Fachrul yang membawa Alia ke rumah Fachrul tanpa kesepakatan dan sepengetahuan Alia.
Fachrul mencoba menghampiri Alia. Dengan sedikit berlari mengejar ketinggalannya pada Alia. Fachrul menarik lengan baju Alia, diarahkannya jalan ke parkiran sekolah, untuk mengambil motor Fachrul.
Alia dibuat bingung dengan raut wajah keheranan dan marah mendongak ke atas dan mendapati bahwa pujaannya yang sekarang memegang tangannya. Lebih tepatnya sih lengan bajunya ya. Soalnya Fachrul adalah orang yang berpendidikan tinggi tentang agama.
Alia menghilangkan rasa takut dan gugupnya.
"Mas kita mau kemana sih?" pertanyaan Alia hanya di dengar tidak dijawab oleh Fachrul. Fachrul segera mengambil motor, bukannya Alia segera menghindar, ia malah membuka kamera hpSelesai mengambil motor, Fachrul menghampiri Alia yang mencoba tidak gugup pada Fachrul.
"Naik"perintah Fachrul membuat Alia kaget segera mengantongi hp nya kembali.
"Eh ma..mauu kemana mas? Jangan macem-macem"ancam Alia
"Gak"
'masih bisa-bisanya Fachrul bersikap dingin. Sedangkan tadi maen tarik-tarik aja. Untung sayang.' pikir Alia positif tentang Fachrul.Ya karena kecepatan Fachrul menaiki motor dibilang cepat, Alia yang tak seimbang hanya bisa memegangi tas Fachrul, tidak untuk pinggangnya.
Baru kali ini, sedekat ini bertemu dengan Fachrul. Menunggu kapan lagi jika tidak seperti ini, kedepannya toh dia juga sudah lulus.
---
Tak lama, Alia sudah berada di suatu kompleks perumahan.
"Turun." perintah Fachrul yang sudah turun duluan tengah menanti Alia.
"Eh mas jangan macem-macem ya."
"Brisik."
"Assalamualaikum" mendengar salam dari Fachrul muncullah sepasang suami istri. Dan mempersilahkan Alia untuk duduk.
"Fachrul? Dia siapa?" tanya perempuan tersebut selaku ibu dari Fachrul.
"Dia orang yang selama ini aku ceritakan pada kalian. Aku memang tidak memacarinya. Setelah aku kuliah dan bekerja nanti, aku akan melamar dia."
'nglamar? Kok cepet amat' Alia merutukinya dalam hati.
Alia dengan wajah cengo nya, tak tahan ingin menangis sambil berteriak, bisa-bisanya ia berkata hal tersebut, padahal sebelumnya mereka belum pernah membicarakan apalagi saling berbicara.
"Nama kamu siapa?" tanya Ayah Fachrul yang kini melihat ke arah Alia.
"Ehm, Alia Pak."
"Kamu masih kelas 1 SMA?" tanya ibu Fachrul
"i...iya Buk"
"Saya akan merestui jika Alia punya rasa sama seperti Fachrul. ""Sebaiknya kau pergi ke orangtua Alia dulu agar merestuimu Fach"perintah Ayah Fachrul.
"Setelah ini aku akan kesana"
Tak disangka rencana Fachrul terlalu dalam. Alia kira dia yang berjuang sendirian. Alia justru bahagia tak terduga, sampai-sampai ingin segera kuliah kemudian menikah dengah Fachrul.Setelah mendapat restu kedua orangtua Fachrul, Alia dan Fachrul keluar rumah pergi ke rumah Alia, mengendarai motor Fachrul.
"Mas, mau kemana lagi?"
"Rumah kamu dimana?"
"Jl. Kepatihan. Mau minta restu ayah ya?""PD banget. Kita makan dulu di seberang sana, ada makanan kesukaan aku.
'tumben bicara panjang'
"Kesukaan mas apa emang?" tanya Alia dengan polosnya.
"Kamu" mendengar hal tersebut, Alia ingin menanyakan lagi, tetapi ia terlalu gugup dan lebih memilih untuk diam.
----
Di restoran,
"Aku udah pesen tunggu aja." Ucap Fachrul pada Alia. Kini mereka berada di satu meja makan.
"Mas, kok aku gapaham maksud mas sih? Mas permainin aku ya."
"Semua bener kok. Kamu nggak berjuang sendiri. Semua yang kamu impikan tercapai, aku luluh padamu."
Alia yang mendengar, tak kuat untuk berteriak dan berusaha menahan senyuman.
Tak lama kemudian datangalah pesanan mereka. Mereka mulai menyantap makanan tanpa sepatah kata.
Fachrul yang melihat sisa makanan Alia di sekitar bibir Alia, segera memberitahu Alia.
"Bibir kamu."tunjuk Fachrul ke arah bibir Alia.
"Hah? Apa mas? Nggak boleh mas, aku masih kecil. Nggak boleh cium-cium." Alia sambil menutup bibirnya dengan tangannya.
Fachrul mengerutkan dahinya,
"Tadi makan kamu belepotan."Alia ingin mengumpat pada dirinya sendiri, ia menahan rasa malu, setelah tahu bahwa Fachrul mengatakan hal yang berbanding terbalik dengan pikiran Alia.
Mereka segera menghabiskan makanannya, dan melanjutkan pergi ke rumah Alia.
-----
"Asslamualaikum" ucap Fachrul di depan rumah Alia.
"Siapa ya? Masuk dulu." perintah ayah Alia.
"Ya, dia siapa?"tanya ayah Alia pada Alia.
"Saya Fachrul pak, ingin meminta restu tentang hubungan kami. Kami memang tidak dalam ikatan apapun. Saya mampu menjaga Alia, saya berjanji akan membawa kehidupan Alia lebih bahagia esok jika saya sudah bekerja." jawab Fachrul.
"Ehm gimana ya, jika Alia bahagia, saya akan mewujudkannya. Asal tidak mengganggu pelajaran."
"Jadi bapak merestui kami?"
"hem"
---
Alia kini terbangun, ternyata yang ia lakukan tadi hanyalah buah dari tidurnya. Alia merasakan airmatanya mulai menetes.
'hanya mimpi ya. Nanggung banget'
Alia dengan posisi tidurnya, dalam keadaan mata agak sembab mencoba ingin meneruskan mimpinya namun ia lebih memilih bangun dan menghadapi kenyataan saja, dimana mimpinya dengan kenyataannya itu adalah hal yang berbeda.
Di hidupnya yang nyata, Fachrul hanya kakak kelasnya, Fachrul tak mengenali Alia sama sekali. Benar adanya jika Fachrul dingin, ia tak mudah tertarik dengan perempuan.
Mustahil untuk Alia mendapatkannya.--
Maafkan Alia yang terlalu halu,

KAMU SEDANG MEMBACA
Replaceable
Ficção AdolescenteDisini aku seperti berperan antagonis. Padahal kau yang memulai lebih dulu. Rasa apa ini yang aku hadapi, intinya aku cemburu melihatmu dengan dia. Aku tahu kau milik dia. Aku tak ada niat sedikit pun merebutmu dari dia. Tetapi mengapa perilakumu s...