Kesialan Febrisya

119 30 3
                                    

Bertemumu  itu candu,
Berupaya ingin pergi namun tetap merindu,
Tak dapat lagi ku berseteru,
Pada hati yang terlanjur membeku

***

Paginya, Febrisya telat bangun, ia terburu-buru pergi ke sekolah. Kali ini keberuntungan tak berpihak padanya.  Gerbang sudah tertutup sesampainya ia tiba di sekolah. Tak punya cara lain,  ia akhirnya memanjat tembok belakang sekolah yang lumayan tidak terlalu tinggi.

Dengan bersusah payah ia akhirnya dapat masuk ke dalam sekolah.

"Kamu ikut saya ke ruang BK" ajak seseorang yang tak lain Ketua OSIS disini, Febrisya tak tahu jika sedari tadi sang ketos berada di balik pohon sedang memandangi siapa saja yang telat.

'astaga ini mah cuci mata namanya' batin Febrisya

"Lah, ngga bisa dong kak,  orang tadi akunya gak telat,  gerbangnya nutup sendiri. Salahin gerbangnya dong."Jelas Febrisya,  tak memedulikan hatinya yang tengah bahagia memandangi makhluk sesempurna ciptaan tuhan ini.

"Ikut saya sekarang." Tegas Agfali selaku ketua osis sembari menarik tas Febrisya dari belakang.
"Aduuh kak, iya deh iya ini aku ikutin tapi gak usah pakek nyeret nyeret dong,  kalo jatuh kakak mau gendong aku?"
"Berisik. Belakang sekolah ada keranda."
"Ha? Ini aku udah dandan cantik-cantik,  kakak pikir mayat?" Agfali tidak menggubris ocehan dari Febrisya. Agfali terlalu muak dengan kebisingan.

Kini mereka berdua berada di ruang BK. Tak hanya Febrisya yang terlambat, namun terdapat kakak kelas yang bernasib naas seperti Febrisya, yang tengah duduk di kursi persidangan. Setelah Febrisya lihat, sepertinya ia pernah bertemu tapi Febrisya tak mengingatnya.
"Sepertinya saya belum pernah melihat kamu,  murid baru?" tanya guru BK bernama Pak Budi yang membuyarkan lamunan Febrisya
"ehm iya pak.  Ini hari pertama saya masuk sekolah...waktu saya masuk dianya main seret seret aja." Febrisya mengatakan dengan jari menunjuk ke arah Agfali.
"Telat aja ngeles." Agfali yang berada di samping Febrisya memutar bola mata sinis.
"Semua peraturan sekolah kan sama, ngga mungkin kamu nggak tahu, tapi saya juga memaklumi karena kamu murid baru. Singkatnya saya memberi hukuman kamu bersama Randi untuk hormat dibawah bendera merah putih sampai saya suruh kembali ke kelas." jelas Pak Budi
"Pak, kok gitu sih saya ini murid baru lo--"perkataan febrisya tiba-tiba terpotong
"Iya pak, saya terima hukumannya,  itu mah gak seberapa" sahut Randi, murid yang mempunyai nasib seperti Febrisya.
Randi, murid kelas 11 MIPA 5, dari tampangnya keliatan sok kecakepan.
"Hah?- "Febrisya dengan nada keheranan
"Agfali,  suruh mereka berdua pergi dari sini." suruh bapak BK
"Iya pak. Permisi"
"Waah pak, gak bisa gitu,  yang bilang siap kan cuma dia, saya ngga ngomong loh Pak." rengek Febrisya untuk menghindari hukuman
"Berisik, telat mah telat aja." ucap Agfali dengan sekuat tenaga menarik Febrisya meninggalkan ruang BK.

Dengan berat hati Febrisya dan Randi mengikuti Agfali
"Kalian jalani hukuman ini. Saya akan mengawasi kalian dari kelas saya. Kebetulan kelas saya ada di atas jadi saya bisa melihat pergerakan kalian. Jika nggak mau dihukum lebih, jalani ini,  dan jangan ulangi lagi." Jelas Agfali dengan nada dingin kemudian meninggalkan Febrisya dan Randi.
"Gara gara lo ya, main terima hukuman aja, sok kuat lu, kecakepan lagi." sindir Febrisya yang tengah hormat di depan bendera kini melirik Randi yang berada di sampingnya.
"Adek kelas belagu amat. Jadi bahasa lo pakek lo-gue? gak sopan banget sama kaka kelas. Kalo lo masih ngoceh, gue cium nih."
"lo siapa ya?  gue nggak kenal kok main cium-cium aja." Seketika Febrisya menjadi geram, ia tahu bahwa orang di sampingnya adalah kakak kelasnya, terlihat jelas dari bed kelas yang Randi pakai.
"Ngode nih?" mendengar perkataan tersebut, Febrisya berkeyakinan bahwa cowok ini benar-benar sarap.
"Idiihh, level gue atas ya nggak kayak lo. Seketika wajah gue berubah jadi zombie setelah lo cium."
"Kita nggak lagi syuting train to busan, ngga usah nge-drama. O iya gue emang cakep sih. Lu tadi tanya, sekarang gue jawab."

Ya sekiranya seperti itulah percakapan dari Febrisya dengan Randi. Hingga tak lama kemudian seseorang datang yang tak lain Agfali memberitahukan bahwa hukuman mereka berdua selesai, dan mengizinkan kembali ke kelas.

"Awas ya gue masih punya masalah sama lo" Ancam Febrisya tanpa dosa, kini pergi menuju kelas. Randi yang hanya diam kini bergerak menuju perpustakaan yang berlawanan dari kelas Febrisya yakni X MIPA 4.
Perkataan terakhir yang diucap Febrisya membuat Randi tersenyum kegirangan dengan tingkah Febrisya yang menurutnya cukup humoris.

ReplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang