Rendy POV
Semangat. Itu yang kurasakan saat Gabriella, yang telah resmi menjadi pacarku beberapa hari lalu, menyemangatiku.
Hanya sekedar ucapan 'fighting' dan senyum yang selalu ditunjukkannya padaku, membuat degub jantungku bergemuruh. Aku membalasnya dengan senyum terbaikku dan mulai berbaris untuk memulai permainan.
Kulihat Daffa, temanku, dulu. Dia menatapku tajam dan segera mengalihkan pandangannya ke arah Rizal, yang mana adalah ketua tim basket kami, sama seperti Daffa yang merupakan ketua basket tim sekolahnya.
Tidak perlu waktu lama bagi kami memulai pertandingan. Bola berada di tim kami dan Reno yang membawa bola di tangannya yang langsung di oper ke Rizal. Rizal mendribllenya dan dia dikepung oleh tim lawan. Aku langsung berlari menghampirinya, tidak dekat dan tidak juga dibilang jauh, ukuran strategis yang bisa mengambil umpan dari Rizal.
Rizal segera mengopernya setelah melakukan gerakan menakjubkan untuk terhindar dari lawan. Aku menangkapnya dan langsung mendapat nilai 3 karena menshooting bola.
Permainan dimulai kembali dengan diriku yang membawa bola.
Oh my god!
Apa-apaan ini?
Daffa sepertinya sengaja mencegahku agar tidak mencetak skor kembali. Tapi aku tidak kehabisan akal, tanganku dengan cekatan memutar bola agar tidak teralih kepada Daffa. Sesegara mungkin aku mengoper bola dan ditangkap dengan cekatan oleh teman setimku yang lainnya.
Dan lagi-lagi kami mencetak skor untuk tim kami.
"Congrats," ucapan Daffa untuk Rizal saat berjabat tangan usai pertandingan. Begitupun aku yang juga berjabat tangan dengannya. Tidak lupa ucapan yang sepertinya tidak rela dia ucapkan kepadaku dengan senyuman paksa dan tatapan tajamnya yang seakan ingin melenyapkanku dari muka bumi ini.
Aku membalas ucapannya dengan amat bangga dan tatapan yang tak kalah tajamnya. "Thanks,"
Timnya segera pergi dari hadapan kami dan langsung saja berbondong-bondong ucapan selamat dari penonton datang untuk tim kami.
Aku memberikan senyum manis dan tak jarang pula yang memintaku untuk foto bersama, begitu juga dengan 2 sahabatku dan tim ku yang lainnya. Aku mengedarkan pandanganku, mencari sosok yang berarti bagi hidupku, tapi dia tidak ada. Kemana dia?
Aku segera berbalik saat seseorang menepuk pundakku. Dia Gabriella. Seseorang yang kucari-cari dari tadi.
"Hai, congrats yah," ucapannya yang disertai senyum manis itu membuat lelah ku hilang. Aku bahagia jika dia yang memberi semangat.
Eits, bukan aku gak bahagia jika di ucapin kata selamat dari yang lain, tapi jika yang mengucapkannya Gabriella ditambah dengan senyum manisnya, bahagianya itu.....gimana gitu. Seperti, ada manis-manisnya gitu, hehe.
"Thanks, sayang. Ini juga berkat dukungan dan doa dari kamu." ucapku.
Gabriella hanya memberiku senyum manisnya dan memberikanku minuman dengan botol minum rumahan bergambar Princess.
Aku senang juga geli melihatnya. "Lucu banget sih kamu." Aku mengacak rambutnya sebelum meminum pemberiannya.
Oh my......
Rasanya segar, dahagaku hilang. Memang dia paling tau apa yang kubutuhkan.
"Ehem, aus nih!" Seseorang berteriak seolah dia tengah kehausan. Aku menoleh begitu juga Gabriella. Aku mendengus geli sedangkan Gabriella hanya diam ditempatnya.
"Makanya cari pacar! Jomblo bae sih," ledekku kepada Reno. Disampingnya ada Rizal yang masih sibuk dengan fansnya yang memberikan ucapan selamat.
"Eits jangan salah! Pacar emang gak punya, tapi cewek dimana-mana." ucapnya dengan bangga. Aku memutar bola mata, jengah dengan hidupnya yang selalu memberi PHP terhadap perempuan yang dekat dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Princess Ice, Gabriella (Belum Di Revisi)
JugendliteraturGabriella, meski dingin tapi perhatian dia ke orang lain akan tetap ada namun hanya bagaimana cara dia menyampaikan nya saja. Rendy, baik hati dan sering membuat seluruh tatapan menatapnya dengan tatapan memuja. Walau lo dingin seperti es, tapi es j...