"Selamat pagi, My Princess!"
Sapaan itu terdengar setelah Gabriella membuka pintu rumahnya yang telah di ketuk daritadi.
"Selamat pagi kembali!" balas Gabriella.
"Yuk?" ajak Rendy ceria, bibirnya tersenyum lebar. Tangannya menggenggam tangan Gabriella dan membawanya melangkah bersama.
"Aku kira kamu gak akan datang," jujur Gabriella, mengingat Rendy tidak akan bangun pagi saat hari libur.
"Gak dong! Kan aku udah janji bakal datang! Jadi sebagai seorang lelaki sejati, aku gak akan mengingkari janji meski harus merelakan kebiasaanku." ucapnya yakin. Kepalanya sedikit terangkat, angkuh.
"Iyadeh yang selalu nepatin janji," ucap Gabriella malas. Matanya memutar ke arah Rendy.
Rendy tertawa dan mengacak rambut Gabriella gemas. "Gemes deh."
"Ish, jadi rusak kan!" Gabriella cemberut dan merapikan rambutnya yang agak acak-acakan karena Rendy.
"Iya, maaf. Gak lagi deh,"
"Gak sekali lagi maksud kamu?" Gabriella mendelik ke arah Rendy.
"Kok tau? Haha...." Rendy terkekeh dan mengangkat dua jari tangannya membentuk 'peace'.
*****
"Gaby!!!"
Panggilan dengan nada tinggi yang heboh membuat Gabriella dan Rendy yang sedang asik jogging sembari bercanda itupun menoleh--melihat sosok yang sangat tak asing. Sosok gadis manis, dengan sikap layaknya anak kecil. Siapa lagi kalau bukan Tiffany.
"Eh,?" jeda, "Hai, Tif!" sapa Gabriella setelah melihat bahwa Tiffany lah yang menyapa.
"Cie, berdua." ledek Tiffany.
"Cie, sendiri." balas Gabriella balik meledek Tiffany.
Rendy tertawa mendengarnya sedangkan Tiffany malah mendengus tak terima.
"Gue gak sendirian kali!" sungut Tiffany. Tangannya berkacak pinggang, menunjukkan sikap seakan tersinggung.
"Bener Gab, si Tiffany ini gak sendirian." ucap Rendy, membuat Tiffany tersenyum puas merasa di bela.
Gabriella malah tersenyum kecil saat mengetahui bahwa pacarnya ini tidak akan membela Tiffany begitu saja. Apalagi jika berdebat dengan Gabriella, pasti Rendy akan membela Gabriella.
"Masa?" sahut Gabriella mengikuti permainan Rendy.
"Iya. Dia kan berdua sama bayangannya, haha...." Mereka berdua tertawa setelah melihat Tiffany yang berdecak kesal--merasa dipermainkan oleh sepasang kekasih di depannya ini.
"Ihh, tapi beneran lho, aku kesini berdua!" Bertepatan dengan Tiffany yang menghentakkan kakinya kesal, suara seseorang terdengar dari arah belakang Tiffany.
"Hai, Gab, Ren." sapa orang itu dengan senyumannya.
"Oh, hai Al. Sendirian?" balas Rendy. Tangannya bertos ria ala lelaki dengan Aldo-- yang barusan datang. Sedangkan Gabriella hanya tersenyum membalas sapaan Aldo tadi.
"Oh, ini, gue disini sama kesayangan gue!" aku Aldo yang sekarang berdiri disamping Tiffany.
"Mana?" tanya Gabriella melihat tidak ada siapapun yang dibawa Aldo kehadapan mereka.
Aldo menatap Gabriella beberapa detik sebelum menjawab, "Di antara kita," jawab Aldo sembari tersenyum aneh. Namun, mereka tidak menyadari, malah mereka tertawa saat sadar jika Tiffany lah orang itu.
Tidak mungkinkan Gabriella? Diakan pacar Rendy. Itulah fikiran mereka.
"Oalah, Tiffany toh! Haha, akhirnya laku juga lo Tigel... " ledek Rendy masih tertawa.
"Tigel, apaan tuh?" tanya Tiffany bingung dan penasaran.
"Tiffany bogel, haha...."
Tiffany cemberut mendengar mereka semua mentertawakannya sehingga Aldo mengacak rambutnya gemas membuat muka Tiffany bersemu merah.
"Lo berdua mau kemana lagi?" tanya Aldo saat mereka jalan keluar taman. Tangannya mengenggam tangan Tiffany, begitupun dengan Rendy yang menggenggam tangan Gabriella.
"Mau nyari makan. Kenapa emang? Lo mau bayarin?" tanya Rendy bercanda yang mendapatkan sikutan di perutnya dari Gabriella. Tangannya memberikan tanda 'peace' ke Gabriella dengan cengiran khasnya.
"Yuk, bareng aja. Gue bayarin. Itung-itung sedekah buat rakyat missqueennn, haha...." balas Aldo bercanda.
"Alah, gak butuh duit lo! Gue kan holang kayahh!" balas Rendy meladeni. Tangannya menepuk dadanya sombong.
"Jadi gak?" tanya Gabriella mengintrupsi mereka berdua.
"Tau nih! Jadi gak neh? Cacing dah demo nih!" setuju Tiffany sembari mengelus perutnya dramatis.
"Yuk,"
Rendy melangkah duluan dengan tangan yang menggenggam tangan Gabriella.
Tiffany yang melihat Aldo hanya diam pun menggenggam duluan tangan Aldo yang hanya bergantung di sisi tubuhnya.
Aldo menoleh saat merasa tangannya di genggam, dan tersenyum menutupi keterkejutannya.
"Ayo," ajak Tiffany yang diangguki oleh Aldo. Aldo melepaskan genggamannya membuat langkah keduanya terhenti dan saling menoleh.
"Kamu gak suka yah? Maaf." ucap Tiffany, menunduk malu sembari meremas tangannya yang tadi menggenggam duluan tangan Aldo.
Aldo tersenyum melihat tingkah Tiffany. Tangannya perlahan menggenggam tangan Tiffany dengan lembut. "Nah, begini baru bener."
Tiffany memperhatikan tangannya dan wajah Aldo secara bergantian. Wajahnya pun menjadi cerah seperti biasa. Warna merah perlahan menampakkan dirinya di pipi Tiffany.
"Emang beda yah, kalo aku duluan yang genggam tangan kamu?" tanya Tiffany sembari mengikuti Aldo yang telah berjalan.
"Ada lah, sayang." Tangan kanan Aldo yang bebas mencubit pipi Tiffany, gemas. "Aku ini cowok, yang sudah seharusnya genggam tangan kamu dan membawamu berjalan bersamaku."
"Kalo kamu genggam tanganku dan membawaku berjalan bersamamu. Lantas, apa yang harus aku lakukan sebagai perempuanmu?" tanya Tiffany. Tatapannya terus tertuju untuk Aldo.
"Gak perlu melakukan apapun. Cukup mengikuti dan akan kutuntun kamu menuju jalan yang indah." ucap Aldo, menoleh sekilas ke arah Tiffany dengan senyum terpatri di wajah tampannya.
Tiffany terus mengumpat dalam hati karena pipinya yang terus memanas karena mendengar ucapan-ucapan Aldo yang terkesan manis di telinganya.
*****
Tbc
*****Cie, yang kemaren udah nyoblos😂 Hayo, angkat kakinya yang udah nyoblos, haha.
Salam,
SRC, 18-04-2019
KAMU SEDANG MEMBACA
My Princess Ice, Gabriella (Belum Di Revisi)
Genç KurguGabriella, meski dingin tapi perhatian dia ke orang lain akan tetap ada namun hanya bagaimana cara dia menyampaikan nya saja. Rendy, baik hati dan sering membuat seluruh tatapan menatapnya dengan tatapan memuja. Walau lo dingin seperti es, tapi es j...