Rendy datang dengan aura berbeda dari sebelumnya. Dingin. Itu yang dirasakan orang sekitarnya.
Bahkan Gabriella juga merasakannya karena Rendy yang tidak menyapanya saat didalam kelas. Rendy hanya menaruh tasnya dan menenggelamkan kepalanya diantara lipatan tangannya di meja. Tidak menoleh sedikitpun kepada Gabriella.
Ada apa? pikir Gabriella.
Pikiran Gabriella terus saja berkecamuk membuatnya terus melirik Rendy yang tidak menoleh sama sekali kearahnya dan membuatnya tidak konsen dengan pelajaran yang diajarkan gurunya didepan sana. Bahkan, beberapa kali dia harus kena tegur karena ketahuan melamun dan membuat semua mata teman-temannya memandang kearahnya dan juga Rendy yang menatap dalam-dalam kepadanya.
Kring.....kring
Bel istirahat berbunyi, membuat seantreo sekolah seakan berlomba-lomba untuk mengisi perut mereka yang demo. Begitupun dengan Rendy, dia langsung bangkit tanpa mengajak Gabriella seperti biasanya.
Eh? Apa Gabriella terdengar begitu berharap? Bahkan dia bukan siapa-siapanya Rendy.
Gabriella menghela nafas panjang dan ke kantin bersama Tiffany sembari memikirkan kemungkinan yang membuat Rendy marah padanya.
Kemungkinan-kemungkinan itu, antara lain:
1. Dia tidak mengiyakan ajakan Rendy pulang bareng.
2. Dia tidak membela Rendy didepan Alex.
3. Dia membuat khawatir Rendy karena pulang sendiri?Eh? Pulang sendiri? Ah, Gabriella ingat jika kemarin dia pulang bersama seorang cowok yang mengantarkan undangan kepadanya, siapa namanya yah? Ah, Daffa.
Tapi, apa Rendy tau? Bahkan Gabriella yakin kalau tidak ada orang disekitarnya, karena anak-anak yang masih disekolah itu pasti sedang asik berbenah untuk pulang.
Seperti diingatkan kembali, otak Gabriella langsung memutar kejadian semalam.
Flashback on
Gabriella melangkahkan kakinya berjalan menjauh dari 2 orang yang sedang memperebutkannya. Bukannya ge'er tapi emang begitu adanya. Rendy dan Alex yang tidak ingin mengalah satu sama lain.
Dia jengkel dengan mereka, kenapa masalah pulang saja harus dipeributkan sih? Seperti anak kecil saja!
Dia sudah berdiri didepan gerbang dan akan membuka aplikasi ojol di handphone-nya jika saja tidak ada yang berhenti didepannya dan memanggil namanya.
Gabriella mendongak, "Daffa?" tanya Gabriella balik.
"Iya, ini gue Daffa. Lo kok belum pulang?" tanya Daffa bingung, sudah malam kenapa dia masih disekolahnya? pikir Daffa.
"Abis kontrol anak olahraga latihan," kata Gabriella yang diangguki mengerti oleh Daffa.
Daffa mengerti, Gabriella melakukan controling buat pertandingan persahabatan yang diadakan sekolahnya itu.
"Mau balik sama siapa?" tanya Daffa lagi.
"Sama ojol kayaknya, ini lagi mau dipesen." jawab Gabriella dan membuka kembali aplikasi ojolnya.
"Balik bareng gue aja," tawar Daffa tersenyum manis.
"Makasih. Gue sama ojol aja.,"
"Oh yaudah, gue tungguin lo sampe dijemput ojolnya." ucap Daffa sembari turun dari motor dan berdiri disamping Gabriella. "Tapi kayaknya nunggu ojolnya bakal lama deh," kata Daffa memberitahu karena pernah melihat adiknya yang lama menunggu ojol pesanannya datang.
Iya sih, lama. Batin Gabriella membenarkan karena dia juga pernah merasakannya.
Gimana yah? nanti kalau dia nunggu ojol yang lama, terus keburu mereka -Rendy dan Alex- duluan yang sampai, pasti akan memperebutkan lagi masalah siapa yang akan mengantar Gabriella pulang. Dia gak ingin itu terjadi, dan memutuskan untuk pulang diantar Daffa.
Flashback off
Gabriella menghela nafasnya kembali dan menoleh menatap Rendy yang agak jauh dari mejanya sedang bercanda seperti biasa dengan temannya.
"Lo kenapa?" tanya Tiffany bingung, melihat Gabriella yang terus menerus menghembuskan nafasnya.
"Kok gue ngerasa dia ngejauh dari gue yah?" tanya Gabriella pelan, nyaris tidak terdengar, seakan memang pertanyaan itu ditujukkan untuk dirinya sendiri.
"Ngg....gue juga mikir gitu sih. Tiba-tiba aja semalem dia jadi dingin gitu kalo tau lo pulang sama cowok," jelas Tiffany dan menyeruput es teh setelahnya.
Tuhkan bener!
Ternyata Rendy tau kalo dia pulang bareng cowok lain. Eh? Tapi kenapa dia marah yah, padahalkan mereka gak ada hubungan apa-apa. pikirnya.
Ah, tapi kenapa Gabriella merasa harus menjelaskannya kepada Rendy yah? Apa karena selama ini, Rendy sudah termasuk ke dalam kehidupannya. Ah sebodo! Yang terpenting dia harus menjelaskannya nanti.
*******
"Ren," panggil Gabriella. Kini tangannya memegang lengan Rendy yang ingin melangkah keluar kelas. Rendy menoleh, tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"Gue butuh privasi!" ucap Gabriella. Teman-temannya segera keluar, ada yang mengintip didepan ruangan, ada juga yang langsung pulang ke rumah karena memang sudah waktunya pulang.
"Kamu kenapa?" tanya Gabriella yang masih didiamkan Rendy.
"Oke, aku salah. Aku minta maaf, semalam aku gak mau pulang bareng kamu dan juga malah pulang bareng cowok lain yang bahkan belum lama aku kenal." jelas Gabriella. Rendy tetap diam sembari menatapnya lekat-lekat.
"Aku tau kamu marah, tapi tolong jangan diemin aku kayak gini," Gabriella frustasi, dia menundukkan kepalanya. Rendy masih saja mendiamkannya padahal dia telah menjelaskannya kepada Rendy.
Tangan Rendy bergerak melepaskan tangan Gabriella yang berada di lengannya dengan pelan. Tapi Gabriella merasa itu adalah sebuah penolakan yang dilakukan Rendy terhadapnya. Gabriella masih menunduk, hingga sebuah pelukan membuat tubuhnya bergetar.
"Aku gak marah, aku cuma khawatir, takut kamu kenapa-napa. Apalagi kamu dianterin sama orang kayak Daffa!" Air mata yang ditahan-tahan sedari tadi akhirnya menerobos keluar. Gabriella balas memeluk Rendy lebih erat dan menenggelamkan wajahnya ke dada bidang Rendy, membasahi baju Rendy dengan air mata yang makin deras karena mendengar ucapan Rendy selanjutnya.
"Karena aku...... cinta sama kamu,"
*******
Hola!!
Jangan bosen-bosen yak😁
Follow ig : silva_src
Follback? Dm aja.
Salam,
SRC, 19-02-2019
KAMU SEDANG MEMBACA
My Princess Ice, Gabriella (Belum Di Revisi)
Genç KurguGabriella, meski dingin tapi perhatian dia ke orang lain akan tetap ada namun hanya bagaimana cara dia menyampaikan nya saja. Rendy, baik hati dan sering membuat seluruh tatapan menatapnya dengan tatapan memuja. Walau lo dingin seperti es, tapi es j...