10.

2K 310 5
                                    

"Itu namanya Akasia."

"Aku tau Jaemin, kau pikir aku bodoh."

"Ciri-cirinyaㅡ"

"Sstt diamlah, aku sudah tau."

Jaemin merengut sejenak, Hyunjin susah sekali diajak berdiskusi santai. Anak itu menulis beberapa paragraf lalu terdiam sejenak sebelum menulis lanjutannya, tulisannya rapi tapi tentu saja Jaemin merasa tulisannya lebih rapi daripada tulisan Hyunjin. Catat, Jauh lebih rapi.

"Selesai."gumam Hyunjin lebih pada diri sendiri.

"Syukurlah aku mau pulang."Jaemin sedikit merampas pulpen dan bukunya yang masih dipegang Hyunjin. Sontak membuat Hyunjin sedikit memiringkan kepalanya.

"Kau marah ya ?"

Jaemin menutup resleting tasnya dengan cepat,"menurutmu."

"Kau marah karena aku yang mengerjakan ?"tanya Hyunjin dengan nada tidak percaya.

"Masih bisa bertanya eh"Jaemin menyampirkan ranselnya ke punggung sebelum bangkit berdiri berjalan begitu saja.

"Hei Jaemin tunggu aku."

Dua anak yang terlihat memiliki tinggi badan hampir sama itu berjalan dalam diam, Jaemin yang memandang lurus ke depan dan Hyunjin yang berjalan sambil melirik sedikit kawannya itu.

"Oke-oke aku tidak tahan lagi, berhenti Jaemin."Hyunjin menepuk bahu kiri Jaemin membuat putra Siwon itu menoleh.

"Apa !"

"Aku minta maaf lain kali lagi ya."

Jaemin semakin memajukan bibirnya,"LAGI !"

Hyunjin terkekeh,"maksudku iya iya, lain kali diskusi jangan lupa bawa bukunya besok ya."

Bibir Jaemin tersenyum melebar hingga susunan giginya kelihatan,"aku harap kau tidak asal bicara saja."

"Mau bermain ayunan ?"

Anggukan menjadi jawaban Jaemin, keduanya bermain ayunan hingga tak sadar waktu sudah semakin petang. Beberapa pengunjung taman satu persatu mulai pulang dan hal itu tak lepas dari pengamatan Hwang Hyunjin.

"Jaemin, ayahmu kok belum datang juga."

"Iya ya, mungkin masih di perjalanan, kau bisa pulang duluan Hyunjin."

Hyunjin ingin menemani Jaemin namun harus diurungkan saat sopir rumahnya datang menjemput.
"Jaemin, kau tidak ada keinginan naik mobilku sekalian ?"

Jaemin terkekeh, mengenali salah satu sifat Hyunjin yang satu ini. Hyunjin itu terlihat acuh tapi peduli atau entahlah mungkin dewasa nantiJaemin dapat mendeskripsikan sifat sang sahabat lebih baik.
"Tidak apa-apa ayahku akan segera datang, hati-hati di jalan ya pai pai."

"Bye bye maksudmu"cibir Hyunjin tersenyum kecil sambil melambaikan tangannya singkat menuju mobil.

Jaemin menggunakan kakinya untuk mendorong ayunan, sudah gelap tapi sang ayah belum datang juga.
"Apa aku pulang sendiri saja ya, tapi ayah bilang harus menunggu hmm lama sekali sih."keluh Jaemin lebih pada dirinya sendiri.

"Jaemin !"

Orang yang ditunggu Jaemin datang dengan rambut lepek dan pelipis penuh keringat. Terlihat kepayahan dengan pakaian kebesaran ala badut yang membalut tubuhnya. Satu lagi yang ditangkap Jaemin selain kacaunya penampilan sang ayah adalah dua kaki tanpa alas itu.

Dalam hati Jaemin merasa khawatir.
"Kenapa terlambat menjemputku ?"

"Maaf tadinya banyak anak yang menyukai ayah, jadi tertahan agak lama. Kau sudah lapar ?"

Karena pertanyaan itu Jaemin jadi merasa lapar seketika.
"Aku lapar~"

"Lucunya anak ayah, mau sosis bakar ?"

"Mau"

"Lets go"

Jaemin meraih tangan sang ayah yang menggandengnya pergi. Cahaya lampu menyorot hingga membentuk bayangan. Jaemin sedikit memiringkan kepalanya, bayangan dirinya seolah tengah di gandeng oleh raksasa bertubuh besar namun berkepala kecil. Melirik sang ayah, Jaemin mengulum bibir.

Iya, Jaemin merasa hangat saat tangan mungilnya berada pada genggaman sang ayah.

...






Ayahnya berubah.
Semua bermula saat tablet pemberian Hyunjin diketahui oleh sang ayah. Jaemin tidak mengerti saat Siwon memarahinya hanya karena menerima pemberian orang lain.

Tablet itu kini berada di dalam ransel Jaemin, sang ayah menyuruh untuk mengembalikan benda itu pada Hwang Hyunjin.

Dasi sudah rapi. Baju, celana, kaus kaki, Jaemin mematut dirinya di cermin. Di rasa cukup, laki-laki delapan tahun itu keluar dari kamar sempitnya menuju ruang keluarga.

"Ayah ayo berangkat"serunya. Tapi tak ada tanda-tanda Siwon akan beranjak.

Siwon tengah duduk sambil mencoret-coret sesuatu. Sebuah kalimat pendek di sebuah kertas berwarna biru langit.

Good boy.

Jaemin tersenyum memperhatikan tulisan bahasa inggris mengandung arti tersebut. Namun luntur tak lama kemudian setelah sang ayah berkata,

"Ini bukan untukmu."

Senyum Jaemin memudar, wajahnya kembali datar.

"Ayo berangkat."

"Kau sudah siap ? Sudah sarapan ?

Jaemin mengangguk.

"Jaemin, apa kau bisa berangkat sendiri ?"

Jemari Jaemin mengusap dahi hingga rambutnya, ia melayangkan pandangan pada pakaian badut di sisi meja sebelah sana.

"Ayah akan bekerja ? Sepagi ini ?"

"Jadi apa kau tidak keberatan jika berangkat ke sekolah sendirian naik bus hari ini ?"

Jaemin berpikir sesaat, "ya sudah"

"Jangan lupa kembalikan tablet Hyunjin ya"

"Iya iya"

Jaemin mengangkat ranselnya, lalu bergegas keluar sendirian ke halte. Ia pikir hanya hari ini ia akan pergi dan pulang sendiri.

Nyatanya semenjak hari ini, ia pergi kemana pun tidak akan berdua dengan sang ayah lagi.





RichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang