12.

1.8K 289 9
                                    

Jaemin pulang dengan keadaan was-was tidak menentu, peluangnya menjadi siswa teladan telah musnah. Seluruh warga sekolah sudah mengetahui insiden itu, predikat siswa teladan berubah menjadi siswa nakal kini telah tersemat untuk dirinya.

Halte tidak cukup ramai, Berkali-kali bus berhenti namun Jaemin belum juga memindahkan kaki. Pikirannya bergelut, kira-kira bagaimana respon sang ayah nanti setelah mengetahui kejadian ini. Jaemin mendesah frustasi.

"Jaem"

Jaemin menoleh,"oh hai Hyunjin."

Hyunjin terlihat ingin mengatakan sesuatu namun kemudian mengulum bibir lagi.
"Kurasa kita perlu bicara pada Pak Taehyung dan Mrs. Tiffany, kau kan memukul Renjun karena membantuku."

Jaemin menghela nafas, "bagaimana kalau Renjun yang justru terkena detensi."

"Tsk Jaemin, kenapa sih kamu mesti mikirin orang lain !? Padahal itu bisa nyakitin diri kamu sendiri, mau berlagak Ironman ?"

Jaemin terkekeh, "aku lebih suka spiderman."

Hyunjin berdecak, lantas ikut mendudukan diri di sisi Jaemin.
"Aku serius,"Hyunjin memandang lekat Jaemin dengan mata sipitnya yang dilebar-lebarkan, "bagaimana kalau ayahmu marah ? Ah maksudku ayahmu pasti marah sih."

Jaemin tersenyum tipis sebelum mengalungkan lengannya di sekeliling bahu Hyunjin,"Tenanglah, semarah-marahnya ayahku ia tetap menyayangiku, dan ngomong-ngomong"Jaemin menjeda sedikit ucapannya saat ekspresi serius teman sekelasnya ini terlihat jelas.

Lalu ia justru terkekeh sejenak,"..terimakasih ya sudah mengkhawatirkanku, Hyunjin."

...

"Insiden kekerasan !?"

Jaemin tersentak usai ayahnya membaca surat panggilan orangtua yang dilayangkan sekolah. Tidak sekalipun sang ayah pernah membentaknya, bahkan bila Jaemin mengingatnya Choi Siwon jarang sekali meluapkan amarahnya.
"Ayah.."cicit Jaemin sangat pelan, suaranya tersendat karena ketakutan dan keinginan untuk menangis. Sungguh seumur hidupnya ini adalah kali pertama ia dimarahi. Biasanya Siwon hanya memberi petuah atau sekedar menasehati, kalau sudah seperti ini. . .

"Jaemin, tatap ayah"

Dengan ragu Jaemin mengangkat wajahnya, ketakutan terbesar Jaemin menjadi kenyataan. Bukan wajah penuh amarah seperti yang Jaemin bayangkan beberapa saat yang lalu, wajah sang ayah saat ini menyiratkan rasa penuh kekecewaan.

"Apakah ayah pernah mengajarkan Jaemin bahwa kekerasan adalah cara menyelesaikan masalah ?"

Jaemin menggeleng.

Di sisi lain Siwon menatap iba sang putra satu-satunya yang menatapnya terluka, seolah apa yang ia lontarkan menyakiti hati kecil putra kebanggaannya itu. Siwon menguatkan diri. Ia ingin yang terbaik untuk sang putera, ia harus lebih tegas mendidiknya.
"Besok, ayah akan datang. Ayah harap kau tidak akan mengulanginya lagi ya, sudah ayo makan."

"Tunggu ayah"

"Hm ?"

Jaemin mengangkat sebuah kartu ucapan ulangtahun yang tergeletak di lantai, Siwon yang mengetahui itu terbelalak.

"Selamat ulang tahun... Jisung ?"suara Jaemin tercekat saat membaca tulisan dalam kartu itu. Bahkan kedua mata bulatnya berkaca-kaca.

Siwon yang menyadari bahwa Jaemin salah paham langsung mendekati sang putra.
"Jaemin, itu tidak seperti yang kau pikirkan"

"Memang apa yang ku pikirkan !"teriak Jaemin agak histeris ," ayah memiliki putra lain selain Jaemin, dan-"Jaemin mengusap airmatanya dengan gusar,
"Itu bukan putra bunda"

"Jaemin..."

"Aku tidak mengerti jalan pikiran ayah"

"Jaemin, ini tidaklah seperti yang kau pikirkan. Ayah-"

"Ayah pria miskin !"

Siwon tersentak karena ucapan penuh emosi yang terlontar dari Jaemin. Tubuhnya membeku, bingung, keheranan, kecewa darimana putranya belajar bersikap tidak santun seperti barusan.

"Ayah pria yang miskin, tidak setia dan selingkuh dari bunda, Ayah Jahat !"

Blamm

Jaemin menangis di dalam kamarnya yang sempit. Sekarang ia tau alasannya, kenapa sikap sang ayah mulai berubah belakangan. Atau memang sudah dari dahulu, sedangkan dirinya terlambat mengetahuinya. Ia tidak tahan lagi, Jaemin mengeluarkan beberapa potongan pakaian lalu memasukkannya ke dalam tas. Ia juga akhirnya mengeluarkan botol tempatnya diam-diam menyembunyikan uang tabungannya yang tidaklah banyak.

Jaemin bertekad, ia akan pergi dari rumah malam ini juga.

RichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang