14.

1.9K 327 42
                                    

Siwon berdiri di depan Neo Elementary School, menunggu hingga jam yang telah di tentukan. Ia memperhatikan satu-persatu mobil-mobil mewah bergantian keluar masuk pelataran sekolah. Kontras dengan dirinya yang hanya berdiri di atas kedua kakinya. Tangan kirinya menggenggam kertas berlogo sekolah yang ia jaga tetap rapi seperti pertama Jaemin berikan.

Ini akan menjadi Pengalaman pertamanya datang ke sekolah akibat Jaemin membuat masalah. Ia menarik nafas tiga kali sebelum melangkah benar-benar memasuki area sekolah.

"Paman Choi"

Siwon tersenyum lebar saat seorang anak yang baru turun dari mobil jenis mercedes menghampirinya. Bahkan anak itu berlari ke arahnya tanpa menutup pintu mobil kembali.

"Halo Hyunjin, lama tidak bertemu ya"

"Paman tidak datang waktu mamaku mengundang terakhir kali"celoteh anak seumuran putranya itu dengan mata sipitnya yang berkedip nakal.

Siwon berjongkok, ia ingat saat itu Jaemin sempat menangis karena melarangnya.
"Dasimu tidak rapi,"sahut Siwon ia segera membenarkan dasi Hyunjin.

"Aku belum bisa mengikat dasi sendiri hehehe ngomong-ngomong paman"

"Uhm ?"

"Jangan marah pada Jaemin ya"

Siwon teringat kalau Hyunjin adalah teman sekelas Jaemin, mungkin anak lelaki ini tau sesuatu.
"Jaemin berkelahi, jadi paman hanya menasehatinya."

"Tapi paman, sebenarnya Jaemin hanya membelaku. Dia tidak benar-benar sengaja memukul Renjun."

Siwon mengerutkan dahi, Jaemin tidak menceritakan kronologinya dengan detail.
"Apa yang terjadi sebenarnya Hyunjin ?"

"Paman, waktu itu di depan toilet sekolah hanya aku dan Renjun pada awalnya."Hyunjin mengulum bibirnya yang terasa kering. Sejenak mengamati ekspresi dari ayah Jaemin yang dikenalnya sebagai lelaki paling baik hati yang pernah ia temui.

"Renjun mengejekku, dia menghina mamaku lalu Jaemin datang dan spontan menamparnya."ujar Hyunjin berterus terang.

Pandangannya setengah memohon, "Jaemin tidak bersalah paman, jangan marah padanya."

Penjelasan dari Hyunjin membawa sedikit penerangan pada raut Siwon, seperti keyakinannya sang putra tidak akan berkelahi begitu saja tanpa alasan kan. Bibirnya tertarik ke samping, "Kau teman yang baik Hyunjin, terimakasih ya sudah menjelaskan ini ada paman."

...























"Percuma caper di depan guru, kalau aslinya preman"

"Muka manis, kelakuan sadis"

"Pemborosan oksigen, sekelas sama manusia melata"

"Itu muka apa gerabah, kok bau tanah"


Genggaman pada ranselnya menguat, anak lelaki yang baru saja masuk kelas 3A itu hanya menunduk sambil terus berjalan menuju bangkunya. Tidak tau sejak kapan bangkunya kini hanya terdiri dari satu meja tanpa pasangan. Persis di tengah-tengah kelas. Sepertinya anak yang biasanya sebangku dengannya telah pindah. oh tentu saja, teman sebangkunya yang biasa adalah salah satu anak yang berdiri di depan pintu bersama gerombolan yang menyambutnya dengan cibiran saat pertama masuk tadi.

Bagus.
Hari yang buruk akan dimulai.

"Jaemin selamat pagi !!!"

Atensi anak lelaki itu kembali saat ia mendengar namanya dipanggil dengan ceria, ia menatap bingung Hyunjin yang menggeser meja dan kursinya hingga ke sampingnya.

"Mulai hari ini aku duduk di sini ya."

Tangan Jaemin terlipat rapi di atas meja, duduknya tegak dan ujung rambut depannya yang agak panjang menutup dahi turut bergerak saat si empu menoleh.
"Kau tidak terdengar seperti meminta izin padaku."

"Apa itu perlu"desis si anak sipit dalam mode datarnya.

Jaemin sontak menggeleng,"tidak juga sih,"

Sett

Jaemin mengerjap saat tangan Hyunjin menggapai tangannya untuk saling bersalaman. Anak sipit itu mengulas senyumnya sedikit, lalu berkata
"Mohon bantuannya ya teman sebangku"

Senyum pertama Jaemin untuk hari itu akhirnya terbit,
"Sama-sama"






Triiiinngggg


Bel pertama untuk jam pertama. Mood Jaemin agak membaik saat Mrs. Tiffany datang dengan senyum malaikatnya. Wanita yang secara kebetulan terus menjadi wali kelasnya sejak kelas satu.

"Anak-anak apa kabar hari ini ?"

"Baaiikkk ms"seru seluruh siswa serempak.

"Syukurlah, ada yang harus saya katakan pada kalian,"

Jeda sejenak dari mrs Tiffany entah bagaimana membuat perasaan Jaemin tidak enak.

"Minggu ini adalah terakhir kali saya mengajar kalian"

Degg

"Kenapa mrs "

"Nggak asyik huu"

Berbeda dengan teman-temannya yang mulai menyuarakan protes sambil berlarian memeluk sosok sang wali kelas.

Jaemin tetap di bangkunya, menunduk dan sesekali mengamati wajah sang wali kelas yang tersenyum teduh pada murid-muridnya.

Padahal hanya dengan melihat sosok Mrs Tiffany Jaemin merasakan kehadiran sosok serupa sang bunda.

Dan di luar kehendaknya, siapakah dirinya berani menganggap seseorang ㅡsebagai pengganti bundanya

Jaemin lupa, memiliki seorang bunda terlalu mewah untuk anak seperti dirinya.

Diam-diam Jaemin menuliskan satu kalimat pada kertas kecil yang ia lipat, lalu perlahan mendekat bergabung dengan teman-temannya untuk menyalami mrs Tiffany. Jaemin menyelipkan kertas itu pada jemari wali kelas sekaligus guru kesayangannya itu.

Kertas kecil yang menjadi prasasti bagi Mrs Tiffany untuk menggenggam perjanjian tanpa kesepakatan di antara guru dan siswanya.

Masa lalu pantas untuk di maafkan.
Masa kini pantas untuk diperjuangkan.
Dan

Masa depan pantas untuk di nantikan.













Suatu hari anda akan melihat saya berdiri berpidato di mimbar terbesar di negeri ini, dan tolong dengarkan suara saya baik-baik ketika saya mengucapkan nama anda pada deretan atas orang paling berpengaruh dalam hidup saya.

...



A/N

Pernah nggak, kalian ngerasa kehilangan banget waktu guru favorit kalian tiba-tiba pindah ?

Ras.

RichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang