~Erick POV~
Mataku rasanya enggan untuk berkedip dan senyuman di wajahku pun tak henti-hentinya mengembang melihat pemandangan dari atas punggung naga yang sedang terbang. Dibawah terlihat sangat menakjubkan apalagi saat ini aku berada tepat diatas sebuah kota sihir yang masuk dalam lingkup kerajaan Zardius.
Warga disini semuanya dapat menggunakan sihir, mereka dapat menerbangkan benda-benda sehingga tidak perlu repot membawa belanjaan, beberapa juga ada yang terbang menggunakan sapu seperti di film-film, lalu ada juga anak-anak yang sedang bermain dengan mainan yang beterbangan disekitar mereka.
Rasanya sungguh luar biasa. Aku merasa diriku seperti sedang berada dalam negri dongeng.
"Kau suka?" suara Ergan membuatku mengerjap terkejut.
Aku menoleh ke belakang ke arah Ergan yang sekarang duduk tepat dibelakangku dan sedang memelukku. Ia berkata dengan memposisikan wajahnya diatas pundakku sehingga ketika aku menoleh, hidungku berbenturan dengan hidung Ergan. Aku pun mendorong kening Ergan agar menjauh dari wajahku membuatnya terkekeh dan kemudian menarik kembali wajahnya.
"Ini adalah wilayah kerajaanmu, Erick" kata Ergan lagi membuatku mengerutkan dahi bingung dengan maksud ucapan Ergan.
"Maksudmu?" tanyaku dengan raut wajah bingung.
"Oh, aku lupa kau belum tau jati dirimu" kata Ergan seraya menepuk keningnya sendiri.
Lepas percakapan singkat dengan Ergan, naga yang kutunggangi mulai turun dan mendarat di depan sebuah istana diikuti dengan naga-naga lainnya yang ditunggangi oleh para pengawal Ergan dibelakang kami.
Tidak hanya itu, para tetua Orion uang merupakan pimpinan tertinggi di Orion dari kaum Penyihir dan Vampir serta Paman Simon dan Bibi Helen juga ikut dalam perjalanan ini. Aku dan Ergan pun turun dari punggung naga ini dan membiarkan naga itu pergi.
Aku berdiri tepat di hadapan istana mewah dan megah dengan dominasi warna biru dan dikombinasikan dengan warna putih. Istana ini persis sama seperti istana yang ada dalam mimpiku.
Mengingat mimpi burukku semalam membuat perasaanku bercampur aduk antara sedih, kesal, dan juga marah. Hingga tanpa kusadari, pipiku telah basah oleh air mata yang mengalir begitu saja.
"Apa ada sesuatu yang mengganggumu, Erick?" Ergan yang berdiri disebelahku mengalihkan perhatianku. Aku menoleh ke arah Ergan dan dengan segera menghapus air mataku. Aku tersenyum pada Ergan sebagai jawaban bahwa aku baik-baik saja.
"Jangan takut. Aku akan menemanimu" kata Ergan sambil tersenyum dan mengusap-usap pipiku menggunakan jari jempolnya.
"Erick, ayo masuk. Pintunya sudah dibuka" suara Bibi Helen mengagetkanku.
Sontak akupun langsung menolehkan pandanganku kearah pintu gerbang istana yang memang telah benar-benar terbuka. Bahkan beberapa pengawal istana sudah siap berjejer di sisi kanan dan kiri pintu seolah mereka menyambut kedatangan kami.
Ergan kemudian menggandeng tanganku dan mengajakku berjalan bersamanya. Aku pun memeluk lengan Ergan dengan kuat karena merasa canggung dengan sambutan yang seperti ini.
Setelah itu aku mulai melangkah beriringan dengan Ergan di depan para Penyihir yang saat ini memberi jalan untuk kami. Para tetua, Paman Simon dan Bibi Helen juga berjalan tepat dibelakang kami.
Dan ketika kami melewati para Penyihir pengawal ini, mereka langsung bersimpuh dan menundukkan kepalanya dalam-dalam memberikan hormat. Penghormatan ini tidak hanya terjadi di luar istana tapi begitu aku masuk dalam istana pun, sambutannya juga sama.
"Selamat datang, Pangeran" ucap mereka serentak sambil bersujud di sisi kearahku. Mereka memberikan jalan untukku dan juga Ergan.
"Enak sekali Ergan menjadi seorang Pangeran. Berangkat diantar pengawal, tibanya pun disambut seperti ini. Aku jadi iri" pikirku lalu menundukkan wajahku yang sekarang tengah cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orion Academy [HIATUS]
Fantasy"Dia adalah milikku!" - Ergan "Tidak! Dia bukan milikmu, tapi milikku!" - Grey "Jadi sebenarnya, aku adalah milik siapa?" - Erick Mengandung 18+ di beberapa bagian. Cerita ini murni pemikiran, karya dan milik ayy_beebee. Dilarang keras mengambil / m...