15. Birth

1.3K 143 29
                                    

~Erick POV~

Keningku berkerut dan mulutku sampai terbuka lebar. Bukan hanya karena terkejut tapi otakku kali ini dipenuhi dengan banyak tanda tanya. Itu karena saat ini aku tengah berada di depan sebuah istana yang sangat megah hampir mirip dengan Istana Vamonyx namun bedanya, istana ini didominasi oleh warna biru di bagian tembok, pilar bahkan sampai pintu utama.

Aku terdiam cukup lama memikirkan apa yang sebenarnya terjadi padaku. Awalnya aku dirawat di ruang kesehatan Orion lalu karena aku memgantuk, Grey membawaku kembali ke kamar dan akupun tertidur.

Ah ya! Ini pasti adalah mimpi.
Tetapi jika memang ini mimpi, mengapa pipiku terasa sakit saat aku menamparknya sendiri?
Untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi, aku pun menghampiri seorang penjaga pintu utama yang berjubah serba biru lengkap dengan tudungnya.

"Permisi, Tuan" sapaku pada seorang pria yang berdiri tepat disamping kanan pintu utama istana.

Penjaga pintu ini hanya diam memandang kosong ke depan bahkan ketika aku menyapanya sekali lagi, ia masih tetap diam seolah ia tidak menganggapku ada. Lalu saat aku berpindah pada seorang pria yang berdiri disisi kiri pintu utama dan menyapanya, hasilnya juga sama.

Ia sama seperti penjaga yang satunya, diam dengan tatapan kosong namun tajam kedepan. Meski aku sudah melambaikan tanganku dihadapan wajahnya tapi tetap saja pria ini sama sekali tidak berkedip.

"Tuan!" panggilku lagi seraya mengarahkan tanganku kepundaknya.

Dan saat itulah mataku dibuat terbelalak kaget karena tanganku tidak dapat menyentuh pria ini melainkan menembusnya. Setiap kali aku berusaha menyentuhnya tapi hasilnya tetap saja, disini aku tidak lebih seperti hantu gentayangan.

Aku tidak terlalu memperdulikannya karena aku yakin ini hanyalah mimpi. Karena itulah aku langsung masuk kedalam istana tanpa harus membuka pintu karena aku dapat langsung menembusnya. Saat pertama kali aku menginjakkan kaki di lobi istana, mulutku dibuat tak berhenti terbuka karena mengagumi kemewaan dan keindahan istana.

Lobi ini sangat luas dan juga tinggi dengan banyak lampu keemasan yang menggantung dan ada juga yang diletakkan di dinding istana. Penglihatanku kemudian teralihkan saat aku melihat seorang pelayan yang tengah berjalan tergesa dengan wajah panik dan cemas. Aku pun mengikuti kemana pelayan tersebut pergi tanpa harus takut diketahui karena mereka tidak dapat melihatku.

Cukup lama berjalan menyusuri banyak lorong diistana sampai akhirnya kami tiba didepan sebuah ruangan yang cukup ramai. Pelayan ini masuk kedalam ruangan ini sedangkan aku diam mematung didepan ruangan karena terkejut melihat seorang pria yang berjubah biru dengan campuran warna keemasan serta tersemat sebuah mahkota emas dikepalanya. Ia berjalan mondar-mandir didepan pintu ruangan dengan raut wajah penuh kecemasan.

"Yang Mulia Raja mohon untuk tenang, Sang Ratu pasti baik-baik saja" kata seorang pria lainnya yang juga berjubah biru.

"Ratuku sedang berjuang didalam, dan kau menyuruhku tenang?! Bagaimana bisa aku tenang!!" seorang pria yang dipanggil Raja itupun berkata dengan wajah penuh amarah.

"Bukan maksud saya untuk lancang Yang Mulia. Saya hanya berusaha menenangkan Yang Mulia" kata pria yang menjadi lawan bicaranya.

"Lebih baik kau diam dan.." ucapan sang Raja terhenti saat ia mendengar suara pintu yang terbuka. Sang Raja langsung membalikkan badannya menghadap ke pintu dimana sudah keluar seorang pelayan wanita yang tadi kuikuti. Pelayan tersebut membungkukkan badannya dalam-dalam seraya tersenyum lebar.

"Selamat Yang Mulia. Pangeran lahir dengan selamat" kata pelayan itu dengan penuh hormat. Sang Raja langsung tersenyum lebar dan tanpa menjawab ucapan si pelayan, ia langsung masuk kedalam ruangan yang kuyakin adalah ruang persalinan.

Orion Academy [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang