~Erick POV~
Dengan berat kupaksakan mataku terbuka. Setelah kejadian semalam yang begitu melelahkan membuatku rasanya enggan untuk terbangun. Namun karena aku ingat ada kelas hari ini sehingga dengan terpaksa aku bangkit dari tiduranku.
Saat aku terduduk di tempat tidur, aku terkejut mendapati tubuhku yang sudah berseragam biru khas seragam penyihir disini. Jubah yang kupakai sudah baru, bukan jubah yang robek akibat latihan dan serangan beruang kemarin.
"Kau sudah bangun?" aku langsung menolehkan kepalaku begitu aku mendengar suara Ergan.
Dan benar saja, aku mendapati Ergan yang tengah duduk di sofa panjang dimana di hadapannya sudah ada banyak makanan. Aku menelan ludah kasar saat melihat makanan di atas meja yang terlihat sangat lezat. Perutku juga sampai bersenandung ria karena lapar.
"Kau pasti lapar kan? ayo kemari" Ergan mengajakku dengan senyuman yang begitu manis hingga membuatku terpesona karena ia semakin tampan.
"Aku tau aku sangat tampan, tidak perlu mengagumiku sampai liurmu menetes seperti itu" aku mengerjap beberapa kali setelah mendengar perkataan Ergan. Kepalaku langsung tertunduk karena malu, aku sampai tertegun menatap Ergan hingga mataku tak mau berkedip.
"A-Aku tidak mengagumimu" bantahku dan Ergan langsung tertawa kecil.
Tidak ingin menghabiskan banyak waktu hanya untuk berbicara, akhirnya aku bergeser dari tempatku ke tepian tempat tidur dengan susah payah karena pinggangku yang terasa nyeri. Padahal semalam setelah selesai dengan Ergan, aku tidak merasakan nyeri seperti ini. Tidak hanya nyeri di pinggang, aku juga merasakan sakit, perih dan juga panas di bagian lubangku.
"Ergan sialan!" aku mengumpat nyaring membuat yang punya nama panik dan menghampiriku. Ergan kemudian duduk di sampingku dan menatapku dengan bingung.
"Apanya yang berbagi energi, ini sakit! aku sampai tidak bisa berjalan!" aku mengeluh. Ergan berbohong padaku, ia bilang ia bisa membagi energinya tapi sekarang aku malah kesakitan seperti ini.
"Itu benar Erick, lihat saja dirimu. Kau tidak merasa sakit atau mendapat penyakit Anemia seperti yang kau katakan bukan? hanya nyeri sedikit itu biasa" Ergan berkata dengan santai.
"Biasa kau bilang?! aku tidak bisa berjalan dan kau.." aku berhenti bicara karena Ergan dengan cepatnya menggendongku lalu mendudukkanku di sofa panjang. Ergan kemudian juga duduk di sampingku dan ia langsung mengambilkan beberapa jenis makanan ke piringku.
"Makanlah" kata Ergan dan amarahku pun langsung reda karena dihadapkan pada makanan lezat di depan mata. Aku pun kemudian sarapan makanan di meja sedangkan Ergan meminum segelas darah yang juga ada di atas meja.
"I-Itu darah siapa?" aku bertanya dengan nada kecewa. Entah kenapa ada perasaan tidak rela jika Ergan meminum darah orang lain. Padahal ia bilang jika ia hanya butuh darahku, dia bilang darahku membuatnya candu, tapi sekarang apa?.
"Oh, ini darah hewan yang disedia.."
"JADI KAU BISA MINUM DARAH HEWAN?!" aku bertanya dengan berteriak.
"Kenapa kau tiba-tiba berteriak?" Ergan bertanya dengan bingung.
"Kalau kau bisa minum darah hewan, kenapa kau masih meminum darahku?! Kau menjadikan rasa laparmu sebagai alasan agar dapat bercinta denganku, iya kan?!" aku bertanya dengan kesal.
"Erick, bukan seperti itu. Aku memang bisa minum dari darah hewan tetapi darahmu akan memulihkan kekuatanku, saat aku terluka parah hanya darahmu yang bisa kugunakan" Ergan menjawab penuh keyakinan membuatku luluh dan tidak banyak bicara lagi. Baik aku dan Ergan, kita sama-sama saling diam dan tidak bicara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Orion Academy [HIATUS]
Fantasía"Dia adalah milikku!" - Ergan "Tidak! Dia bukan milikmu, tapi milikku!" - Grey "Jadi sebenarnya, aku adalah milik siapa?" - Erick Mengandung 18+ di beberapa bagian. Cerita ini murni pemikiran, karya dan milik ayy_beebee. Dilarang keras mengambil / m...