~Grey POV~
Ayah yang duduk di kursinya pun menatapku dengan wajah kebingungan karena melihat wajahku yang serius. Ia bangkit dari kursinya dan menghampiriku lalu berdiri di hadapanku.
"Ada apa, Grey? Apa kau membawa informasi penting sampai wajahmu secemas ini?" Ayah bertanya dengan lembut dan menepuk bahuku.
"Bukan itu, Ayah. Aku.. aku.." aku berkata dengan gugup.
Aku tidak tau harus memulainya dari mana. Ayah sudah membangun organisasi ini sejak bertahun-tahun lalu, rasanya pasti sangat sulit untuk membuatnya menghentikan aktifitas organisasi ini.
Terlebih tujuan utama organisasi ini adalah membunuh Erick, aku tidak yakin dapat merubah pikiran Ayah karena ini adalah tujuan hidupnya.
"Erick adalah pasanganku, Ayah" ucapku memberitahu. Semenjak aku menemukan Erick sebagai pasanganku, aku belum memberitahu Ayah.
"Aku sudah tau itu" Ayah menjawab dengan santai.
"Karena itu aku mohon.." aku menghentikan kalimat yang ingin kukatakan karena kuyakin Ayah sudah mengerti dengan maksudku.
"Kau akan mendapat pasangan yang baru bila Erick sudah mati" katanya tajam membuatku mengigit bibir bawahku sendiri menahan sakit menghadapi kenyataan bila Ayahku sendirilah yang menginginkan kematian pasanganku.
"Aku mencintainya, Ayah" ucapku lagi dengan wajah memohon.
Ayah menatapku dengan wajah kecewa. Ia membalikkan badannya dan membelakangiku lalu ia berjalan pelan sampai ke belakang kursinya. Ia menggenggam erat punggung kursi dan kepalanya menengadah ke langit-langit ruangan.
"Kau tau siapa yang telah membunuh ibumu?" Ayah bertanya.
"Arlon Mortem Highmore, Ayah Erick. Tapi kenapa Erick harus dibunuh? Yang membunuh ibu adalah Ayahnya, bukan Erick! Lagipula, ayah sudah membunuh kedua orang tua Erick. Apa itu masih belum cukup bagi ayah?!" tanyaku dengan berteriak.
"Cukup bicaramu, Grey!!" Ayah balas berteriak dengan membalikkan badannya. Ia menatapku dengan murka.
"Kematian mereka hanya membawa penderitaan bagi kita. Meski mereka sudah mati, tahta Zardius justru di ambil oleh para tetua yang merupakan para penasehat istana. Mereka begitu setia sampai-sanpai mereka bersikukuh untuk tetap memberikan tahta pada keturunan Mortem Hoghmore. Sedangkan kita, yang jelas-jelas keturunan pertama Highmore justru diasingkan dan tidak diterima di kerajaan. Apa kau buta sampai tidak melihat hal itu?!" Ayah berteriak kesal. Matanya berkaca-kaca menahan rasa sedihnya. Aku hanya bungkam tidak berani untuk berkata apapun lagi.
"Orion adalah pusat kegiatan sihir Zardius. Pedang sihir Highmore juga dirahasiakan disana. Selama Orion masih berdiri, kita tidak akan pernah dapat menginjakkan kaki di tanah Zardius. Karena itu, terus awasi seluruh aktifitas sihir di Orion dan cari kesempatan untuk membunuh Erick lalu menghancurkan Orion. Dengan begitu, misi kita selesai" jelas Ayah lagi dengan lebih tegas.
"Tidak bisakah Ayah memberi pengampunan pada Erick? Dia sama sekali tidak bersalah dan aku juga tidak sanggup untuk membunuhnya" tanyaku lagi dengan raut memohon.
"Aku bisa saja mengampuni nyawa Erick, tapi dengan satu syarat" Ayah mengganti topik ke arah yang membuatku lebih tertarik.
"Aku akan melakukan apapun selama aku bisa mempertahankan Erick" jawabku bersemangat.
"Bunuh keluarga kerajaan Vamonyx karena mereka adalah ancaman yang besar. Aku ingin raja Regan Vindrough dan putranya dibunuh agar tidak mengganggu penyerangan kita nanti pada kerajaan Zardius. Kau tidak akan mampu jika mambunuh Raja Vampir itu, tapi aku yakin kau bisa membunuh putranya" aku terbelalak kaget mendengar perkataan dari Ayah.
"Maksud Ayah, aku harus membunuh Ergan?" tanyaku cemas dan Ayah hanya tersenyum sebagai tanda ia membenarkan pertanyaanku.
"Sudah cukup! Kenapa Ayah tidak mengaku saja pada tetua Orion bila Ayah keturunan pertama dari Highmore dan mengakhiri perselisihan ini dengan damai?!" tanyaku frustasi.
"Jika aku mengakuinya, Mortem Highmore-lah yang akan mendapat tempat" jawabnya dengan penuh penekanan.
"Kenapa Ayah begitu peduli pada tahta?" tanyaku dengan kecewa.
"Ayah melakukan ini untukmu! Karena kau adalah Pangeran Zardius yang sesungguhnya, bukan Erick!!" Ayah menjawab dengan berteriak.
Sekarang tidak ada lagi yang dapat kuperbuat. Meski sudah berkali-kali kubujuk, tetapi jawaban Ayah masihlah sama. Ia masih tetap pada tujuan utamanya untuk menduduki tahta kerajaan Zardius dan menjadikanku sebagai pangerannya karena memang itulah yang seharusnya berdasarkan garis keturunan Highmore.
Ayahku adalah Aran Alfreed Highmore, kakak kandung dari Arlon Mortem Highmore. Entah apa yang terjadi pada keluarga kerajaan, kakekku, Elliose Highmore memberikan tahta pada Arlon bukan pada Ayah.
Kakek juga menetapkan bahwa kerajaan Zardius hanya akan dipimpin oleh keturunan Mortem Highmore. Karena itulah, Erick yang merupakan satu-satunya ketutunan dari Mortem Highmore harus dibunuh agar tahta kerajaan kembali jatuh ke tangan Ayah.
"Kau adalah Pangeran Zardius yang sesungguhnya, bukan Erick. Ingat kata-kata itu!" untuk kesekian kalinya Ayah memperingatkan hal itu.
Tetapi disisi lain, Erick yang tak lain adalah saudara sepupuku justru adalah pasanganku dan orang yang harus kubunuh. Meski saat ini aku memiliki cara untuk menyelamatkan hidupnya yaitu dengan membunuh Ergan.
Jika Ergan tidak ada, Erick akan menjadi milikku seutuhnya dan aku bisa menjadikannya sebagai Ratu-ku di kerajaan Zardius.
Tetapi, setelah semua kebaikan Ergan terhadapku, mampukah aku untuk membunuhnya?Terkadang aku berpikir, siapakah yang bersalah atas semua ini?
Karena aku sendiri sudah tidak dapat membedakan yang mana benar dan salah.Aku sangat ingin menyudahi semua ini tanpa peperangan. Aku sudah bosan, hidup bersembunyi dengan identitas palsu. Aku tidak pernah mempedulikan tahta, sekalipun aku bukan diangkat sebagai pangeran, selama aku bisa hidup bersama Erick, itu sudah cukup.
Tapi tidak bagi ayahku, sebagai putranya aku hanya bisa mendukungnya dan membantunya. Sekarang aku dihadapkan pada pilihan yang teramat sulit, membunuh Erick atau Ergan?
Aku sangat tidak sanggup bila harus membunuh orang yang kucintai, karena itu..
"Maafkan aku.." aku tidak punya pilihan lain lagi.
"Maafkan aku, Ergan"
.
.
.
10 Desember 2018
04 : 31 AMMaafkan karena chapter ini sangat sedikit. Tetapi next chapter saya buat lebih panjang kok.
~Sampai Jumpa Di Next Chapter~
KAMU SEDANG MEMBACA
Orion Academy [HIATUS]
Fantasía"Dia adalah milikku!" - Ergan "Tidak! Dia bukan milikmu, tapi milikku!" - Grey "Jadi sebenarnya, aku adalah milik siapa?" - Erick Mengandung 18+ di beberapa bagian. Cerita ini murni pemikiran, karya dan milik ayy_beebee. Dilarang keras mengambil / m...