6

4K 374 6
                                    

Tuk

Aku mengambil remukan kertas yang dilempar Eliska di depan laptopku. Kebiasaan yang gak hilang-hilang. Sudah jadi dosen, tapi kelakukan tetap saja seperti anak SD. Suka lempar-lempar remukan kertas sembarangan. Itulah Eliska.

"Apaan?" tanyaku.

"Cek grup P2M!"

"Ada apa emang?"

"Proposal kita diterima." Aku tersenyum lebar.

"Pasti udah bayangin uangnya!" Eliska mengibaskan buku yang dipegangnya ke arahku. Aku terkekeh. Ah, jadi juga akhirnya berenang di lautan cilok. Eeh, bukan, bukan. Sebaiknya sisa uang penelitiannya nanti beli sepatu dan tas baru saja.

"Iyalah!" aku menjawab cepat.

"Emang matre sih, ya!"

"Kayak yang kamu gak aja," selorohku sambil tertawa.

"Buat persiapan lahiran, nih!" Eliska mengusap perutnya yang masih rata. Dia memang tengah hamil sekarang. Tapi peutnya belum membesar. Entahlah, dia masih terlihat langsing saja di usia kehamilannya yang katanya sudah mau empat bulan ini.

"Kapan tanda tangan kontrak? Udah ada info, belum?"

"Ish, ngebet amat, Bu? Persentasi dulu lah. Tuh udah ada jadwalnya." Aku cengengesan sembari mengambil HP dan membuka WAG P2M. Persentasi proposal penelitian tanggal 7 Desember 2017 jam 10.00 di ruang B.II.10 dengan reviewer Pak Aziz.

Masih ada waktu tiga hari dari sekarang untuk menyiapkan bahan persentasi. Persentasi ini harus dibuat sebagus mungkin agar reviewer benar-benar yakin bahwa penelitian kita memang pantas untuk didanai dengan maksimal. Karena dalam tim ini aku yang bertindak sebagai ketua, maka akulah yang nanti akan persentasi di hadapan Pak Aziz dan dosen-dosen lain yang juga diterima proposalnya.

Pendar HP-ku menyalaa. Pesan WA dari nomor baru.

Findia apa kabar? Sy Zaky

Mataku membulat sempurna. Demi apa manusia ini tiba-tiba WA aku? Saya katanya. Dia menyebut dirinya saya. Formal bener. Rupanya waktu dua belas tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk membuat seseorang berubah sikap.

Baik. Alhamdulillah. Km apa kabar? Tinggal dmn skrg?

Kalimat itu ngeloyor begitu saja terkirim tanpa terkendala sinyal. Dan secepat kilat, centangnya sudah berubah warna biru.

Sy baik. Sdh 2th di Malang
Reuni yuk. Ajakin yg lain

Aku terbelalak lagi. Si Zaky sudah di Malang. Kabar terakhir yang kudengar saat itu, dia lanjut S2 setelah lulus dari UGM. Ya, aku dan Zaky putus kontak sejak lulus SMA. Aku tetap di Malang, kuliah di UM bersama Nita, sementara Zaky katanya di UGM. Hanya katanya. Kata teman-teman.

Dan apa ini? Dia ngajak ketemuan? Ya walaupun modusnya reuni sih. Tapi kan ngajaknya ke aku.

Nita! Tanya Nita. Apa saja yang sudah dibicarakan dua manusia itu kemarin lusa.

Nit, kmrn ketemu Zaky di mana?

UM. Dia dosen disana loh

Kenyataan apa lagi ini? Kupikir, cukuplah kenangan masa-masa SMA dulu. Tak perlu muncul lagi ke permukaan. Apalagi munculnya saat aku sedang single begini. Benar-benar menyebalkan. Semenyebalkan mengerjakan Persamaan Integral Parsial yang tak kunjung terselesaikan.

Zaky ngajakin reuni

Ngajak km aja?

Sama yg lain lah! Mau? Kapan?

Aku ijin suami dl

Ada rasa ngilu di dalam sini, saat Nita menyebut kata suami. Lima bulan lagi, usiaku genap 30 tahun. Usia yang sudah sangat cukup matang untuk menikah. Teman-temanku yang lain pun sudah menikah, juga sudah punya anak. Satu, dua, bahkan tiga. Aku menelungkupkan kepalaku di atas meja. Selintas teringat pada kisah cintaku yang begitu rumit, hingga harus kandas.

MENGEJAR KONSTANTA  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang