3

4.9K 433 7
                                    

Setelah sekian lama bersemedi mencari solusi agar bisa paperless pada matakuliah Analisis Variabel Riil yang sulitnya setengah mampus ini, akhirnya aku menemukan sebuah titik terang. Multimedia interaktif yang diramu dengan High Order Thinking Skills (HOTS) kupilih sebagai usulan dalam proposal. Detailnya seperti apa? Nanti pikirkan lagi saat proposal sudah diterima.

"Programnya pakai apa, Fin?" tanya Eliska.

"Powerpoint saja lah. Lengkapi dengan visual basic."

Eliska manggut-manggut sambil terus mengetik. Aku menyiapkan beberapa jurnal yang digunakan sebagai dasar pijakan dalam proposal. Tidak terlalu sempurna, tapi kurasa proposal ini cukup bagus.

"Tinggal anggaran dananya, Fin."

"Ini aja deh, disesuaikan," ucapku sambil menyodorkan anggaran dana yang kugunakan dalam proposal tahun lalu.

Tak perlu terlalu detail dalam membuat anggaran dana pada proposal. Toh pada praktiknya nanti, pengeluaran akan berbeda dengan anggaran dana. Tips paling penting dalam menyusun anggaran dana adalah dengan mengisikan nominal akhir sesuai dengan nilai maksimal dana yang akan dikeluarkan. Misalnya pada penelitian kali ini, dana yang akan diberikan 15 juta. Berarti dalam proposal baiknya kita buat anggaran dananya 15 juta juga. Kan rugi kalau disediakan 15 juta lalu kita cuma minta 10 juta saja. Bisa dibayangkan lima juta untuk beli cilok. Ah tentu cukup membuatku berenang di tengah-tengah cilok itu. Atau sebaliknya, kita ngotot membuat anggaran 20 juta. Gak akan dikasih lah, yang disediakan kan hanya 15 juta. Sayang otaknya untuk mikir anggaran 5 juta padahal gak bakal dikasih.

Fin, aku tadi ketemu Zaky

WA dari Nita, teman SMA-ku. Hanya ada satu nama Zaky yang aku dan Nita kenal. Ingatanku melayang pada kejadian 13 tahun lalu, saat aku kelas 2 SMA, saat seantero sekolah menganggap aku dan Nita sama-sama menyukai Zaky. Ya, berawal dari papasan saat menaiki tangga ke ruang laboratorium kimia, aku dan Nita yang saat itu secara spontan bersamaan bilang "ganteng" akhirnya memutuskan untuk berusaha mencari tahu sosok manusia tinggi, putih, dan atletis itu. Dimulai dari mencari tahu kelasnya yang ternyata di kelas 2F, lalu mencari tahu namanya, berusaha berkenalan, hingga akhirnya berteman dengannya. Hanya berteman.

Aku masih ingat betul tentang surat berwarna pink bergambar Hello Kitty yang kutitipkan pada Aya, teman sekelas Zaky. Isi surat itu? Cuma bilang, "Aku Findia dari kelas 2A ingin berkenalan denganmu". Sudah, itu saja! Rupanya surat itu dibalas dengan kertas binder polos, "Aku Zaky". Singkat, padat, jelas, tapi bisa membuatku jingkrak-jingkrak tertawa senang saat itu. Mungkin kalau ada mahasiswaku yang lihat ekspresiku saat itu, gak akan percaya bahwa itu Ibu Findia yang sekarang menjadi dosennya. Hahaha.

Yah, masa-masa itu HP masih menjadi barang mewah. Aku sendiri belum punya HP. Jadi cara berkirim pesan ya lewat surat. Berikutnya, dengan konyolnya aku selalu titip salam untuk Zaky pada semua manusia yang kukenal di kelas 2F hingga suatu ketika aku didatangi segerombolan manusia yang mengatakan, "Oh, ini yang namanya Findia?" Ekspresiku? Senyumin saja lah.

Lalu setelahnya, aku mendadak terkenal. Seolah di dahiku tertulis "Findia yang suka sama Zaky", setiap berpapasan dengan manusia, selalu saja ada yang menyapa.

"Fin, gak titip salam sama Zaky?"

"Hai, ini Findia yang suka sama Zaky, ya?"

"Zaky ada di kelas tuh, Fin. Gih samperin."

Dan kalimat-kalimat lain sebangsanya.

Uniknya, aku dan Zaky sama sekali tak pernah bertegur sapa. Kami cuma saling lempar senyum saat tak sengaja berpapasan. Hanya itu saja. Konyol. Terasa memalukan jika kuingat sekarang.

MENGEJAR KONSTANTA  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang