41

1.6K 164 12
                                    

Konferensi Nasional Matematika  (KNM) merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan sejak tahun 1976 oleh Indonesian Mathematical Society (IndoMS) bekerjasama dengan Jurusan Matematika di berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia.  Sejak tahun 2000 KNM diselenggarakan setiap dua tahun sekali secara bergiliran. Pada tahun 2018 IndoMS bekerjasama dengan Jurusan Matematika Universitas Brawijaya dalam menyelenggarakan KNM XIX.

KNM menjadi wadah dimana para peneliti, pendidik, pengguna, dan peminat matematika dari seluruh Indonesia saling berbagi dan saling bertukar pikiran dalam bentuk seminar untuk mendiseminasikan dan mempublikasikan hasil-hasil penelitian mereka, baik kajian teoritis, aplikasi, maupun edukasi matematika. 

Hari ini, aku akan menyeminarkan hasil penelitian Paperless pada Analisis Variabel Riil yang didanai oleh kampus beberapa bulan lalu. Beberapa teman IBU pun ikut hadir. Tapi yang lebih penting, Zaky juga ada di sini, berdiri tepat di depanku. Kami tadi tidak berangkat bersama. Tapi nanti pulangnya, Zaky janji akan mengantarku.

"Fin, kenalin ini Rissa. Ris, ini Findia."

Aku tersenyum mengulurkan tangan pada Rissa, teman Zaky. Teman satu jurusan pasti.

"Fin, maaf ya, karena aku, tadi Zaky gak bisa jemput kamu."

Aku mengernyitkan dahi mendengar kalimat Rissa. Kenapa karena dia? Zaky tadi tidak memberikan alasan, dan akupun tidak bertanya, kenapa dia tidak menjemputku. Kami memang tidak janjian berangkat bersama, meski kami sama-sama tahu bahwa kami akan melakukan kegiatan bersama hari ini.

"Ayo, ke sana," Zaky menginterupsi, mengajakku dan Rissa ke Widyaloka Conference Hall. Aku tak mendebat. Jam sudah hampir menunjukkan pukul delapan, aku belum registrasi. Padahal pembukaan kongres akan dimulai pukul delapan.

Kami memasuki Widyaloka Conference Hall tepat saat ketua panitia akan memberikan sambutan. Zaky duduk diantara aku dan Rissa. Posisi yang wajar. Posisi ini tidak akan menggangguku seandainya kalimat Rissa tadi tak pernah kudengar.

Kalimat yang disampaikan Presiden IndoMS sama sekali tak ada yang masuk di otakku, apalagi laporan ketua panitia tadi. Berulang kali aku mencoba untuk konsentrasi pada kegiatan yang membicarakan tentang pengembangan matematika dalam meningkatkan daya saing bangsa ini. Tapi gagal. Aku masih memikirkan kalimat Rissa. Menyebalkan sekali.

Sekilas, aku menoleh saat kudengar suara bisik-bisik. Rissa mencondongkan duduknya mendekat pada Zaky sambil mengatakan sesuatu entah apa. Kuhadapkan kembali kepalaku ku depan, pura-pura tidak peduli dan tidak terganggu dengan apa yang dilakukan dua makhluk di sampingku ini.

Zaky menggenggam tanganku. Aku terkejut, mengitarkan pandangan ke sekeliling, tak menyangka dia melakukannya di depan umum. Tapi sepertinya tak ada satupun mata yang memperhatikan pergerakan kami. Semua mata seolah menjurus mendengarkan sambutan rektor yang akan membuka kongres.

"Nanti kujelaskan," kata Zaky pelan. Dia menarik tanganku yang masih digenggam ke arahnya, tapi kulepaskan. Dia tak memaksa. Tapi tak lama kemudian, tangannya sudah mengusap puncak kepalaku dan aku terlambat menghindar.

"Jangan marah," katanya lagi.

Aku tak menjawab kalimat Zaky. Kudengar MC mempersilakan mengambil coffe break. Waktu yang sangat tepat. Tak mengulur waktu lagi, aku segera berjalan ke samping untuk mengambil teh dan kue.

Enggan segera kembali ke kursiku, mataku mengitari sekeliling. Mencari Bu Puji, Bu Dewi, dan Bu Intan. Sialnya, mataku malah menangkap Rissa yang sedang mengambilkan hidangan coffe break untuk Zaky. Manis sekali. Dua manusia itu terlihat sangat akrab dan tertawa sumringah.

=====Bersambung=====

MENGEJAR KONSTANTA  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang