"Findia!"
Aku mengedarkan pandangan mencari asal suara. Suara Nita, tentu saja. Dia tengah mengacungkan tangannya sembari tersenyum lebar.
"Sini."
Aku berlari kecil menuju meja yang telah terisi oleh sekitar sepuluh orang itu dan tersenyum ramah sembari berjabat tangan dengan semuanya. Ada Nita dengan balitanya, Samsul dengan istrinya, Agus sendiri, Athiya sama dua anaknya yang masih kecil-kecil, Fifi-Musti pasangan sejak SMA yang akhirnya menikah beberapa bulan lalu, Dini sendiri, dan Zaky juga sendiri. Mataku bersitatap sepersekian detik melihat Zaky canggung.
"Sendiri, Fin?"
Aku menatap Agus dengan malas. "Harusnya aku kesini sama siapa, deh?"
"Suamimu?"
Tuk. Sebuah sentilan kecil dari Samsul mendarat mulus di dahi Agus. Aku tertawa sebal. Tertawa karena tingkah mereka, tapi sebal dengan pertanyaan Agus. Suami dari Hongkong?
"Loh, Findia belum nikah? Sudah tiga puluh tahun, kan usiamu?"
Aku memilih ngeloyor ke meja kasir untuk memesan makanan tanpa menjawab pertanyaan Agus. Chicken Neon dan ice orens menjadi menu yang kupilih sore ini. Aku mebawa ice orens di atas nampan setelah selesai membayar pesananku dan kembali bergabung bersama teman-teman. Chicken Neon-ku akan diantar belakangan.
"Fin...," Agus berucap lagi, tapi langsung dipotong cepat oleh Athiya.
"Sudah, Gus, kamu diam! Jangan tanya-tanya Findia lagi."
"Nunggu apa, Fin? Perempuan itu karirnya jangan tinggi-tinggi, lah. Nanti laki-lakinya minder."
"Nunggu calonnya," ucapku setelah meneguk ice orens di depanku. Berharap Agus akan menghentikan pembicaraan ini dan berganti topik yang lain saja. Aku benar-benar jengkel dengan pertanyaan, apalagi tatapannya.
"Kenapa? Calonnya masih ngejar karir juga?"
Oh, astaga! Rasanya aku ingin melempar Agus keluar dari planet ini. Kejengkelanku memuncak. Beruntung pelayan segera datang membawakan Chicken Neon yang kupesan tadi. Kalau aku cincang dia pakai sendok, garpu, dan pisau ini, boleh gak, sih?
"Ya, Fin?" Agus bertanya lagi.
"Belum ada calon, Gus," ucapku sebal.
"Eh, Zaky, kamu single juga, kan, ya? Nah, sudah pas ini. Sama-sama dosen, sama-sama S3, sama-sama single. Oh, ayolah, kalian jadian saja. Bukannya dulu juga Findia memang suka sama Zaky? Atau jangan-jangan dia memang nunggu Zaky?"
Aku melotot. Kalimat panjang Agus spontan menghentikan acara makanku. Chicken Neon yang selalu menjadi menu favoritku mendadak tak menarik lagi. Aku melihat Zaky sebentar, entah dia mendengar kalimat Agus atau tidak, tapi dia sekarang sedang serius berbicara dengan Musti. Semoga memang Zaky tidak mendengarnya.
"Aku belum S3," aku memilih menjawab dengan mengoreksi pernyataan Agus tadi lalu kembali menekuni Chicken Neon di depanku.
"Fin...."
"Sudah, Gus! Bicarakan yang lain saja. Eh, gimana kabarnya Aya, ya? Ada yang tau gak, sih? Dia udah balik dari Sing, belum?" Nita menghentikan kalimat Agus dengan lebih tegas. Beruntung Agus akhirnya tak mencecarku dengan pertanyaan-pertanyaannya lagi. Aya menjadi topik lanjutan yang diangkat.
Aku tak terlalu banyak menyimak pembicaraan mereka. Ibaratnya, ragaku di sini, tapi pikiranku entah melayang kemana. Rasanya mood-ku benar-benar rusak setelah tadi dihancurkan Pak Aziz lalu dilanjutkan oleh Agus. Dan sekarang, lihat ini, Zaky sama sekali tak menyapaku. Apa-apaan dia? Dia yang mengajakku, tapi justru tak menghiraukanku.
Aku melangkah keluar Baegopa menuju tempat parkir motorku. Reuni ini sama sekali tak menyenangkan. Semacam hanya menghabiskan waktu saja.
"Fin, terimakasih sudah datang."
Aku menoleh, mengerjapkan mata, Zaky tersenyum manis sekali. Iya, dia Zaky yang baru menyapaku setelah selama hampir dua jam di dalam tadi dia seolah tak melihat keberadaanku. Mungkin tadi aku seperti makhluk tak kasat mata, begitu. Dan aku baru terlihat kembali saat di parkiran. Menyebalkan.
"Langsung pulang?" tanyanya.
"Iya," aku menjawab singkat pertanyaannya tanpa menghentikan langkahku menuju motor yang terparkir di sana. Aku sudah terlanjur malas untuk bicara dengannya lebih panjang lagi.
"Hati-hati, jangan ngebut."
Badanku menegang. Apakah ini sebuah bentuk perhatian?
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGEJAR KONSTANTA [SUDAH TERBIT]
RomanceKisah tentang Ibu Findia, Dosen Matematika yang mengalami putus cinta hingga berulang kali. "Nasibku kok gini amat ya, Zul? Apa aku sama kamu aja kali ya?" "Boleh, Bu." "Hahaha. Bercanda, Zul, bercanda." "Tapi saya serius, Bu." "Haaa? Apa, Zul? "Sa...