II

2.2K 240 42
                                    

Mata (y/n) berbinar, wajahnya memerah malu ketika Levi menggandengnya.

(Y/n) tahu sepertinya dimana dia sekarang. Mungkin sebuah dunia "pararel" yang dia kenal sebagai "isekai".

"Levi," panggil (y/n). "Apa?" tanya Levi di sebelahnya yang masih menggandeng tangannya tanpa menoleh. "Memangnya .. Kita ada dimana? Dunia apa ini?" tanya (y/n). "Namanya dunia pararel. Dunia setelah kematian. Memang, ada beberapa hukum alam yang udah ditetapkan di dunia ini dan di dunia lu sebelumnya, jadi ... Emang gak ada yang namanya bertindak seenak jidat. Semua yang terjadi disini tergantung kelakuan semasa hidup dan gimana elu mati,"

(Y/n) mengangguk paham. "Terus? Lu nongol dari mana? Kok bisa lu jadi nyata gini? Lu kan dua dimensi," tanya (y/n) lagi. "Gue ada disini karena emang gue udah tercipta buat ini sebelumnya," jawab Levi. "Atau bisa elu artikan dengan kata yang lain 'karena takdir' emang memutuskan kita ketemu di dunia pararel," jelas Levi lagi.

"Gue gak paham," (y/n) mengutarakan pikirannya. "Gue gak paham kenapa ... Maksud gue sih ... Kenapa tiba-tiba husbando gue yang gue suka banget tiba-tiba nongol di 'dunia pararel' waktu gue--"

Levi menampar (y/n) kencang.

"Jadi lu emang gak percaya, hah?!" pekik Levi kesal. "Dasar bocah! Gak usah ikut kalau lu gitu terus caranya!" omel Levi.

Levi membuang muka dari (y/n). "Hmph, ternyata selama ini husbu gue kayak gini?" desis (y/n), lalu pergi begitu saja meninggalkan Levi yang terpaku diam di tempat.

Tak lama kemudian, Levi berbalik dan meneriakkan nama (y/n).

Percuma. (Y/n) mungkin sudah hilang di antara keramaian orang-orang itu ... Pikir Levi.

Tapi, Levi masih bersikeras sementara (y/n) semakin melangkah menjauh. Levi berlari sekencang-kencangnya, tidak peduli dia sudah menabrak banyak orang dan terlihat gila. Levi tidak peduli. Dia butuh (y/n). Jika dia sampai terbunuh, maka (y/n) harus bereinkarnasi di kehidupan yang lebih menyakitkan.

Levi memejamkan matanya. Levi mengerutkan alisnya, berusaha berkonsentrasi dan berpikir. (Y/n) dan Levi--

"Levi!" teriak (y/n), menepuk pundak Levi sambil ngos-ngosan. Levi sangat lega melihat (y/n) tidak hilang diantara lautan manusia itu.

Levi menoleh ke belakang, ke arah (y/n). "Marah?" tanya Levi, berusaha keras memasang ekspresi datar. (Y/n) menggeleng. Levi memeluk (y/n), dan wajah (y/n) memerah.

(Y/n) membiarkan Levi mendekap dirinya.

"Jangan berpaling lagi dari gue, dong," rengek Levi pada (y/n), "I-iya. Tapi bi-bisa g-gak lu g-gak me-meluk gue ka-kayak g-gini ..?"

(Y/n) berusaha melepas pelukan Levi. Tapi, husbando nya itu terlalu kuat. (Y/n) tak sanggup melepaskan pelukan Levi--yang malah semakin kencang.

"Sekarang kita cari kerjaan dulu," usul Levi, tanpa basa-basi lagi.

Levi dan (y/n) sampai di sebuah penginapan yang cukup besar dan sedikit jauh dari keramaian.

Penginapan itu lumayan bagus.

"Dibuka lowongan pekerjaan" begitu tulisan di papan kayu yang sudah agak lapuk itu.

Levi mendorong pintu penginapan dengan kedua tangannya, membiarkan (y/n) masuk lalu menutup pintu itu kembali.

Seorang pak tua menyambut di belakang sebuah meja seraya mengucap, "Selamat datang." dengan wajah ramah kepada (y/n) dan Levi.

Levi langsung meletakkan tangannya di meja yang terletak tepat di hadapan pak tua itu, sementara (y/n) membuntuti Levi. Lantai pertama penginapan itu mirip dengan sebuah bar, beberapa orang sedang duduk santai di tempat itu sambil meminum bir atau merokok.

"Bisakah aku dan gadis ini bekerja disini?" tanya Levi kepada si pak tua. Pria tua itu mengangguk. "Tapi, aku mau meminta satu hal," ujar Levi, mengeluarkan telunjuknya. "Apa itu?" tanya si pria tua. "Biarkan kami menginap di tempat ini,"

Pria tua itu mengangguk, meminum sebotol bir. "Tapi, bekerjalah dengan waktu yang panjang. Aku akan memberimu sedikit waktu luang, setuju?"

Levi mengangguk dan menyetujuinya.

Pak tua itu menoleh ke belakang, menunduk, seperti mencari sesuatu. Setelah mengambil dua lembar kertas, pak tua itu menyodorkannya pada Levi. "Tandatangani surat ini, juga gadis itu," ujar si pak tua sambil menyodorkan dua buah pena untuk Levi dan (y/n).

(Y/n) dan Levi menandatangani surat itu, tapi mereka tak membaca isi surat tersebut. (Y/n) hanya membaca secuil-cuil, isinya tentang .. Persetujuan menjadi pengurus penginapan tentunya.

Pak tua itu menjelaskan panjang lebar tentang aturan di penginapan tersebut.

" ... Kamar kalian terletak di lantai enam, paling ujung. Oh ya, kalian ditempatkan sekamar," pak tua itu mengakhiri penjepasannya. Tapi, itu juga membuat (y/n) dan Levi kaget.

"Tidak salah dengar, kan?!"

✴✴✴

:"vv
Akhirnya jadi agak banyak ...
O.. Itu aja jan lupa vote, comment, dan share ya😽

After Life | Levi Ackerman✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang