(Y/n) menoleh ke belakang. Yang ada di belakangnya—yang tadi menepuk pundaknya—rupanya Levi.
"Ternyata elu! Bikin kaget aja, baka," dengus (y/n). Levi terkekeh pelan. "Maaf, kalo gue ngagetin elu gegara gue nongol gak pake permisi," ujar Levi. Wajah (y/n) memerah malu karena melihat senyuman husbando nya.
"I-iya,"
"Lo bunuh si prajurit tadi? Tangan kanannya pasti putus gegara senapan elu, ya?" tanya Levi. (Y/n) mengangguk sedikit ragu. Dia pikir, Levi akan memarahinya karena membunuh seseorang tanpa alasan. "Gak apa. Kita bisa manfaatin bajunya buat nyamar dan masuk ke dalem," kata Levi. (Y/n) sangat lega, mengetahui husbandonya itu tidak marah karena tindakannya.
"Gue pikir dia tadi bakal nusuk jantung gue pake tombaknya karena dia udah sempet ngelirik ke arah gue ... Jadi gue langsung narik pelatuk senapan yang lo kasih ke gue tanpa ragu lagi," jelas (y/n). Levi melangkah mendekati (y/n) dan mengacak rambutnya.
"Iya, gue tahu. Pilihan yang lo ambil itu pilihan yang tepat," Levi tersenyum.
Mpos dia malah senyum terus, ganteng nya nambah, batin (y/n) yang menahan mimisannya.
(Y/n) pun tidak tau harus berbuat apa. Levi, husbandonya itu segera melepas pakaian si prajurit penjaga yang tadi dia bunuh. Levi memakai seragam prajurit tersebut, lengkap dengan helm yang melindungi kepalanya.
"Gue nanti nyamar masuk ke dalem. Nanti gue bunuh satu lagi, lu pake bajunya. Tetep buntutin gue," pinta Levi. (Y/n) mengangguk paham.
Levi segera melangkah perlahan dan meraih tombak si prajurit yang tergeletak di tanah, memasuki area gedung pemerintahan itu lebih dalam sementara (y/n) melakukan apa yang disuruh Levi—membuntutinya. (Y/n) membuntuti Levi sambil mengendap-endap, berusaha keras untuk tidak menimbulkan suara.
Sampai Levi bertemu dengan prajurit penjaga lagi. Levi berpapasan dengan seseorang yang mengenakan seragam serupa dengannya, zirah yang tidak terlalu tebal dan helm yang menutupi wajah.
"Oh! Aku mencarimu, kawan! Dari mana saja kamu?" tanya si prajurit penjaga. Tepat sasaran, prajurit penjaga itu membawa Levi ke tempat yang lebih sunyi dan sepi. Levi tak bersuara.
Dia langsung menusukkan tombak ke arah pria di hadapannya. Penyamarannya sukses. Levi membuka helm berlapis baja yang tidak terlalu tebal.
"Lepas seragam nya," suruh Levi pada (y/n) yang sedari tadi mengintip di balik dinding. Dengan sedikit bantuan Levi, (y/n) memakai seragam prajurit penjaga itu.
"Penyamaran kita gak buruk kalo gini," komentar (y/n).
Tapi, baju seragam prajurit penjaga itu sedikit membuatnya gerah. Bahannya lumayan berat karena terbuat dari baja yang tipis.
Levi langsung memberi kode pada (y/n) untuk mengikutinya.
(Y/n) mengikuti Levi, mereka menyelundup masuk ke dalam gedung pemerintahan tersebut lewat pintu belakang.
Bagian dalam gedung itu sangat megah seperti depannya. Terlihat kalau mereka saat ini sedang berada di sebuah hall yang kosong. Ada dua tangga yang dilapisi karpet merah, tak kalah juga megahnya.
(Y/n) terpana sesaat, kemudian teringat Levi di sampingnya.
Huft.
"Kita kemana, nih?" tanya Levi. Suaranya sedikit berbeda karena memakai helm yang menutupi wajah itu. "Gue pikir kamarnya Historia ada di atas, deh," kata (y/n). Levi mengangguk. "Boleh dicoba,"
Mereka melangkah mendekati tangga dengan derap langkah normal, agar tidak dicurigai dan hanya dianggap sebagai derap langkah kaki penjaga biasa.
(Y/n) berjalan beriringan bersama Levi menaiki tangga. "Kita pencar," ujar Levi ketika mereka sudah mencapai lantai dua. Levi bergerak ke arah kanan dan (y/n) ke arah kiri.
Sekali lagi, (y/n) harus benar-benar hati-hati karena dia terpisah dari Levi lagi ..
(Y/n) sampai di depan sebuah pintu berwarna putih. Mirip seperti yang ada di ingatan Levi.
(Y/n) mendorong pintu yang tak ditutup itu pelan. Benar saja .. Di dalam, (y/n) melihat Historia sedang membaringkan dirinya di atas kasur. Kamar itu benar-benar persis seperti yang ada di ingatan Levi. (Y/n) tidak menyangka ketika baru mengintip kamar itu dari balik pintu.
Takut Historia menyadari keberadaannya, (y/n) segera mengalihkan pandang dari dalam kamar Historia yang sudah (y/n) temukan. Sebaiknya, (y/n) mengatakan ini terlebih dahulu kepada Levi daripada langsung meminta Historia memberitahu mereka misi apa yang harus mereka selesaikan.
Mendadak .. (Y/n) merasakan pintu di sampingnya terbuka. Didorong. Jangan-jangan Historia menyadari keberadaan (y/n)?
"Ah! Kau (y/n)!"
✴✴✴
Minna haee :vv
Pendek bat yak? Map soalnya yg nongol di kepala author ini doank :(
Tapi gpp kan? Lebih greged aja gitu kesannya :v
Jan lupa vote, comment, dan share yak .. Biar author semangat apdet nya buat kalean :v
Tenkyuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
After Life | Levi Ackerman✔
FanfictionApa yang akan dialami (y/n) setelah mati..? (Y/n) adalah seorang otaku yang setia pada husbandonya, Levi Ackerman. Suatu hari, (y/n) kecelakaan dan akhirnya meninggal. Setelah mati, (y/n) dikirim ke dunia pararel--yang dikenal sebagai "isekai" di ka...