XII

870 111 4
                                    

Malam harinya

"Aku tidak yakin kalian semua bisa terkirim atau tidak." ucap Historia dengan tatapan ragu.

"Coba saja dulu." sahut Hanji.

"Hufft, baiklah. Pertama-tama, coba kalian berempat berdiri di lingkaran itu, ya." pinta Historia.

(Y/n), Levi, Hanji, dan Erwin melakukan apa yang dipinta Historia.

Historia memejamkan matanya, dan seketika cahaya putih terang muncul, memenuhi ruangan itu selama beberapa saat.

"Haah .. Hah ... Apa aku berhasil?" Historia mulai ngos-ngosan. Mata biru langit Historia mendapati kalau keempat orang yang tadi berada di lingkaran portal itu sudah tidak ada. Hilang bak ditelan bumi. "Kuharap kalian berhasil." gumam Historia penuh harap.

***

(Y/n) membuka matanya, dan pemandangan yang asing menyambutnya. Walaupun asing, tapi (Y/n) masih bisa mengenali kalau saat ini adalah jaman digital seperti era dimana dia hidup dulu.

Di sampingnya, Levi sedang duduk dan memandangi nya. "L-Levi? Di-dimana Hanji sama Erwin?" (Y/n) menjadi sedikit gelagapan, wajah Levi dekat dengan wajahnya. "Gak tahu. Pas gue udah disini, mereka gak ada. Mungkin aja, mereka terpisah dari kita." Levi mengangkat bahu.

"O-oh." (Y/n) memalingkan wajah. "Ada apa, sih?" Levi, tanpa tahu apa-apa, malah mendekati wajah (Y/n). (Y/n) semakin malu dan canggung, rona merah memenuhi pipinya. "Huwaa! Gak ada apa-apa, kok! Ja-jangan de-deket-deket gi-gini!"

Levi malah menyentuh pipi (Y/n) dengan jari telunjuknya. "Huft." Levi menjauh.

"Nyari bocah berwajah kuda, dan nyari bocah bermuka polos." kata Levi.

"Jangan bilang kayak gitu juga, gue ngakak tau." (Y/n) malah tertawa.

"Lagi serius, kok." Levi memberikan deathglare andalannya.

"Haa... Memang gak ada petunjuk mereka ada dimana?" (Y/n) meletakkan telapak tangannya di belakang kepala.

"Yang jelas sih di kota ini. Tapi, ya, emang harus nyari bocah itu diantara orang-orang sebanyak ini? Gila." desah Levi.

"Gue kira misi apaan. Ternyata gini doang. Pemanfaatan namanya." (Y/n) mencibir.

"Pemanfaatan sepihak. Tapi, gue pikir ada bahaya yang mengintai--" Saat Levi hendak menyelesaikan perkataannya, (Y/n) memotong pembicaraan.

"Gak mungkin! Ini dunia gue! Harusnya, ya, gak ada sesuatu yang kayak gitu. 15 tahun gue hidup disini, lho." elak (Y/n).

"Jangan-jangan kita nyasar lagi." ujar Levi.

"Mampos." kata (Y/n).

"Kayaknya gak mungkin juga kalo kita nyasar." timpal Levi.

"Terus?" (Y/n) mengangkat sebelah alis.

"Tenang, ada duit." jawab Levi yang tidak padu dengan topik pembicaraan.

"Gak nyambung." (Y/n) menurunkan setengah kelopak matanya.

"Kasian si Historia. Yaa.. Pokoknya kita cari dulu bocah itu pake petunjuk seadanya." jawab Levi.

"Haah, terserahmu, Levi." (Y/n) mengalihkan pandangannya.

"Tapi ini sudah malem lho." ujar (Y/n).

"Yaudah tidur." timpal Levi.

"Nanti gak ketemu mereka." ujar (Y/n).

"Yaudah cari." Levi menimpali lagi.

"Haaah? Apa maksud mu? Sudah, ah, istirahat saja dulu." kata (Y/n).

After Life | Levi Ackerman✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang